yena tersentak, baru saja dia membuka matanya, yohan sedang berdiri didepan pintu.
"ke—kenapa?"
yohan menunjuk baju yang telah disiapkan nya, "pakai itu, gue mau ngajak lo pergi sebentar."
"tapi kan ka—"
"ga ada penolakan."
"—ki gue sakit."
yena mendengus, berjalan sedikit tertatih. oh, ternyata hanya trening hitam dan kaos hitam oversize.
gadis itu buru buru mengganti pakaian nya, selama tinggal di aprtemen yohan, yena memang sering memakai pakaian yohan.
ya, walau terlihat kebesaran di badan nya.
"udah, ayo."
yohan yang awalnya duduk di ruang santai, melirik sedikit kearah yena.
"ayo" ucap nya sambil mengambil kunci mobil.
yena mendengus, kapan laki laki itu paham kalau kaki nya masih sakit.
"buruan, lama banget."
"ck, iya sabar napa!"
yohan terkekeh geli, dia menghidup kan mesin mobil nya dan menjalankan nya saat yena sudah duduk di sebelah nya.
"mau bawa kemana sih? udah malem, dingin tau."
"ikut aja, lo juga belum makan kan."
gadis itu diam, hanya menatap luar. dia memang belum keluar dari apartemen itu, rasanya suntuk, sekali.
"turun,"
yena mendecak, "kaki gue sakit yohan, lo paham ga si?!" bentak yena, yohan menepuk jidat nya pelan, "iya, maaf gue lupa."
yohan menarik tangan gadis itu, menuntun nya agar luka di kaki nya tidak terlalu sakit.
tapi tatapan yena ke restoran depan nya membuat dia mendelik, "heh lo ajak gue ke restoran gini?!"
ingatkan dia hanya memakai baju setelan rumah, dan yohan mengajak nya ke restoran bintang lima.
"biasa aja, lagian bokap gue yang punya."
ah iya, yena melupakan hal jika yohan terlahir dari keluarga kaya.
kalau begini yena mundur, benar benar tak punya malu jika dia tetap maju.
"ck, ayo ah lama."
benar benar tak habis pikir, tadi saat mereka masuk, semua orang melihat kearah nya, yena malu, dan yohan biasa saja.
padahal yohan juga memakai setelan yang seiras dengan nya.
"enak kan?"
"iya, enak." jawab yena, sibuk memasukan semua makanan ke mulut nya, yohan terkekeh geli.
"kaya ga makan seabad aja,"
"emang!"
laki laki itu tersenyum, "gue tau, lo suka sama gue."
"Uhuk!!"
yena langsung meminum air, dia menatap yohan, "makan dulu, baru ngomongin itu!"
yohan diam tak menjawab, dia masih fokus melihat kearah yena.
"ayo pacaran."
yena menatap langit malam kesukaan nya, malam ini ada banyak bintang.
ah, dia mengingat insiden waktu itu.
malam, mobil, jalan.
"omong omong, ajakan tadi serius."
yena melirik kearah yohan, laki laki itu juga menatap nya.
"gue memang suka sama lo, tapi ga berharap pacaran."
yohan terkekeh, "pasti tau kan gue udah di jodohin minju?"
gadis itu tersenyum, "lagian minju cantik, gue kalah."
laki laki itu memegang dagu yena, menyuruh nya menatap manik matanya, "ga peduli lo cantik apa engga, yang gue rasa cuma lo wajib diperjuangin."
jangan bangunkan yena kalau ini mimpi, ini sungguh mimpi paling berharga yang yena alami.
"bukan mimpi, ini nyata."
"ayo berjuang bersama."
yena mengangguk, yohan tersenyum puas dan membawa gadis itu didalam pelukan nya, rooftop restoran adalah bukti mereka akan berjuang bersama.
"em, ini udah malem,"
laki laki itu melepas pelukan nya, dan menyubit gemas pipi yena.
"tidur sama aku?"
"ck, siapa lo emang nya?!"
yohan tertawa, puas mengerjai yena, sedangkan sang gadis menahan malu nya.
"lucunyaaa, ayo pulang."
didalam mobil yohan tak melepaskan genggaman nya, katanya takut yena diambil orang.
sang gadis hanya mendengus kesal, dan menerima nya, toh dia juga suka.
"kaya biasa, panggil aku kalau ada perlu, oke?"
yena mengangguk, dan masuk ke dalam kamar nya, dia memegang dada nya, jantung nya berasa akan keluar dari tempat.
yohan tersenyum, menatap foto yang dia simpan di laci, "aku dapat kamu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."