"dek."
suara khas bangun tidur, wonyoung melihat kakak nya baru saja bangun tidur.
"paan, buru deh mandi. kemarin ga mandi kan."
"oh iya, udah gue buatin sarapan. berangkat dulu ye, ada kelas pagi."
wonyoung beranjak dari duduk nya, memasang sepatu nya dan sedikit berlari ke halte terdekat.
memang benar dia ada kelas pagi, katanya latihan buat ulangan matematika.
sembari menunggu bis datang, gadis itu mengetikan sesuatu di ponsel nya.
papa nya baru saja mengabari nya, agar mandi dan sarapan.
"wony!"
"eh iya?"
haruto memutar bola mata nya malas, "chatting sama siapa si, gue panggilin dari tadi ga denger."
"hah, lo ngomong apa?"
suara motor haruto memang berisik, sampai suara haruto sendiri tidak terdengar.
"naik!!"
"hah?"
"naik ke motor gue bego!!"
"sabar dong goblo!!"
"pegangan,"
wonyoung mendengus, "modus lo."
"gue mau ngebut."
"ngebut tinggal ngebut, ngapa— ehh haruto goblok!!"
wonyoung spontan memeluk haruto dari belakang, laki laki itu benar benar mengebut.
membuat rambut wonyoung yang sengaja digerai, bergerak kesana sini.
haruto terkekeh geli, dan tetap melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi.
"haru kan, rambut gue rusak!!"
"iya maaf nyai."
tangan nya terulur membenarkan rambut wonyoung, gadis itu diam, membiarkan laki laki didepan nya membenarkan rambut nya.
"nah, udah cantik. ayo ke kelas," ujar haruto yang menarik tangan wonyoung
gadis itu terdiam, jantung nya berdetak dua kali lebih cepat.
"apa sih, lepas." ucap wonyoung saat sudah didepan kelas
haruto terkekeh, dan membenarkan rambut wonyoung kembali.
"pagi pagi udah pacaran."
kedua nya menoleh, itu jiheon-teman wonyoung-
"makanya, buruan gih resmi sama bang jisung."
jiheon memutar bola mata nya malas, dan menarik wonyoung masuk ke dalam kelas.
"heh, itu wonyoung nya jangan ditarik tarik!"
"bodo amat woi bocah."
"yohan sebentar lagi kesini."
"buat apa lagi sih mah." kesal minju
sarapan di pagi hari nya terganggu, hanya dengan mendengar kata yohan.
"itu calon suami kamu, kenapa kamu marah."
"minju ga pernah setuju perjodohan ini mah!"
"kamu jangan bentak mama minju!"
hening, keluarga itu melanjutkan sarapan nya kembali.
yujin melirik sang kakak, dan menatap mama nya dengan penuh kekesalan, "jangan paksa kak minju."
gadis itu beranjak dari kursi nya, tak berniat salam ke papa mama nya.
"lihat, adek kamu jadi berandalan gitu."
"yujin bukan berandalan."
mama nya mendecih, dan sibuk melanjutkan sarapan.
minju menghela nafas panjang, menatap sang papa yang sedari tadi diam.
papa nya juga sama saja.
"maaf tuan nyonya, tuan yohan sudah datang."
"bagus, suruh masuk."
minju benci ini, mama nya pura pura menjadi manis di hadapan yohan.
"kamu makin ganteng aja. itu minju nya udah siap."
yohan mengangguk, "yohan sama minju duluan ya ma."
laki laki itu menyalami mama dan papa minju secara bergantian, berbeda dengan minju yang langsung melengos pergi.
"jangan durhaka sama mereka berdua. mereka tetep orang tua."
"tau apa lo tentang keluarga gue, tcih."
yohan meremat setir mobil nya, menahan agar tidak menampar, atau meninju, atau memukul gadis itu.
sungguh menjengkelkan.
siapa juga yang mau menerima perjodohan gila itu.
"jaemin." ucap minju lirih,
mereka sedang berhenti karena lampu merah, tapi pandangan nya fokus pada pemandangan didepan sana.
"kenal lo sam—"
belum sempat yohan menyelesaikan perkataan nya, minju keluar dari mobil itu dan menghampiri jaemin yang tengah meminta maaf.
"ada apa?" tanya minju angkuh, dia menatap bapak bapak yang berada didepan jaemin.
"oh kamu pacar nya?"
"ganti rugi, motor saya di tabrak dia."
jaemin mendelik, baru saja akan menyumpahi laki laki itu, minju terlebih dahulu memberikan selembar kertas merah sejumlah sepuluh lembar.
"cukup?"
laki laki itu terkekeh, "cukup nona manis."
minju mendecih, dan menatap jaemin yang sedang kesal.
hanya bergelut pandangan, tak ada yang mau mengucapkan sepatah kata pun.
jaemin tersenyum remeh, dan meninggalkan minju sendiri.
"apa apaan dia, bilang makasih aja engga."
minju kembali masuk ke dalam mobil yohan, yohan menatap gadis yang ada disamping nya
"kenapa lo lakuin itu?"
minju mendecak kesal, "ayo buruan. kelas gue mulai sepuluh menit lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."