enam

284 29 0
                                    













yena menatap sungai yang ada didepan matanya. air mata nya keluar, lagi.

menghembuskan nafas nya, sambil menutup matanya. membayangkan senyuman yohan, ah bahkan orang itu menjadi penyemangat hidupnya.

walau yohan saja tidak mengenalnya.

tcih, menyedihkan sekali bukan yena?

badan nya merasa hangat, padahal dari tadi angin malam terus menusuk badan kecil nya.

ditatap nya sang pemberi jaket, jaemin. duduk disamping yena, dan memperhatikan langit malam.

"ngapain?"

jaemin menoleh, terkekeh kecil "lo yang ngapain disini."

yena diam, ikut memperhatikan langit malam.

"ngeliat bunda dari bulan itu." ucap yena, menunjuk bulan.

jaemin tercekat, setau nya gadis itu selalu bahagia saja, ternyata itu hanya cover.

bagus yena, kamu berbakat menjadi aktris.

"salut sama lo."

yena tersenyum, bergantian menatap jaemin, "dunia ga bakal ngasih jawaban masalah. jangan merasa paling menderita,"

"itu kata bunda gue, sebelum pergi."

itu yang jaemin suka dari yena. tidak mudah menyerah, dan selalu menyebar kebahagiaan.

"ayo pulang, gue anterin."

yena menggeleng, "duluan. masih mau disini."

"jangan pulang malem malem, oke?"

"siap pak bos."

jaemin mengusak pucuk rambut yena, gadis itu memperhatikan jaemin, setelah dirasa menghilang dari pandangan nya, dia menatap langit kembali.

"tapi yena lelah bunda, pengen nyusul bunda." gumam gadis itu, menangis, menumpah segala kesengsaraan nya

dua jam lama nya yena menangis, dia memutuskan pulang ke neraka-ah bukan, rumah nya.

matanya bengkak, hidung nya berair, sudah yena pastikan dia mirip gelandangan kalau begini.

pelan tapi pasti, dia membuka pintu utama. gelap, ayah nya pasti sudah tidur.

"kamu habis darimana."

ternyata belum.

ayah nya melangkah, mendekati anak gadis nya, memperhatikan raut wajah anak itu.

"kamu habis nangis?"

yena masih diam, bahkan menatap mata ayah nya saja tidak.

"jawab yena."

yena menggeleng, membuat ayah nya menghela nafas panjang.

"kamu jangan bohong. ayah tau kamu sedang berbohong."

yena mengangkat kepala nya, menatap manik mata ayah nya, yang sama persis seperti milik nya,

"kalau gitu, pasti ayah tau siapa yang bikin yena nangis."

"pasti ayah tau yang yena tangisin."

"ayah juga tau kenapa setiap saat yena nangis."

"dan ayah juga tau pasti penyebab kematian bunda!"

Plak!!

"bunda kamu mati karna kecelakaan!"

yena memegangi pipi nya yang panas, dia mendecih, "bukan, kalau aja ayah ga ngerusakin rem mobil nya."

Dukk!!

kepala yena dihantam ke dinding rumah nya. kemudian memukul badan kecil yena, membuat gadis itu terdiam.

sudah biasa, sejak kematian bunda nya. percuma yena melawan, yang ada bertambah buruk.

laki laki yang sudah tak muda lagi menghentikan kegiatan nya. yena mencoba untuk berdiri, walau badan nya serasa sakit luar biasa.

"kenapa? udah puas? sejak kapan ayah kemasukan iblis?"

"keluar kamu."

"oke, itu yang yena mau."



sebut saja yena sebagai gelandangan sekarang. bahkan penampilan nya juga mendukung.

berjalan sembari memegangi perutnya, dia kelaparan dan sialnya tak memiliki uang barang sepeser pun.

menatap nyalang jalan yang ada didepan nya, mobil mobil berlaju dengan cepat.

entah pikiran gila mana yang yena pikirkan, gadis itu berjalan ke tengah jalan, menanti sebuah mobil menabrak nya hingga terpental.

berharap dapat bertemu bunda nya.




































































Srekkk

"lo gila?!"

Warna; [izone]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang