dua puluh satu

172 32 1
                                    







yohan membuka pintu apartemen nya dengan kasar, mina dan mark tersentak kaget,

"salam dulu woi!"

"yena mana?"

mark memutar bola mata nya jengah, dan menunjuk kamar nya, "well, gue ga tau dia tidur dimana, jadi gue kasihin ke kamar lo."

yohan langsung membuka pintu kamar nya, dan bernafas lega, gadis itu masih terlelap.

menutup pintu pelan pelan dan menghampiri  mark mina,

"dia kenapa?"

mark menatap mina terlebih dahulu, mina yang paham langsung mengangguk,

"dia mau nyoba bunuh diri lagi."

hati yohan mencelos, dia tidak tau kenapa gadis itu terobsesi untuk melakukan bunuh diri.

"dia ke dapur, ngambil pisau dapur, beruntung kita dateng tepat waktu."

laki laki itu memijit pelipis nya, dia bingung harus menjawab bagaimana,

mina menaruh coklat panas di meja, melipat kedua tangan nya didepan dada nya, "lo serius ga sih jaga dia? gue bisa kok jaga dia."

gadis itu menghela nafas panjang, yohan juga belum menjawab nya.

"terserah ya, gue capek. ayo pulang."

mina menarik tangan mark, laki laki itu menepuk punggung yohan sekilas, "coba deh lo ada di samping nya terus. juga jang—"

"mark ayo!"

"ck, gue duluan."

yohan melempar bantal sofa nya ke sembarang arah, membanting cangkir milik mina tadi, dan menendang meja kecil itu.

yena yang sebenarnya sudah sadar sedari tadi hanya menutup mulut nya rapat rapat, dia takut jika yohan sedang marah.

"gue juga capek, pengen istirahat." gumam yohan, memeluk kedua lutut nya dan menenggelamkan kepala nya disana.

sekitar sepuluh menit yena melihat nya, masih dalam posisi sama, badan laki laki itu juga bergetar, menandakan dia sedang menangis.

tangan yena terulur untuk mengusap pucuk rambut yohan, "jangan nangis lagi, aku ikut sedih."

yohan mengangkat kepala nya, mata nya merah dan basah, yena terkekeh geli, "aku bersihin."

tangan mungil nya membersihkan jejak air mata yohan, laki laki itu tersenyum,

"kamu, ga bakal pergi kan?"

yena menaikan alis nya, "pergi? kemana? aku ga kemana mana."

"kamu harus disini." ucap yohan sambil membawa tangan mungil yena didepan dada nya, membuat yena mendengus geli, "mandi gih. bau."













pagi ini taman sekolah sepi, biasanya akan banyak murid yang belajar pagi disana.

atau sekedar mencari udara pagi, dan juga kenapa sedari tadi banyak siswa yang menatap nya tak suka.

"wony!"

gadis itu menoleh, dohyon berlari kearah nya, menagatur nafas nya dan menunjuk mading sekolah, "lo harus liat!"

"liat apa?"

"mading, buruan!" jawab dohyon sambil mendorong kecil badan wonyoung,

dohyon mendecak kesal, karna wonyoung juga belum berjalan, "ayo ah lama."

kedua nya menerobos gerombolan yang semakin banyak, gadis itu hanya menaikan alis nya, apa maksutnya foto foto ini?

"masih ada nyali buat masuk sekolah ternyata."

"kalau jadi gue sih malu."

"gue kira dia anak baik baik loh."

ocehan murid murid itu membuat wonyoung bingung, "do?"

laki laki itu membawa nya keluar dari gerombolan itu, menjauh dari mereka.

"gini, lo dengerin gue dulu."

dohyon menarik nafas panjang panjang, "lo tau kan, ada yang curi jawaban ulangan semester?"

wonyoung mengangguk, "terus? hubungan nya sama gue?"

"mereka ngira itu lo, atau jangan jangan beneran lo?"

gadis itu menggeleng kuat kuat, "mana ada gue nyuri begituan?!"

"iya makanya gue ga percaya wony,"

"terus itu siapa? kenapa pada nyalahin gue?"

wonyoung berjalan menerobos gerombolan itu kembali, menarik dan merobek kertas kertas itu.

"ini bukan gue! kalian mau aja kemakan hoax!!"

"well, itu bukan hoax. gue saksi nya."

wonyoung menggeleng tak percaya, "lo, ada masalah apa sama gue?!"

jiheon mendecih, tak niat menjawab pertanyaan wonyoung.

"bubar lo semua,"

semua pandangan teralih ke suara itu, yujin bersandar ke papan mading, dengan tatapan datar nya.

"gue bilang bubar, pada tuli ya lo semua?"

murid murid disana mendecak kesal, dan pergi ke kelas masing masing.

hanya tersisa tiga orang, yujin, wonyoung dan jiheon.

yujin melirik tajam kearah jiheon dan berjalan mendekati nya,

"kita lihat siapa yang menang." bisik nya di telinga jiheon yang diakhiri senyuman remeh.

jiheon tertawa renyah, "oke, jangan nangis kalau kalah." ucap nya sambil melirik wonyoung, dia berjalan meninggalkan keduanya.

wonyoung masih diam membeku, dan menjatuhkan badan nya, air mata nya lolos begitu saja.

"gue ga ngelakuin itu,"

yujin hanya menatap wonyoung, dia juga berjalan meninggalkan wonyoung.

gadis itu mengusap air mata nya kasar, menatap depan, disana haruto berdiri dengan raut muka kecewa.

buru buru wonyoung menghampiri nya, "haru percaya kan sama gue? gue ga nyuri itu."

haruto menghempaskan tangan wonyoung, "gue kecewa."

wonyoung menangis kembali, apa salah nya sekarang, kenapa sekarang hidup nya penuh drama.

Warna; [izone]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang