Brukkk!!
"ah, sial."
yena memegangi lutut nya, luka nya hampir sembuh, tapi karena dia jatuh, luka itu kembali basah.
"ka— jalan yang bener dong!"
yohan mengangkat yena, membawa nya ke ruang tengah, dan mendudukan gadis itu di sofa.
"tunggu bentar,"
tapi langkah laki laki itu terhenti saat tangan nya dipegang oleh gadisnya,
"sini aja."
"kaki kamu keluar darah nya, sebentar."
yena mendecak kesal, dia sudah banyak menyusahkan yohan.
"kan udah aku bilang, panggil aku aja kalau butuh." ucap yohan sambil mengangkat kaki yena keatas paha nya,
yena mengerucutkan bibir nya, "kamu sibuk garapin tugas."
laki laki itu menggeleng, "ga, kamu tanggung jawab aku. jangan sungkan minta tolong."
kedua nya hanya diam, yohan yang mengobati luka, dan yena yang menatap yohan dari samping.
"sini," laki laki itu menarik yena untuk bersandar di dada bidang nya, tangan nya terulur untuk mengusap rambut gadis itu.
"kangen mina ga?"
yena mengangguk, bahkan dia juga merindukan kampus nya.
"mau ketemu?"
"boleh?" tanya yena semangat, yohan terkekeh geli, "boleh. nanti aku suruh kesini sama mark."
Tinggg!!!
yohan merogoh kantong celana nya, ada yang mengirimi nya pesan, sedetik kemudian laki laki itu mendecak kesal.
"aku ke rumah sakit, minju kambuh."
gadis itu hanya bisa menghela nafas, dan beranjak dari duduk nya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
dia marah, cemburu tapi tidak ada guna nya, posisi minju lebih penting daripada dia.
"ga usah repot repot, hari ini gue juga udah balik."
yohan menghela nafas, dan duduk di kursi yang ada disebelah minju, dia menatap gadis itu, "jangan sakit."
minju tersenyum, "tumben banget,"
laki laki itu menggeleng, tangan nya terulur memegang tangan minju, dingin sekali.
Ceklekkk
"jaemin? tau dari siapa?"
jaemin mengatur nafas nya yang tidak teratur, kemudian berjalan mendekati minju, yang sontak melepaskan genggaman nya.
"baik baik aja kan? kenapa ga ngabarin gue sih?"
minju terkekeh geli, "ga sempet."
yohan yang merasa jadi nyamuk akhirnya bangkit dari duduk, "lanjutin gih, gue balik aja."
jaemin memegang tangan yohan, yang mau tak mau laki laki itu menoleh kearah jaemin,
"ada urusan apa sama minju."
yohan menaikan satu alis, "emang nya kita—"
Brukkk
laki laki itu tersungkur, jaemin baru saja memukul nya,
"dari kemarin lo kasar terus sama minju, gue ga terima."
"jaemin stop! lo kenapa?!" teriak minju, sungguh saat ini dia sedang lemas, mengangkat tangan nya saja dia tidak kuat.
"lo yang kenapa?! dia kasar sama lo!!"
"kapan? dia tunangan gue!"
kalimat itu terluncur dari mulut minju begitu saja, bahkan cengkraman jaemin pada kerah yohan mengendur, dia tak percaya.
"jangan main main."
"siapa yang main main jaemin? lagian lo siapa yang berhak marah?"
benar, dia siapa minju, dia hanya laki laki asing yang merasa dekat dengan minju, tak lebih.
"permisi."
laki laki itu melengos pergi dari ruangan minju, sedangkan sang gadis mengusap air mata nya kasar.
"dia suka sama lo, bisa bisa nya lo ngomong gitu." ucap yohan sambil membersihkan celana dan kemeja nya
"pergi."
"ck, iya gue pergi."
yohan masih berjalan di lobby rumah sakit, tapi ponselnya berdering menandakan ada yang menelfon nya.
"lo dimana bangsat?!!"
laki laki itu mengusap daun telinga nya, ternyata mark yang menelfon nya,
"gue bentar lagi balik, lo—"
"bisa bisa nya lo ninggalin yena sendiri, balik ga lo!!"
sambungan terputus, tentu yohan yang memutuskan, pikiran negatif nya menguar kemana mana.
masih ingatkan, yohan menemukan yena saat dia melakukan percobaan bunuh diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."