wonyoung berjalan menuju ruang bk, tadi saat pelajaran pertama, guru nya yang menyuruh nya.
entah lah, tapi gadis itu berfirasat jelek.
"silahkan duduk."
wonyoung mendudukan diri di sebelah jiheon, gadis itu nampak tak peduli dengan kehadiran wonyoung.
"kamu tau kenapa saya panggil kesini?"
"karna kunci jawaban itu? sudah saya bilang beberapa kali bu, bukan saya—"
"saya ada bukti nya." potong jiheon, dia menatap wonyoung sebentar, dan memberi jaket yang dibawa nya tadi ke guru bk,
wonyoung mendelikan mata nya, "kenapa bisa ada di lo?!"
jiheon tidak menjawab, "ibu lihat kan, di cctv pelaku memakai jaket itu?"
"nah, itu jaket nya wonyoung." sambung jiheon, guru itu mengangguk.
"tapi kenapa bisa di lo jiheon?!"
gadis itu tersenyum, "ga inget ya? semalem lo ngasih itu ke gue."
sial wonyoung dijebak,
"mana ada?!"
"ada, jangan bantah lagi ya."
wonyoung mengusap wajah nya frustasi. dia masih tak menyangka.
"baik, terimakasih jiheon. untuk wonyoung, ambil tas kamu, kakak kamu sebentar lagi akan menjemput."
wonyoung tak menggubris perkataan guru tersebut, pikiran nya kalut, setelah ini apa yang akan terjadi?
di rooftop gadis itu terus menangis, berteriak sekuat mungkin, mengeluarkan uneg uneg nya.
"jangan nangis, cengeng."
wonyoung mendongakan kepala nya, tak jauh dari nya, yujin berdiri dengan tangan yang dilipat didepan dada.
"lo lagi, sama aja!"
"beda, gue manusia dia iblis."
yujin berjalan mendekat kearah wonyoung, mengusap puncak kepala gadis itu, seolah memberi semangat.
"lo punya gue, jangan anggep lo sendirian."
wonyoung menepis tangan itu, emosi nya sedang tinggi saat ini.
"apa yang lo paham?! percuma lo ngomong gitu!"
tangan gadis itu tadinya ingin menampar pipi yujin, tapi terhenti, karena sakura berdiri di belakang yujin.
"siapa yang ngajarin lo gini wonyoung?!"
Plakk!!!
"jangan bikin kakak malu!"
pipi wonyoung panas, pukulan sakura benar benar kencang.
yujin memegang lengan sakura, "udah kak. bawa pulang aja gih."
gadis itu mengangguk, menarik paksa tangan wonyoung.
di koridor semua pandangan tertuju ke dua gadis itu, rasanya sakura ingin mencolok semua mata tersebut.
sepanjang perjalanan kedua nya hanya diam, bahkan sampai rumah pun keduanya tetap membisu.
entah wonyoung yang masih shock, dan sakura yang kecewa.
gadis yang lebih tua enam tahun dibanding wonyoung itu sadar, tindakan nya tidak lah benar.
membuat kan susu hangat untuk adik nya dan mengantar kan nya, mungkin cukup untuk membuat kedua nya akur.
"wony? kakak masuk."
tak ada sahutan, dan pintu kamar nya tidak di kunci. sakura menaruh susu hangat itu ke meja belajar wonyoung, mendekati gadis itu yang seluruh badan nya ditutup selimut.
"kakak yakin lo ga lakuin itu."
wonyoung mulai menyembulkan kepala nya, "emang bukan!"
"ya jelasin dong, gue kan ga paham."
wonyoung mulai duduk, menatap sang kakak dengan mata sembab nya, "gue difitnah."
"sama siapa?"
"jiheon, lo tau kan?"
sakura mendelikan mata nya, "yang polos ntu? fitnah lo?! ga bisa gini, gue datengin rumah nya."
"jangan dong kak! ah elah malu maluin yang ada."
gadis itu menghela nafas, "dan lo terima gitu aja? ga mikir lo bentar lagi jadi omongan sesekolahan?"
"biarin ga peduli."
"terserah deh,"
sakura mulai beranjak dari duduk nya, tapi tangan ditahan oleh wonyoung.
"apa lagi?"
"jangan bilang ke papa ya? plis."
sakura hanya bisa menghela nafas dan mengangguk, kemudian mengusap kepala gadis itu.
"minum susu nya, habis itu istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."