minju kembali mengunjungi cafetaria yang letak nya lumayan jauh dari kampus nya.
sengaja, agar menghindari anak anak kampus nya.
diluar hujan, dan langit sudah gelap. seharus nya momen ini cocok diabadikan dengan keluarga.
seharusnya.
"mau pesan apa?"
"say— jaemin?"
sama hal nya dengan minju, jaemin mendelikan mata nya.
"ke—kenapa ada disini?"
minju tertawa, "ini tempat umum. ga boleh gitu kesini?"
"ya, boleh. oke mau pesan apa?"
"apa aja, yang cocok buat nemenin malem ini."
jaemin mengangguk, dan mengambil buku menu nya kembali.
dari jauh, jaemin masih menatap minju yang terus terusan melihat arah luar.
sebenarnya jaemin tidak mau mencampuri masalah gadis itu, tapi sepertinya gadis itu butuh sandaran.
laki laki itu menaruh secangkir espresso hangat di meja, dan memberikan secarik kertas.
karna penasaran minju membuka kertas itu,
'kalau mau, tungguin gue selesai. ga lama, sejam lagi.'
gadis itu menarik ujung bibir nya dan menyimpan kertas itu.
tak masalah dia harus menunggu laki laki itu selama sejam. entah, kali ini minju benar benar menunggu jaemin.
"lama ya?"
minju tersenyum dan menggeleng, bahkan jaemin sampai salah tingkah.
"kenapa nyuruh gue nunggu? besok kan bisa."
jaemin diam, dan memberi kode minju untuk duduk di sebelah nya.
malam itu taman begitu sepi, padahal juga belum terlalu malam.
aroma tanah yang basah juga tercium, hujan berhenti sejak tiga puluh menit yang lalu.
"hati gue tergerak buat ngajak lo kesini."
"ya emang sih, ga ada apa apa nya kalau malam gini."
minju menatap jaemin dari arah samping, dan menghela nafas panjang.
"makasih."
kini bergantian, jaemin yang menatap minju. gadis itu tersenyum menatap langit.
cantik, satu kata yang ingin jaemin sampaikan.
"barangkali, lo butuh sandaran? gue selalu ada kok."
minju terkekeh, "halu lo. ya kali gue nyandar ke lo,"
"siapa tau khilaf."
"tapi kali ini gue butuh."
jaemin tersenyum, menarik minju ke dalam pelukan nya. dia sedikit melihat, mata gadis itu merah menahan tangisan nya.
dan sesuai prediksi jaemin, minju menangis kencang didalam pelukan lelaki itu.
tangisan nya, terdengar pilu.
hanya usapan di punggung gadis itu, membuat minju nyaman dan mengeluarkan semua tangisan nya.
"minum dulu."
minju menerima botol minuman itu, meneguk secukup nya. kemudian menutup nya kembali.
"maaf."
"buat apa?"
"baju lo jadi basah."
"ga papa, basah karna kebaikan."
"emang ada yang jahat?"
"em, kegiatan diatas ranjang?"
gadis itu mendelikan matanya, memukul jaemin dan membuat laki laki itu terkekeh.
"pikiran lo kemana?"
"ck, rese lo." kesal minju
jaemin mengacak rambut minju, "gitu dong. ini yang gue kenal."
minju memutar bola mata nya malas, dan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan, "gue balik dulu deh."
"semalem gini mau naik apa?"
"taksi banyak kan."
"ngaco lo, ayo gue anter."
tanpa persetujuan minju, jaemin menarik tangan minju, menuju tempat parkir sepeda motor nya.
gadis itu melihat bagaimana jaemin mengeluarkan motor nya, hanya motor matic biasa.
"ayo naik."
minju masih diam tak berkutik, jaemin yang paham hanya menghela nafas panjang.
"gue tau, orang sekaya lo ga mungkin naik motor matic gini."
gadis itu menggeleng cepat, dan buru buru duduk di jok belakang. untung nya dia menggunakan celana jeans panjang.
ternyata menaiki motor tidak seburuk yang minju kira, dia dapat melihat pemandangan langit malam secara jelas, tanpa terhalang kaca seperti di mobil.
"depan nanti belok kiri, ya."
"siap mbak."
minju terkekeh pelan, dan tanpa sengaja memeluk laki laki itu dari belakang.
hangat, seperti tadi dipeluk oleh nya.
"yang mana?"
"itu rumah cat putih,"
"buset putih semua anjir."
"itu bego yang ada mobil nya."
"iye ada mobil nye, ga usah sombong dong."
"bercanda sayang."
minju turun dari motor jaemin, menatap laki laki itu sekali lagi.
"gue males bilang ini, tapi makasih buat yang tadi. sama makasih mau jauh jauh nganter gue balik."
jaemin mengangguk, "masuk gih. gue liatin dari sini"
"buat apa sih diliatin segala." ujar minju yang kemudian membuka pintu kecil yang berada di samping gerbang utama nya
laki laki itu benar benar melihat minju dari atas motor nya. memastikan dia mengembalikan anak orang secara utuh dan sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."