"jangan nangis terus dong!"
"ya jangan bentak gue dong!"
jeno mengusap wajah nya frustasi, yujin susah untuk ditenangkan. dengan berbagai cara, digas, dirayu, semua salah.
"gue nyerah,"
yujin mengusap wajah nya kasar, dia masih sesegukan.
"kak jaemin didalem lama banget sih?! gue kan juga mau ketemu kakak!"
"salah nya dari tadi lo nangis mulu jubaedah!"
"ck, lo siapa sih! kenal aja engga, asal bentak aja!"
jeno menggaruk tengkuk belakang nya, benar juga dia belum mengenalkan diri.
"jeno, temen nya jaemin," ucap nya sambil mengulurkan tangan, yujin tersenyum sinis, "udah tau."
bahkan uluran itu tak dijawab yujin, malang sekali nasib jeno.
jaemin keluar dari ruang inap minju, menatap kedua nya bergantian,
"wih jeno hebat, bisa nenangin macan."
"bacot! awas minggir!" kesal yujin, mendorong badan jaemin, bahkan sampai laki laki itu mau terjatuh jika saja jeno tidak memegangnya.
"gila, luar cewe dalem nya cowo." gumam jeno, jaemin terkekeh, "baik baik lo suka."
"dih? ogah!"
yujin mengusap tangan kakak nya, sedangkan minju tersenyum dengan bibir pucat nya.
"kakak harus sehat, aku bantu cari pendonor."
minju menggeleng, tangan satu nya digunakan untuk mengusap kepala yujin, "kamu disini aja, temenin kakak."
"kakak harus sembuh, ga mau tau!" kesal yujin, air mata nya keluar lagi,
minju ikut menangis, dia baru tau adik nya serapuh ini jika melihat dia sakit.
"kakak bakal sembuh, janji."
"beneran kan?"
minju mengangguk, kemudian melirik jaemin yang berdiri didepan pintu, "adek kamu suruh ganti baju dulu. nanti dikira cabut."
"denger kan apa kata jaemin?"
"apaan, suara ghaib gitu kok." jawab yujin, "heh anak dakjal, sini lo anjir balik!" sahut jeno sambil menarik tangan yujin,
"kak tolongin yujin dong! heh pedo ya lo?!"
"berisik, ini rumah sakit bego!"
minju tersenyum, begitu juga dengan jaemin. padahal jeno dan yujin sama sama berteriak,
"lepasin dong jeno!"
"ga sopan, gue lebih tua daripada lo!"
yohan melirik kedua nya, merasa tak asing. tapi dia acuh, melangkahkan kaki menuju ruang inap minju.
jaemin yang memberi kabar minju masuk rumah sakit lagi, makanya dia ingin menjenguk sebentar gadis itu.
"butuh banget ya?" ucap nya saat sudah disana, jaemin mengangguk, "gue udah usaha."
yohan mengusap wajah nya, "apa kita beli aja? barangkali ada yang bosen hidup, terus jual jantung."
"ngaco, mana ada." jawab jaemin sambil memukul kepala yohan.
"sakit tau goblok." guman yohan sambil mengelus kepala nya,
minju menggeleng melihat kedua nya, "yena gimana?"
"yena ya? baik kok."
yena terdiam, tepat nya membeku ditempat.
"oh— selamat siang om."
itu papa nya yohan.
"ternyata udah tinggal bareng?"
gadis itu merutuki dirinya, seharusnya dia menurut untuk tidak membukakan pintu kepada siapapun.
"saya langsung to the point."
yena mendangakan kepala nya, pria itu sangat berwibawa,
"kamu tinggalin yohan. dan bisa dapat uang banyak, oh jangan lupa apartemen yang lebih besar daripada ini."
"maaf om, saya belum bisa."
pria itu menghela nafas, mendekatkan dirinya kearah yena, "kamu perusak hubungan anak saya, tau?" bisik nya di telinga yena.
"pikirkan baik baik, atau saya yang akan turun tangan langsung."
sepeninggalan pria itu, yena mengunci pintu kamar nya, dan duduk di pojok kamar.
"aku cuma mau bahagia Tuhan. apa itu salah?"
yohan baru saja pulang dari rumah sakit, tapi dia tak melihat yena sedari tadi.
"yena? kamu dimana?"
"sayang?"
laki laki itu mengetuk pintu kamar yena, tak ada sahutan dari dalam.
"kamu didalem?"
"yena? jawab dong."
pintu dikunci dari dalam.
"yena? jangan aneh aneh!"
"buka sayang, ayo cerita kamu kenapa!"
yohan mendobrak pintu itu, tangan kanan gadis itu memegang cutter.
"yena! jatuhin!"
yena menoleh, matanya sembab, dan wajah nya basah berkat menangis tadi.
"aku bilang jatuhin yena!"
"ga, ga bakal!"
yohan melangkah secara perlahan, "jatuhin, oke? cerita ke aku."
"ga guna aku cerita ke kamu. kamu beban!"
"aku bilang jatuhin!"
Srekkk
yohan meringis, cutter itu mengenai ruas ruas jari nya. yena mendelikan matanya, secara spontan menjatuhkan cutter.
tangan nya gemetar hebat, melihat darah darah itu.
"aku— aku ga sengaja,"
"jangan marah," lanjut yena, dia merobek kaos nya, mengusap luka itu perlahan.
"aku yang salah, buat apa marah ke kamu."
yohan mengusap wajah yena, "jangan lakuin ini lagi. udah aku bilang berapa kali."
"maaf."
"yang penting kamu gapapa."
laki laki itu menarik yena, mendekap, mengusap punggung gadis itu, memberi nya kehangatan.
"aku sayang kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."