tiga puluh tiga

182 26 1
                                    











wonyoung pagi ini terlihat ceria. suasana hati nya sedang baik pagi ini. banyak pasang mata memerhatikan nya, wajar menurutnya.

"oh, udah dipindah ya?" gumam nya, melihat orang yang duduk di samping nya bukan jiheon,

ah dia tak peduli lagi dengan gadis itu.

"suka kan? gue udah pindah."

ayolah ini masih pagi.

"masih aja ganggu gue? mau lo apa?"

jiheon mendengus, menarik rambut panjang milik wonyoung, "ga usah sok bego."

gadis itu mendorong tubuh jiheon. sebenarnya pelan, entah gadis itu yang lemah atau memang disengaja.

Bruk

"sakit wonyoung!"

wonyoung tak peduli, tapi teman sekelas nya menatap nya tak suka. malah memilih menolong jiheon.

"lo tanggung jawab dong! ga liat kepala nya keluar darah gitu?!" bentak salah satu teman wonyoung,

"tcih, waktu wonyoung ditarik rambut nya emang kalian nolongin dia?" sela yujin, gadis itu datang lagi.

yujin menghampiri jiheon, dan malah menambah nya dengan menendang perut gadis itu.

"oh oke yujin, cukup. itu berlebihan." ucap wonyoung, menarik yujin keluar dari kelas nya.

baru beberapa langkah, kedua nya jatuh tersungkur. dan tak lain pelaku nya haruto.

"lo ngapain sih?!" kesal wonyoung,

haruto menaikan bahu nya acuh, "impas. lo nyelakain jiheon, gue nyelakain kalian."

"dia salah! lo bisa ga sih—"

"udah, kita tinggal aja." potong yujin, yang langsung memutar badan nya meninggalkan haruto.

wonyoung menghela nafas, "kemana haru yang kemarin?" ucap nya, dan mengikuti arah jalan yujin.

haruto menatap punggung wonyoung, dia juga tak paham.

dia bingung.











"eh, hai yujin!"

gadis itu menaikan alis nya satu, "kita, saling kenal?"

dohyon terkekeh, "engga, cuma gue yang kenal."

wonyoung menjitak kepala dohyon, "jangan sksd!" pandangan nya beralih ke yujin, "duduk sebelah dodo gih, dia ga gigit kok."

dohyon memutar bola mata nya malas, kembali membaca buku komik milik nya.

"omong omong tadi drama di kelas lo bagus juga,"

"drama matamu! gue tadi kesel tau ga!"

"iya, jangan ngegas nyai."

laki laki itu melirik yujin yang ada di sebelah nya, "lo keren tadi."

yujin tersenyum tipis, yang bahkan kedua nya tak bisa melihatnya, "makasih."

"no problem. harus nya gitu, bukan kaya wony."

"astaga do, dari tadi gue diem loh ya."

"becanda sayang."

kedua nya tertawa, ah begini rasanya mempunyai teman. tak buruk juga batin yujin.

"kalian, tetep mau temenan kan sama gue? sekalipun gue gila." celetuk yujin tiba tiba, dohyon dan wonyoung saling berpandang, kedua nya malah tertawa,

"ya ampun iyalah! lo ga gila juga btw."

yujin mengangguk, "iya, gue harap ga gila."




















"baik pak, cuma itu saja yang saya sampaikan." tutup eunbi, dia membereskan berkas nya di meja dimas

dimas mengangguk, "oh ya, batalkan semua pertemuan yang ada di minggu ini."

"tapi pak—"

"tinggal batalin apa susah nya sih?! atasan kamu yang minta juga." potong sakura, dia melipat kedua tangan nya didepan dada,

dimas tersenyum, menghampiri gadis itu dan menarik pinggang sakura untuk mendekat dengan nya,

"kamu kenapa kesini?"

"kenapa? aku kan cuma mau liat kamu, ga boleh?"

"boleh banget dong sayang." jawab dimas sembari membenarkan rambut sakura.

diam diam sakura menampilkan senyum sinis nya ke eunbi.

ah dia sangat puas kali ini.

"saya permisi."

"jangan lupa ya apa kata pak dimas tadi," bukan dimas yang berbicara, melainkan sakura

"baik."

sakura langsung menjauhkan dirinya dari dimas. membuat laki laki itu mendecak kesal, "aku masih mau kaya tadi!"

"ga mau! lagian tadi cuma buat manas manasin dia." sakura melangkahkan kaki nya, dan duduk di sofa kecil

"kamu ga kerja?"

sakura menggeleng, "aku berhenti aja kali ya?" dimas mengangguk, "terserah kamu. nanti aku ambil baru lagi."

"mas."

"apa."

"aku jadi pengen punya anak cewe."

dimas menolehkan kepala nya langsung, "cowo dong, biar bisa nerusin usaha aku."

sakura mendecak, "cewe lah, biar bisa nemenin aku di rumah!"

"jangan dong, masa yang nerusin usaha aku cewe?!"

"gapapa dong! siapa tau dia handal juga!"

"ga, pokonya cowo!"

"aku yang ngandung, jadi terserah aku!"

"itu bibit aku, jadi terserah aku!"

kedua diam. sama sama kesal sebenarnya.

"ya udah, terserah kamu. aku nurut, cowo gapapa."

dimas tersenyum, kemudian memeluk tubuh kecil gadisnya.

Warna; [izone]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang