tiga puluh satu

168 25 0
                                    










"enak?"

dimas mengangguk, "iya enak."

"wony loh yang bikin, iyakan?"

wonyoung masih diam, bahkan memerhatikan pembicaraan mereka saja tidak.

"dek? bunda ngajak ngomong loh." ucap sakura, wonyoung masih belum menggubris.

"ck, mikirin haruto lagi? sempet sempet nya astaga," kesal sakura memukul kecil kepala wonyoung, gadis itu langsung menggeleng.

"haruto? anak komplek sini kan?" tanya bunda, "eh bunda kenal?"

bunda mengangguk, memberi wonyoung kue buatan mereka tadi, "dia anak baik kok, kamu suka?"

"baik ya, wony harap gitu." gumam wonyoung, dia menyuapkan kue itu ke dalam mulut nya.

bunda tersenyum, mengusap rambut panjang milik wonyoung.

"habisin ya, kamu butuh istirahat."










sakura keluar dari kamar milik wonyoung yang sekarang. gadis itu memang tak bisa tidur di tempat yang menurutnya asing.

"udah tidur?"

"iya, pules banget."

"beneran kecapean dia,"

dimas mengajak sakura minum teh di balkon kamar nya, memang hobi dimas meminum teh di bawah rembulan.

"aku juga capek mas."

"mau pulang sekarang?"

sakura menggeleng, "masih mau sama kamu."

dimas terkekeh geli, sakura menggemaskan jika sudah malam seperti ini.

mode singa nya berganti dengan mode hello kitty.

"katanya, kamu mau nunda punya anak?"

"iya, belum siap jadi ibu."

dimas menghela nafas, sebenarnya dia agak kecewa,

"ya udah, nunggu kamu siap."

"beneran ga papa mas?"

laki laki itu mengangguk, "iya sayang."

"ah, tambah sayang aja."

sakura memeluk dimas dari arah samping, wajar kan dia ingin bermanja manja dengan dimas?

"kamu, jangan selingkuh ya."

"apasih, random banget kamu."

"aku serius!" kesal sakura, "apalagi sama si eunbi."

"calon istri posesif ya ternyata kamu,"

"harus!"

dimas menangkup pipi sakura, kemudian melihat manik mata gadis nya, "aku ga bakal ninggalin kamu. janji,"

detik selanjutnya wajah mereka saling berdekatan, untuk pertama kali nya mereka berciuman, dibawah rembulan.



















yujin melihat sang kakak keluar dari kamar nya, bahkan sempat jatuh bangun.

"ke rumah sakit ya kak?"

"kakak baik baik aja kok. kamu berangkat sekolah aja sana."

"jangan egois dong kak!"

gadis itu berlari, menghampiri sang supir untuk membawa mereka berdua ke rumah sakit.

"kakak kamu butuh donor jantung segera."

lutut yujin lemas, dimana dia harus mencari nya, golongan darah nya juga berbeda dengan minju.

"belum ada pendonor ya dok?"

dokter itu menggeleng, "saya duluan."

yujin menjatuhkan badan nya, menangis. sekarang dia bingung, menghubungi papa mama nya atau tidak.

dan terpintas nama jaemin di otak nya, mungkin di ponsel kakak nya dia menyimpan nomor laki laki itu.

yujin menghela nafas, menahan air mata nya agar tak keluar lagi,

berdering, tak ada satu menit jaemin sudah mengangkat nya,

"iya, kenapa?"

suara jaemin halus, rasanya yujin menangis kembali,

disebrang sana jaemin mengerutkan kening, tidak ada sahutan dari minju,

"siapa bro?" tanya jeno,

jaemin tak menjawab, "minju, kenapa?"

"kak, kak minju—"

"minju kenapa?!"

bisa jaemin dengar tangis yujin semakin jadi menjadi, laki laki itu mendecak, "tenangin diri lo. share posisi sekarang, oke?"

jaemin menarik tangan jeno, sedangkan jeno bingung, "jangan narik gue dong!"

"minju jen,"

"iya, minju nya kenapa?"

"ayo ke rumah sakit dulu!"

Warna; [izone]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang