24

4.4K 483 27
                                    

• Happy Reading •

.

.

.

Sakura membuka mata, matanya terasa perih dan berat. Gadis itu mengusap sedikit area matanya, lalu mengganti posisinya menjadi duduk.

Ah, Gaara. Pikirannya berkata.

Reka ulang kejadian yang baru saja ia tangkap pagi tadi kembali berputar dibenaknya. Gadis itu mengambil napas dalam, meraih titik tenang dalam jiwanya.

Matanya terlalu lelah untuk menangis, hatinya sudah terlalu sering merasa sakit. Sakura sudah tidak perduli lagi. Ideologi mengenai 'semua lelaki sama saja' terngiang dikepala.

Jika memang Gaara tak ingin menikah dengannya, setidaknya pemuda itu jangan memberikan harapan. Seperti itu isi pemikiran Sakura. Imaji Gaara yang bersinar menariknya keluar dari kegelapan sudah sirna.

Sekarang ini terasa seperti Gaara kembali mendorongnya kedalam kegelapan.

Pernikahan akan segera diselenggarakan. Kurang dari tiga hari lagi dan gadis itu harus dipaksa kuat menjalani ini semua. Terlalu tidak mungkin untuk membatalkan ini semua, Kakashi sudah rela mengurusnya sampai jauh-jauh ke Suna.

Beberapa undangan juga sudah disebar, apalagi jika mengingat jumlah undangan yang disebar melebihi angka seribu. Rasanya semakin tak mungkin untuk membatalkan pernikahan ini.

'Setidaknya lakukan demi desa!'

Wejangan yang diberikan Naruto untuknya terlintas sekilas di indra pendengaran. Sakura tersenyum sendu, Naruto ada benarnya. Seharusnya gadis itu mengingat posisinya, dia hanyalah ninja medis yang akan menikahi seorang kazekage ternama.

Dan seharusnya ia sadar tak seharusnya ia mempercayai Gaara secepat itu. Beginilah ujungnya setiap Sakura mempercayai seorang lelaki. Akhirnya, selalu sama.

"Sakura, kau ada didalam?"

Suara Kakashi dari luar kamarnya membuyarkan lamunan Sakura. "Ya!" gadis itu menjawab dengan suara serak  khas orang habis menangis. "Persiapkan dirimu, Gaara dan Temari datang untuk menjemput!"

Setelah menjawab panggilan Kakashi  Sakura segera berdiri. Membawa pakaian gantinya lalu berjalan kedalam kamar mandi. Sampai disana gadis itu mencuci wajahnya, menatap pantulan dirinya dicermin dan tertawa miris.

Matanya sedikit membengkak, walau tak terlalu nampak tetapi jika dilihat dengan teliti akan terlihat. Sakura merapikan tataan rambutnya yang berantakan, pikiran untuk memotong rambutnya lewat begitu saja.

Mungkin ia akan memotong rambutnya setelah pernikahaan. Ya, hitung-hitung membuang sial. Sugesti kesialan selalu menimpa gadis itu saat rambutnya memanjang.

Setelah memastikan keadaan yang baik-baik saja, Sakura melangkah keluar. Berjalan santai menuju ruang tamu dengan senyuman cerianya seperti biasa.

"Maaf menunggu lama," ucapnya sambil membungkuk dihadapan Gaara dan Temari.

Baik Gaara, Temari, dan Kakashi segera berdiri menyambut kehadiran Sakura.

𝓴𝓪𝔃𝓮𝓴𝓪𝓰𝓮'𝓼 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang