sakura kini benar benar kesal, ucok menarik nya secara paksa tadi. padahal tadi niat nya kabur dari laki laki itu, dan rumah nya menjadi tempat persembunyian.
"jangan cemberut terus, nanti pada salah paham."
"ck, ya lo kenapa narik gue sih?! malu tau diliatin tadi!"
"bagus dong, semakin banyak yang tau hubungan kita."
"hubungan apa astaga. gue bahkan belum nerima lamaran itu."
ucok hanya diam dan fokus menyetir, membuat sakura mendecak kesal. bagus, kali ini dia akan dibawa kemana oleh laki laki itu.
tak lama mobil ucok diparkirkan di depan halaman rumah yang cukup besar dan mewah, bahkan sakura sampai melongo.
"udah bengong nya? ayo."
dan aneh nya lagi sakura hanya menurut, dia mengikuti ucok dari belakang.
ditekan nya bel rumah itu, dan nampak lah seorang wanita paruh baya, tak lupa berwajah cantik.
"bunda kira kamu bakal sampai malam."
sakura mendelikkan mata nya, jadi ini rumah orang tua ucok?
"ini sakura ya? yang sering kamu ceritain."
ucok mengangguk cepat, "cantik kan bun?"
bunda nya tersenyum, "iya cantik."
sakura tersenyum canggung, dan lagi lagi dia menurut saat bunda nya ucok menarik nya masuk.
"kita ke kamar nya dimas, bunda ceritain masa kecil nya."
ucok memutar bola mata nya malas, "bun, ga usah di ceritain juga."
bunda nya mendadak berhenti, menatap ganas anak laki laki nya,
"ini kan calon istri kamu. ya dia harus tau."
wanita itu menarik tangan sakura kembali, masuk ke dalam ruangan serba putih dan elegan, bisa sakura tebak, ini kamar ucok.
"dimas waktu kecil ga suka aneh aneh. bahkan dia lemah lembut,"
tangan sakura terulur mengambil foto yang menampakan laki laki cilik yang memegang permen, sembari tersenyum kearah kamera.
sakura ikut tersenyum melihat nya.
"oh itu, dia habis pulang sekolah. masih lucu lucu nya."
"bunda kira dia bakal jadi perjaka tua, karna sama sekali ga pernah cerita tentang cewe."
"untung nya dia cerita tentang kamu."
gadis itu meletakkan kembali foto itu, menatap bunda nya ucok, "tapi, kenapa tadi dia ga mau kalau masa kecilnya diceritain ke aku?"
bunda nya menghela nafas, duduk di tepi ranjang ucok, dan sakura juga ikut duduk.
"waktu smp, dia harus kehilangan satu ginjal nya."
sakura mendelikan matanya,
"tenang aja, dia kuat kok buat jagain kamu."
"kamu juga harus jaga dia. intinya saling menjaga,"
gadis itu menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, "kalau, ayah nya kak ucok?"
"udah meninggal, bahkan sebelum dimas lahir." jawab bunda nya sambil tersenyum getir.
"maaf."
"ga masalah."
"omong omong kalian kapan nikah?"
"secepatnya." jawab sakura yakin, entah, dia bingung juga dirinya kenapa.
setelah makan malam, ucok mengajak sakura duduk di balkon kamar nya sambil meminum teh.
"bunda bilang apa aja tadi?"
"bunda bilang, lo nyebelin sedari kecil."
ucok mendelikan matanya, masa bunda nya bilang seperti itu.
"ya, ga lah."
ucok menghela nafas lega. meminum kembali teh nya.
sakura menatap ucok dari samping, "mas dimas."
Uhuk!!
"k—kamu bilang apa?"
sakura mendecih, "ga ada pengulangan."
laki laki yang sekarang dipanggil dimas itu terkekeh geli,
"panggilan itu, dari dulu saya mau orang yang saya cintai memanggil saya begitu."
"dan sejak kapan lo jadi baku gitu? pake lo-gue kek,"
"atau yang lebih intim, aku-kamu." lanjut sakura sambil memeluk kedua lutut nya.
"maaf, kebiasaan di kantor."
dimas menatap sakura, gadis itu menawan.
sakura yang merasa di tatap oleh dimas, melirik kan matanya kesamping.
"ada yang salah?"
"kayanya kamu spoiler bidadari surga."
tentu, gadis itu merasa malu. dan makin mempererat pelukan nya dengan lututnya.
Srett
"kalau mau dipeluk bilang, jangan ngasih kode gitu. untung aku paham"
sakura dapat merasakan detak jantung dimas, tapi pelukan itu terasa nyaman.
"ayo, nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."