dua puluh lima

175 28 0
                                    








"kita pulang aja yuk,"

"apa apaan kamu ini, ayo masuk."

yena dan yohan sekarang ada didepan kediaman yohan, laki laki itu mengajak yena guna mengenalkan nya ke papa mama nya, berharap perjodohan nya dengan minju berakhir.

"loh ini siapa?" tanya mama nya, yohan tersenyum, "masuk dulu, nanti aku kenalin."

mama nya mengangguk, dan memimpin perjalanan.

yena sedari tadi memegangi dada nya terus menerus, mama yohan memiliki raut muka yang dingin.

"siapa?"

yena tersenyum canggung, "yena om."

yohan semakin mengeratkan genggaman nya di tangan yena, seolah memberi tenaga pada gadis itu.

sedangkan papa yohan menatap yena dan yohan bergantian, meminta penjelasan.

"dia pacar yohan pa."

"serius?"

"raut muka yohan keliatan becanda gitu?"

laki laki yang tak muda itu terkekeh geli, "papa tau, kamu manfaatin dia kan biar ga dijodohin?"

yohan menggeleng keras, "aku beneran sayang sama dia pa."

"kamu cuma suka sama dia sesaat, percaya sama papa."

"ga, aku lebih percaya sama perasaan aku."

papa nya beranjak dari tempat duduk, menghampiri anak nya, dan melihat yena dari atas sampai bawah.

"cantik minju, yohan."

"papa!"

"emang gitu kan? kamu juga dulu yang bilang minju cantik."

yena hanya diam, sebenarnya perkataan papa yohan cukup menyakiti hati nya.

"aku ga habis fikir, bisa ga sih papa hargain orang?!" kesal yohan, yena memegang lengan laki laki itu, "maaf om, saya pergi dulu."

gadis itu berlari, tentu yohan mengejarnya,

"yena berhenti!! jangan dengerin apa kata papa ku ya?"

gadis itu ingin meluapkan amarah nya, tapi tidak bisa, dan yang dilakukan nya hanya lah tersenyum,

"ga yohan. aku ga masukin omongan nya ke hati, lagian bener apa kata papa kamu."

"kamu cuma suka sama aku sesaat, bukan sayang." lanjutnya, dan berbalik, meninggalkan yohan yang masih terdiam.

gadis itu sudah hilang dari pandangan nya, dan papa nya sudah berdiri di samping yohan.

"lihat, belum apa apa dia udah berhenti disini."

yohan menatap papa nya, "yena bukan orang yang gampang nyerah."

yohan beranjak dari sana, membuka pintu utama, niat nya ingin menyusul yena kembali,

"selangkah lagi kamu keluar, papa coret dari daftar warisan."

tapi ini yohan, yang sudah bulat dengan tekad nya, laki laki itu melangkah keluar, membuat papa nya menggertakan gigi nya kesal.


















mina mengusap punggung yena, gadis itu baru saja menceritakan yang baru ia alami.

"udah gue bilang kan? mundur yena."

yena tertawa, "iya, sekarang emang waktu nya gue mundur."

"jangan!"

kedua nya menoleh, mendapati mark dan yohan. mina mendecak kesal, seharusnya dia mengunci pintu kostan nya.

"ini bukan yena yang aku kenal."

yena menggeleng, "ini aku, tetap sama. cuma, tujuan aja yang beda."

tak butuh waktu lama, yohan memeluk tubuh kecil itu, menangis di lekukan leher yena, hingga sang gadis merasa daerah sana basah karena air mata yohan.

"jangan, jangan pergi, aku mohon."

mark dan mina hanya bisa menatap, cinta mereka berdua terhalang restu orang tua.

sekarang yang dilakukan yena hanya mengusap punggung milik yohan, dan mengucapkan, "aku disini, tenang."

"kita tinggal dulu ya?" ucap mina, menarik mark pergi dari sana, yohan juga tak berniat melepas pelukan nya.

gadis itu pasrah, menunggu tangisan milik yohan mereda, bukan apa apa ,tapi rasanya dia juga ingin menangis.

"udahan dong nangis nya, aku ikut nangis ni!"

yohan melepas pelukan nya, dan benar yena mengusap mata nya kasar,

"jangan ninggalin aku makanya!"

"yang mau ninggalin juga siapa?!"

"kamu, tadi barusan apa?!"

"itu spontan tau!"

"ya udah ga usah ngegas!"

"kamu dulu yang mulai!"

yohan tertawa kecil, mengusap lembut pipi yena dan menyubit kecil, "gemesin banget!"

gadis itu menghempaskan tangan yohan, bisa bisa pipi nya tambah melebar.

"ayo pulang."

yena menggeleng, "nanti papa kamu dateng lagi."

"engga bakal,"

"bakal aja."

"nanti kita hadapin bareng,"

yena tersenyum kecil, dan menarik lengan yohan, "ayo makan dulu, aku laper."

Warna; [izone]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang