"gue balik."
sakura dan dimas sedang duduk di ruang keluarga, melihat wonyoung yang tampak lesu setelah pulang sekolah.
"dek? ada yang salah?"
wonyoung menggeleng, menutupi wajah nya yang bengkak karna kebanyakan menangis.
"gue keatas dulu,"
"makan dulu nan—"
"udah makan tadi."
sakura menghela nafas panjang, dia mengangguk pasrah. sepeninggalan wonyoung, dimas dan sakura sibuk dengan rencana pernikahan kedua nya.
mereka akan melaksanakan pernikahan bulan ini.
"di rumah sini apa gedung?"
dimas menatap sakura, "gedung aja,"
"nanti makin mahal."
"gapapa, pernikahan cuma satu kali, sekalian habisin uang."
sakura mendengus kesal, mentang mentang punya uang banyak batin nya.
Drrttt drrttt
"siapa?" tanya sakura, dimas menatap ponsel nya, kemudian memasukan nya kembali ke saku celana nya,
"kok ga diangkat?"
"ga penting."
"angkat aja, siapa tau penting."
dimas mengangguk pasrah, dan mengangkat telfon dari sekretaris nya, eunbi.
dimas beranjak dari duduk nya dan berjalan keluar rumah, tepatnya di halaman depan rumah sakura.
selang sepuluh menit, laki laki itu kembali masuk, dengan raut muka yang tidak bisa diartikan.
"kenapa mas?"
dimas mengusap wajah nya kasar, "ada klien yang minta ditemuin sekarang juga."
"ya udah, temuin gih."
"jangan dong, kan kita lagi ngurusin buat pernikahan."
sakura tertawa kecil, "aku bisa kok, ini masih enteng."
laki laki itu menatap sakura, "beneran?"
sakura mengangguk. dimas beranjak dari sana, tak lupa mencium kening gadis nya.
"kenapa kamu ga temuin dia aja? saya lagi sibuk."
"maaf pak, tapi mereka mau nya sama bapak sendiri."
dimas mendecih, dan berhenti didepan pintu ruangan nya, menarik nafas dalam dalam.
"sebentar pak."
tangan eunbi terulur untuk merapikan dasi dimas yang sedikit berantakan, manik mata laki laki itu juga menatap manik mata eunbi.
"sudah selesai, silahkan masuk."
masih belum bergerak, dimas masih menatap wajah eunbi,
"pak?"
dimas menggeleng, dan membuka pintu ruangan nya. eunbi tersenyum, entah apa yang dipikirkan wanita itu.
sakura masih terjaga, padahal sudah pukul sepuluh malam. tidak biasa nya dia begini.
"ck, mana laper lagi."
gadis itu turun, menuju dapur dan membuka kulkas, ah dia lupa beli keperluan bulanan, kulkas kosong hanya berisi minuman dingin saja.
dengan cepat sakura mengambil hoodie nya dan memakai tudung nya, dia ingin membeli camilan dan bahan untuk memasak sarapan besok.
supermarket dari rumah nya juga tidak jauh, hanya butuh waktu sepuluh menit agar sampai kesana.
"ada tambahan?"
sakura menggeleng, memberi selembar uang berwarna biru,
"terimakasih, selamat datang kembali."
gadis itu duduk di kursi supermarket itu, dan meminum air dingin yang dibeli nya.
"ah, seger banget."
"malem malem gini ga takut digodain?"
sakura tersentak, dan reflek memukul orang yang ada disamping nya.
"lah? yuta? ngagetin aja lo!"
yuta terkekeh, dan meminum cola nya.
"ga sama pak dimas?"
"harus gitu dua puluh empat jam sama dia terus?"
"ya barangkali gitu,"
sakura kembali teringat, sebentar lagi dia akan menjadi istri orang, bahkan di umur nya yang masih terbilang muda.
"semangat ya, kasih gue ponakan yang lucu."
"apa sih! gue nunda punya anak ya!"
"kasian pak dimas,"
"kasian gue lah anjir dimana mana!"
"ya udah santai, ngegas mulu."
"lagian lo yang bikin gue ngegas."
"loh kur mau kemana?!"
"balik lah ege, dikira mau mulung?!"
yuta berjalan menyusul sakura, gadis itu masih mengerucutkan bibir nya, masih kesal karna perkataan yuta.
"maaf dong, gue kan ga tau kalau lo nunda punya anak."
"emang muka gue tuh udah pantes jadi mak mak?"
"udah."
sakura kembali mendecak kesal, dan berjalan dua kali lebih cepat, meninggalkan yuta,
"santai dong jalan nya!"
"bodo,"
gadis itu membuka gerbang nya, sebelum nya melirik kebelakang kembali, yuta masih menunggui nya.
"balik sana, ga takut diculik wewe?"
yuta terkekeh kecil, dan mengacak rambut sakura,"iya gue balik, jangan galak galak."
laki laki itu memang selalu sukses membuat jantung sakura berdebar dua kali kebih cepat.
gadis itu menggeleng cepat, "inget mas dimas kur ya ampun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
De Todo"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."