Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sakura membereskan kotak bekalnya dengan terampil, mata gioknya menatap malas tumpukan kertas yang tersusun rapih diatas mejanya yang menunggu untuk diperiksa oleh Sakura,
Dengan gerakan lambatnya Sakura mengambil tumpukan kertas itu dan meletakkannya asal kedalam loker pribadi yang berada didalam ruangannya.
"Gomen ne, aku akan memeriksamu nanti! Pasienku sudah mengantri menunggu untuk diperiksa!" gadis musim semi itu nampak memberikan semangat pada dirinya sendiri.
Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa Sakura keluar dari ruangannya dan berseru pada asistennya dengan penuh semangat. "Moegi! Panggilkan aku pasien berikutnya!"
Moegi yang dari tadi setia berdiri diliar ruangan Sakura langsung mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Yossha! Pasien nomor duapuluh tiga!" gadis yang dipanggil Moegi itu berseru girang, Sakura menggelengkan kepalanya melihat itu, lalu dia segera masuk kembali kedalam ruangannya dan menunggu pasien nya datang menghampirinya.
Ckelek!
"Konnichiwa Sakura-san."
Suara ini, Sakura menoleh dengan kecapatan tinggi, "Uzumaki Karin.." gumamnya.
Mata Sakura beralih pada lelaki yang berdiri tepat dibelakang Karin, pastinya Sakura sangat mengenal siapa lelaki itu. Tangan Sakura terkepal, menahan rasa sesak di dadanya dan menahan dirinya untuk tidak menangis.
Aku tidak boleh lemah, Sakura memberikan senyuman ramah pada pasien barunya itu. "Konnichiwa Uzumaki-san." sapa Sakura dengan nada bicara yang sudah dibuat seramah mungkin.
"Periksa kandungan 'kah?" tanya Sakura masih bersikap tenang.
Seringaian kecil tergambar disudut bibir Karin, "Ah kudengar dari Sasuke-kun kau lah yang menyelamatkanku empat hari lalu yaa?" Sakura berdecak, wanita ini sedang meledeknya. Dasar tidak tahu diri,
Sakura tidak menjawab pertanyaan Karin, "Ara~ Ada apa Sakura-san? Jangan bilang kau cemburu ya? Gomen ne, aku tidak bermaksud untuk merebut Sasuke—"
"Sebelumnya maaf atas kelancanganku Uzumaki-san. Jika kau datang kemari hanya untuk mengganggu pekerjaanku lebih baik kau keluar dari sini bersama suami—Ah! Calon suamimu itu maksudku! Ya Tuhan, dunia sudah sekejam itu ne? Uzumaki-san?" Sakura menyindir balik dan itu sukses untuk membuat Karin terdiam.
Sasuke menghela napas, seketika ia menyesali permintaan Karin untuk mengecek kandungannya ditempat Sakura berada.
"Sakura, itu berlebihan" tegur Sasuke, yang sukses menbuat Karin tersenyum kegirangan. Sakura memicingkan matanya, menatap Sasuke tajam. "Ah, benarkah? Bukannya itu kenyataan?" jawab Sakura membela dirinya.
"Jika masih berniat untuk periksa silahkan baringkan dirimu disini Uzumaki-san." Sakura mempersilahkan Karin untuk membaringkan tubuhnya diatas kasur pasien, wanita berambut merah itu menutup mulutnya rapat-rapat namun ia menuruti perkataan Sakura.
Sasuke memilih untuk duduk dikursi tamu yang berhadapan langsung dengan singgasana Sakura yang hanya dibatasi oleh meja kerja gadis musim semi itu.
Sakura memulai pemeriksaan,
Sasuke menatap Sakura secara diam-diam, didalam hatinya ia merapalkan beribu kata maaf yang tidak bisa keluar dari mulutnya. Entah Sasuke harus apa sekarang, haruskah ia bertanggung jawab atas perbuatannya pada Karin? Atau kembali pada Sakura?
Sasuke tidak tahu, dia sadar dirinya begitu bodoh dan naif. Membohongi dirinya sendiri, dan menyakiti orang yang ia cinta. Seumur hidupnya, baru kali ini Sasuke dibuat gelisah karena masalah perempuan.
"Sudah selesai" lamunan Sasuke buyar saat Sakura duduk dihadapannya. Onyx Sasuke terkunci pada pemamdangan didepannya, Sakura yang sedamg fokus pada pekerjaannya menambah kesan manis bagi Sasuke.
"Uchiha-san, untuk beberapa minggu ini tolong biarkan calon istrimu itu beristirahat dengan tenang, setidaknya jangan biarkan dia mengerjakan pekerjaan yang terlalu berat. Kondisi bayi kalian sangat lemah," jelas Sakura panjang lebar yang langsung ditanggapi dengan anggukan Sasuke.
Sakura memberikan resep obat yang baru saja selesai ia tulis pada Karin, "Maaf atas ketidaksopananku tadi, kalian boleh keluar sekarang," tegas Sakura lalu memutar kursinya menghadap ke jendela—membelakangi pasiennya—setelah Karin menerima resep obat yang ia berikan.
"Tck," Karin melenggang pergi mendahului Sasuke. Sedangkan Sasuke masih duduk diam ditempatnya sambil memperhatikan tubuh mungil Sakura yang terhalang sandaran kursi lamat-lamat.
"Sakura," Sasuke memanggil, Sakura benar-benar lelah. Dia tidak akan sanggup jika terus begini,
"Kau bisa keluar sekarang Sasuke" gadis itu menjawab ketus, Sasuke berdiri, mencondongkan badannya kedepan dan menjadikan tangan kirinya sebagai tumpuan untuk menahan berat badannya diatas meja.
Pemuda itu menarik kursi yang sedang Sakura duduki dan memutarnya agar mereka bisa bertatapan.
"Sakura, dengarkan aku..." ucap Sasuke dengan suara seraknya, nafas Sakura tercekat, ini terlalu dekat!
Dengan kecepatan kilat Sakura membuang pandangannya dan mendorong tubuh Sasuke sekuat tenaga. "Sasuke, jangan macam-macam" desisnya, "Aku butuh bicara denganmu, Sakura." desak Sasuke.
Sakura menahan napasnya, entah harus senang atau sedih mendengar ucapan Sasuke barusan. Hatinya masih memilih Sasuke, gadis itu sadar jika ia tidak akan bisa berpaling dari Uchiha tunggal itu.
Namun mengingat cintanya tak pernah dihargai oleh sang empunya, perasaan muak kembali menyelimuti Sakura. Ia selalu berusaha untuk bisa membenci Sasuke, tapi tidak bisa. Lelaki itu menyakitinya, selalu menyakitinya tapi entah sihir apa yang ada didalam mata hitam milik Sasuke yang selalu bisa menghipnotis Sakura saat menatapnya.
"Temui aku dua hari lagi di tempat biasa, sekarang susul istrimu itu. Dia membutuhkanmu."
Sakura memutuskan secara sepihak, mendengar hal itu sukses membuat senyuman tipis terukir di bibir kaku Sasuke.