"baik, terimakasih."
sakura menaruh kembali gagang telfon itu. menatap teman kantor nya yang tengah bekerja.
"yut, makan siang bareng?"
yuta-teman kantor sakura- menoleh, dan mengangguk sebagai jawaban.
baru saja sakura beranjak, dia sudah dihadang, yang pasti membuat sakura mendengus sebal.
"loh, pak dimas kenapa ada disini?" tanya yuta
laki laki itu diam, dan melirik sakura kemudian.
"sakura kenapa ya pak?"
gadis itu nampak kebingunan, pasalnya ini bukan ucok yang dia tau.
"dia calon istri saya, kalau kamu mau tau."
yuta dan sakura sama sama mendelikan mata nya.
"ck, apaan sih." kesal sakura sambil menggeret ucok keluar dari ruangan nya,
sedangkan yuta masih diam sambil menutup mulut nya.
"gila si sakura kaga bilang bilang sama gue."
sakura menghempaskan tangan nya, dia menatap ucok kesal.
"gue kan belum bilang kalau setuju sama lamaran lo!"
"tapi kamu lama menjawab nya, jadi saya anggap kamu setuju."
"ya tapi kan, —arghh yuta tau sekarang gimana dong?!"
"gimana bagaimana nya?"
gadis itu meninju udara, kesal karena ucok tak memahami nya.
ucok terkekeh geli, mengusap pelan kepala sakura, "pulang kerja ikut saya,"
"ga, siapa lo suka nya ngatur ngatur!"
sakura membalikan badan nya, berlari masuk ke dalam ruangan nya kembali. dan sasaran utama nya yuta,
"kur ya ampun sakit kur, lu mau buat gue mati hah?!"
"dia ngeselin yut, gua kan ga mau nikah muda."
"ya jangan jadiin gue pelampiasan nya dong!"
"siapa lagi coba selain lo, temen dikantor kan cuma lo!"
"iya juga ya. nolep si lo makanya cuma punya gue."
sakura mendengus, yuta sama saja tak bisa diandalkan.
laki laki itu tertawa renyah, "gila pak dimas kena pelet ya? mau sama sakura yang bentuk nya ga jelas gini?"
"gue cantik asal lo tau."
"iya gue tau," jawab yuta sambil tersenyum manis
sakura menatap yuta jijik, kemudian menarik tangan laki laki itu, "ayo makan siang. keburu telat."
kelas wonyoung baru saja selesai dari pelajaran olahraga. keringat gadis itu bahkan masih ada di sekitaran dahi nya.
"kantin, ayo." ajak jiheon, wonyoung menggeleng, "gue bawa minum."
jiheon mendengus, "ya udah gue kantin dulu."
sepeninggalan jiheon, wonyoung mengipasi kepala nya dengan tangan. sebenarnya tidak terpengaruh, apalagi siang ini sangat panas.
"capek banget, ya?"
"menurut lo?"
haruto terkekeh, dan memberikan handuk nya ke wonyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."