minju telah memarkirkan mobil nya didepan sekolah.
dia menjemput adik nya, tentu ini keinginan nya.
"gimana sekolah nya?"
"baik,"
"bolos ga kamu?"
"engga,"
"kita konsul sekarang ya?"
tak ada jawaban dari adik nya, minju menghela nafas, "yujin, kamu butuh obat itu."
yujin masih diam, bahkan mengacuhkan kakak nya.
"kamu mau sembuh kan?"
"mending buat beli obat kakak."
minju mendengus, "kakak udah sehat, kamu yang ga sehat."
yujin tertawa remeh, menatap minju dari samping, kakak nya itu menatap nya dengan penuh kekhawatiran.
"aku emang gila, puas?"
minju mendelikan matanya, "b—bukan gitu maksut kakak, tap—"
"iya aku paham. buruan, aku capek mau istirahat."
kedua nya masuk ke dalam rumah yang cukup besar.
"baru pulang?"
"iya ma." minju yang menjawab, yujin hanya diam menatap mama nya,
mama nya tentu juga menatap yujin, "jaga pandangan mu,"
gadis itu menggenggam erat ujung seragam nya, sedangkan minju menatap mama nya tak suka.
"dia udah jaga pandangan, kenapa mama selalu berlebihan?"
"berlebihan kata mu?"
wanita paruh baya itu berjalan kearah yujin, dan menarik rambut sebahu itu dengan sangat kuat
"ma, lepasin!"
minju menutup mulut nya, yujin terlihat kesakitan,
"sebelum anak ini minta maaf."
"dia ga salah ma, buat apa minta maaf!"
wanita itu melepas nya, dan sedikit mendorong yujin, hingga gadis kepala gadis itu membentur meja.
"masuk ke kamar kamu."
minju menggeleng cepat, menghampiri yujin yang memegangi kepala nya,
"kita ke rumah sakit ya?"
yujin menghempaskan badan minju, minju tersungkur, dia memegangi dada nya yang mendadak sakit.
mama nya mendelik, dia menghampiri minju, "kamu kenapa? sakit lagi?"
minju tak menjawab, sungguh dada nya sangat sakit,
yujin menghampiri sang kakak, menatap nya khawatir, "k—kak? aku panggilin ambulan." tangan nya yang gemetar membuka ponsel nya, tapi ponsel nya dilempar oleh mama nya,
"ini gara gara kamu! pembawa sial!"
kalimat itu terngiang lagi di kepala yujin, yang membuat gadis itu menarik rambut nya sendiri, gadis itu ketakutan.
"ada apa?"
laki laki yang kini tak muda lagi itu menghampiri minju dan mama nya, dan melirik yujin kemudian.
"ayo ke rumah sakit."
hanya minju, dan membiarkan yujin dengan ketakutan nya.
"masih sakit?"
minju menggeleng, dan tersenyum kearah mama nya. wajah nya yang cantik tertutup dengan wajah pucat nya.
"kalau sakit bilang ya sayang." ucap papa nya, minju lagi lagi hanya mengangguk.
dia senang, papa mama nya mengelilingi nya. tapi, dimana yujin.
"ma, yu—"
"rumah, dia jaga rumah."
"kenapa ga kesini?"
"dia ga mau, katanya males."
awal nya minju tak yakin adik nya seperti itu, tapi untuk saat ini dia mengangguk.
"papa mama habis ini mau keluar kota, kamu baik baik aja kan kita tinggal?"
"berapa hari?"
"mungkin seminggu? atau lebih."
"baik baik aja, kan udah biasa."
mama nya tersenyum, mencium kening minju, "kita pulang ya? kalau ada apa apa panggil dokter."
kedua orang tua itu sudah sampai didepan rumah, pandangan mereka terpaku, keadaan di dalam kacau,
berantakan, benar benar berantakan.
"anak itu, kapan mati nya sih?!"
papa nya menghampiri yujin yang meringkuk ketakutan di bawah tangga, menarik nya secara paksa,
"percuma minju baik sama kamu, kalau kamu bales dia kaya gitu."
"a—aku ga sengaja, beneran."
mama nya kembali menarik rambut yujin, rasanya sakit, benar benar sakit.
"mama liat kamu yang dorong dia, gitu kamu ga sengaja?!!"
"beneran ga sengaja ma, yujin minta maaf." jawab nya sambil memegangi tangan mama nya
"ck, masuk kamar kamu, dan jangan keluar sebelum disuruh."