"gila apa gua kangen banget!" pekik mina, sambil memeluk yena
yena kali ini sudah berangkat, ya walau sedikit bertengkar dengan yohan tadi.
"pengap goblok!"
mina tertawa kecil, kemudian merangkul yena menuju kelas.
"yang bener aja woi?!"
mereka baru saja masuk ke dalam kelas, dan sepi. katanya, dosen nya tidak bisa hadir.
"ck, kebiasaan!"
"mau balik lo?"
"iyalah ngapain lagi?!"
mina mengusap tengkuk nya, "ya, nongkrong dulu lah."
"nongkrong matamu! ga ada duit gue, udah ah cabut."
yena bersenandung kecil, sambil memesan ojol dari ponsel nya,
Bruk
"ck, siapa sih?!"
jaemin terkekeh, mengulurkan tangan nya yang diraih dengan yena.
"maaf nyai, galak amat."
"lagian asal nabrak aja."
"ga ada kelas lo?"
"tau noh, dosen nya udah gila kali."
"gue mau curhat bentar boleh?"
tangan yena terhenti, dia menatap jaemin, tumben sekali laki laki itu ingin curhat ke dia.
"ayo dah."
"jadi dia cacat jantung gitu?"
jaemin mengangguk, mengacak rambut nya frustasi.
"gue ga mau kehilangan dia,"
yena tertawa, "gila, lo masih berharap ke dia? yang status nya tunangan orang?"
padahal gadis itu juga sama dengan jaemin. yang berharap perjodohan itu batal dilakukan, ah sepertinya sangat tidak mungkin.
"dia butuh donor jantung."
yena menghentikan kegiatan nya, dia menatap jaemin lekat, apa kata nya tadi? donor jantung?
"ya cari lah."
"ya gue juga udah nyari!"
"cuma belum ada yang pas." lanjutnya, nada nya sangat putus asa, kasian sekali jaemin.
"gue cabut deh," ucap yena, mengambil tas nya, "gue anterin?" tanya jaemin, yang dijawab gelengan oleh yena.
gadis itu menghela nafas, dia duduk di halte terdekat. langit terlihat sangat gelap, apa dia juga sedang sedih?
"bisa bisa nya lo ikutan sedih. hibur gue kek," gumam yena sambil menatap langit, dia seakan akan marah dengan langit.
Dress
bahkan sekarang bumi sedang menangis. membuat hati yena bertambah sesak.
"sekarang apa? malah nangis." gadis itu memeluk kedua lutut nya, merasakan hawa dingin yang menusuk tubuh nya,
dia terjebak disini. tidak mungkin kan memesan ojol di hujan seperti ini?
sekitar dua jam yena berdiam diri disitu. menunggu hujan reda, bukan reda yang didapat malah semakin deras.
persetanan dengan yohan yang pasti sangat marah saat dia pulang terlambat.
"kamu apa apaan sih?! aku khawatir!"
yena mendongakan kepala nya, yohan berdiri didepan nya,
"kan hujan jadi—"
"ya kabarin aku, kan bisa aku jemput!"
gadis itu tersenyum, menguyel pipi yohan, "gemes banget sih"
"astaga sempet sempet nya, ayo masuk mobil!"
"tapi, aku— yohan turunin dong ah!"
bukan apa apa, tapi yohan mengangkat tubuh yena dan membawa masuk ke dalam mobil.
berlebihan menurut yena.
"kita pulang, udah aku masakin. kamu laper kan?"
"kok tau?"
"perut kamu bunyi terus daritadi."
yena memukul mukul kecil perut nya, membuat image nya didepan yohan jelek saja.
"jangan dipukulin dong perut nya, kasian."
"mana ada?"
yohan terkekeh, mengambil tangan yena dan menggenggam nya, tangan satu nya digunakan untuk menyupir.
"kita bakal tetep berjuang kan?"
"yohan, jangan bahas itu dulu ya?"
"kenapa? aku cuma—"
laki laki itu belum menyelesaikan perkataan nya, tapi baru saja bibir yohan dicium singkat oleh yena.
"nah gitu, diem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
De Todo"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."