dua belas

212 30 2
                                    










yohan menatap mama nya yang masih berdiri di depan pintu aprtemen nya.

"mama kenapa ke sini?!"

mama nya menghela nafas, "kamu kan anak mama. lagian ga biasa nya kamu se panik itu."

jelas panik, di kamar mama nya ada yena.

wanita itu berjalan kearah kamar yang bersebelahan dengan kamar yohan, baru saja memegang gagang pintu nya, yohan buru buru menghampiri mama nya.

"mama mandi dulu gih, hehe. yohan masakin makan malam."

"kamu aneh."

"mama juga."

"kurang ajar."

"lagian mandi dulu napa sih. bau tau,"

memang cuma yohan yang bilang mama nya bau.

tak ada lagi yang bisa dilakukan wanita itu selain menuruti kemauan anak nya.

berjalan memasuki kamar mandi yang berdekatan dengan dapur.

yohan buru buru masuk ke dalam kamar mama nya, yena menatap lurus kedepan dengan posisi duduk.

"yen, ayo pindah ke kamar gue."

yena menaikan satu alis nya, "kenapa?"

"nanti gue jelasin, tapi ayo ke kamar gue dulu."

"ga mau."

"yena."

"apa,"

yohan memijit pelipis nya, tak ada pilihan lain selain menggotong gadis itu.

"lo apa apaan sih heh?!" teriak yena

laki laki itu buru buru menutup pintu kamar nya, "jangan teriak anjir!"

"ya lo aneh aja, kenapa bawa bawa gue ke kamar lo?!"

"ada mama gue!"

oke, yena cukup terdiam setelah itu. yohan menghela nafas lega, mengusap pelan rambut gadis itu.

"tahan disini dulu, nanti gue bawain makan malam, oke?"

yena mengangguk.



"gimana sama minju?" tanya mama yohan

yohan meminum air terlebih dahulu, dan menatap dalam mama nya.

"bisa dibatalin ga sih ma?"

mama nya sudah tau jawaban anak nya itu, "kalau bisa, mama bakal lakuin. tapi ini beda sayang."

yohan menghela nafas panjang, hilang sudah selera makan nya.

"mama tau ini berat, mama juga dijodohin asal kamu tau."

"serius ma?"

"buat apa bohong? perjodohan udah jadi turun temurun keluarga kita."

"ga asik banget. lagian era ini mana ada perjodohan."

"ada, kamu contoh nya."

yohan mengacak acak rambut nya frustasi, "kalau yohan bawa pacar, papa bakal batalin ga?"

mama nya menahan tawa, "kamu ngomong gitu kaya ada pacar aja."

benar, yohan mana ada pacar. untuk mendekati lawan jenis saja rasanya dia sangat malas.

mama nya bangkit dari duduk nya, mengecup pipi anak kesayangan nya.

"mama tidur dulu ya, kamu jangan tidur malam malam."

sepeninggalan mama nya, yohan memberesi semua bekas makan malam nya.

tak lupa dia memberi makan yena juga, dia masih punya tanggung jawab.

"makan dulu,"

yena mengangguk, memasukan sesuap nasi dan lauk nya ke dalam mulut nya.

mengunyah nya tanpa mengeluarkan suara.

"bosen ya di kamar terus?"

"banget. tapi kalau dibuat jalan juga sakit."

"kenapa bisa,"

"hah?" tanya yena

dia menatap manik mata yohan, dia melihat kesedihan.

"ga, lupain. mina nanyain lo terus. emang nya ga lo kabarin ke dia?"

yena menggeleng, "gue masih mau hidup nyaman plis. gamau dengerin suara cempreng dia."

yohan terkekeh geli, "lagian waktu itu dia nangis kejer. megang tangan lo aja gemeter."

gadis itu tersenyum tipis. memberikan piring itu ke yohan, membuat laki laki itu menaikan satu alis nya.

"kenapa ga dihabisin?"

"mau muntah rasanya,"

yohan panik, "jangan disini! ayo ke kamar mandi!"

"apasih, cuma mual doang."

laki laki itu menghela nafas panjang, dan berjalan kearah sofa panjang yang ada di kamar nya.

"lo lanjut gih tidur, gue juga mau istirahat."

baru lima menit yang lalu yohan mengatakan itu, dan lihat laki laki itu sudah tertidur dengan pulas di sofa.

yena jadi tak tega, maka dia memberi selimut nya ke badan yohan.

tak masalah dia kedinginan, yang terpenting yohan jangan sampai kedinginan.

"have a nice dream, yohan."

semalaman yena tak bisa tidur, yang dilakukan nya hanya menatap jalanan yang sepi dari atas sini.



















"pagi, sayang."

"pagi ma."

yohan menggaruk punggung belakang nya, mama nya sudah memasakan sarapan untuk mereka berdua.

"mama bakal pulang habis ini."

"secepet itu?"

mama nya mengangguk, "papa kamu bakal ngamuk kalau mama disini kelamaan."

yohan memutar bola matanya malas, manja batin nya.

"omong omong, mama tadi malem mimpi aneh deh."

"mimpi apa?"

"masa kamu bawa cewe ke apart, terus kamu sembunyiin."

Uhukkk!!

yohan meminum susu vanilla nya, dan menatap mama nya horor.

"kenapa? kan cuma mimpi. jangan jangan beneran ya?"

yohan menggeleng cepat, "ga mungkin lah! yakali yohan bawa cewe."

"bagus deh, kalau beneran udah mama seret seret keluar apartemen. enak banget nginep disini."

laki laki itu menelan sandwich nya dengan susah payah. dia membayangkan jika mama nya menarik kasar yena, dan meninggalkan nya didepan pintu apartemen.

membayangkan nya saja sudah mengerikan.

"kalau ada apa apa kabarin mama, oke?"

yohan mengangguk, melihat sang mama yang menghilang dari lift.

buru buru yohan berlari masuk ke dalam kamar nya.

yena masih tertidur lelap, beruntung gadis itu tidak ditemui mama nya.

berjalan tanpa menimbulkan suara, yohan mengusap pelan wajah yena.

wajah gadis itu cantik dan menggemaskan membuat jantung yohan berdetak lebih cepat.

"ck, sadar dong, yohan ga gini."

Warna; [izone]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang