Gaara menatap malas Temari yang baru saja menaburkan bedak tipis ke wajah tampannya. Wajahnya terasa tak nyaman sekarang,
"Haruskah kau menaburkan itu diatas wajahku?" Gaara mengoceh, dan itu berhasil membuat Temari dan Kankurou yang berada diruang rias tertawa keras.
Didetik-detik akhir seperti ini Gaara malah bersikap lucu dan menggemaskan—walau hanya menurut kedua kakaknya saja—hal itu membuat hati Temari semakin terasa berat karena harus melepaskan Gaara.
"Kau tumbuh terlalu cepat, kemarin kau masih sekecil ini." ucap Kankurou antusias, sambil memperagakan gerakan menggendong seorang bayi mungil didepan kakak dan adiknya. Hal itu disambut dengan tawa kecil Temari, dan decihan dari bibir tipis Gaara yang hari ini menjadi pemeran utama.
Diam-diam pemuda itu tersenyum kecil, setidaknya bercengkrama dengan kedua kakak kandungnya bisa meredakan rasa gugup yang melanda hatinya, walaunya sesaat.
Satu-satunya perempuan disana menitikkam air mata, ia merasa sedih namun juga bahagia diwaktu yang bersamaan. Gaara menghembuskan napas pelan, ia berdiri dan dengan lembut menarik Temari kedalam dekapannya.
Temari adalah figur penting dalam sejarah hidup Gaara, walaupun kakaknya ini sempat tidak bisa menerima kehadirannya namun ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang anak pertama. Temari adalah pengganti ibunya, tempatnya untuk berkeluh kesah, sosoknya teramat berharga hingga tak dapat diucapkan dengan kalimat panjang sekalipun.
Melihat hal itu, tanpa diajak Kankurou memaksa untuk masuk kedalam acara berpelukan kakak dan adiknya.
Mereka menangis dan tertawa bersama, dimenit-menit akhir menghantarkan sang bungsu kepada puncak kebahagiaannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau boleh membuka matamu sekarang!"
Sakura membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah pantulan dirinya didepan cermin. Kimono sederhana yang terlihat mewah terpasang rapih di tubuhnya. Riasan wajah yang tak terlalu tebal namun memiliki efek luar biasa ketika menempel diwajah ayu gadis musim semi itu.
Ino menatap hasil karyanya dengan penuh rasa bangga, Sakura terlihat begitu cantik, anggun, dan elegan diwaktu yang bersamaan.
Air mata gadis pirang itu terjatuh tanpa dipinta, ekspresi harunya tak bisa ia bendung terlalu lama. Sosok mungil yang selalu bersembunyi dibelakanganya kini sudah tumbuh menjadi wanita cantik yang bersinar tegak dengan kakinya sendiri.