Dua Puluh Enam

1.2K 76 8
                                    

Happy Reading 😊

Tepat dihari ini dimana ujian kenaikan kelas berakhir, membuat semua murid senang. Begitupula dengan gadis yang tengah bermain basket dilapangan. Ocha ia sengaja pulang lebih lama toh nanti sekolah ini akan tidak ia datangai lagi.

Gadis itu dari kemarin selalu sendiri, bahkan waktu tasya mengajaknya ketemu pun ia tak jumpai, justru ia seperti menyibukan diri.

Saat ini semua para teman-temannya menghampiri Ocha kecuali Fahri. Mereka meminta gadis tomboi itu untuk ikut dengannya, dengan paksa Ocha menurutinya untuk terakhir kalinya. Disisi lain juga ada seseorang yang mengikuti mereka secara diam-diam.

Ocha dibawa para teman-temannya ke halaman sekolah paling belakang dengan posisi mata yang tertutup ntah apa yang telah mereka rencanakan.

"Mau kemana sih?" tanya Ocha

Tasya, Chika, Aggita, Hasan dan Husein terus mengiringi Ocha ketempat tujuan. Hingga sampailah mereka, Tasya membuka kain yang menutupi mata gadis tomboi itu.
Yang dilihatnya pertama kali adalah sebuah Motor sport berwarna merah miliknya, dengan bunga yang tersusun rapih di bawah motornya dan tak ketinggalan pula terdapat tulisan dengan kata 'maaf' yang begitu besar dibelakang motor itu.

"Ini maksudnya apa ya?" tanya Ocha kebingungan.

Seorang cowok berpakaian seragam menunjukan dirinya didepan Ocha. "Gue minta maaf atas semua perkatan atau perbuatan yang menyakiti lo."

Gadis itu terdiam, yang dipikirannya sekarang adalah mengapa ia datang lagi seakan-akan semua yang dia lakukan tak membuatnya sakit, menyuruhnya menjauh kemudian kembali untuk mengulang semuanya. Apakah ia harus memaafkan? Bodoh sekali ia mengikuti permintaan para teman-temannya tadi.
Sudah berapa kali meminta maaf namun mengulangi hal yang sama. Memaafkan itu memang hal yang mudah namun menerimanya kembali itu sungguh tak ada guna.

Ocha berusaha pergi namun, spontan cowok itu berlari dan memeluknya dari belakang. "Pliss maafin gue. Ini yang terakhir kalinya gue janji."

"Lepasin!"

"Gak bakalan gue lepasin kalau lo belum maafin gue, Gue emang bodoh mengenai Cinta tapi gue mau lo jadi pacar gue," ucap Fahri lembut.

"Gue gak bisa!"

Fahri melepaskan pelukan itu. "Pliss kasih hati lo buat mencintai gue, dan gue janji gak bakalan nyakitin lagi."

Saat itu lah tiba-tiba Adilta datang menarik tangan Ocha lalu menamparnya dengan keras, menjambak rambutnya dengan kencang sampai kepala gadis itu merasa pusing. Fahri dan kawan-kawan pun tak mau diam ia juga ikut memisahkan keduanya. Ocha yang  tak mau kalah pun ia juga ikut menjambak rambut Adilta sampai rontok.

Cukup lama memisahkan keduanya, Sampai pada akhirnya berhasil untuk dipisahkan.

"Udah ya Cha yang sabar, lihat tuh Adilta sampe nangis gitu," tutur Fahri.

"Urus dulu cabe-cabean lo yang kegatelan itu!" ucap Ocha meninggikan suaranya kemudian pergi begitu saja.

"Dasar bodoh! Ngapain sih lo belain dia segala jadi pergi deh Ocha," ucap Chika.

"Dan lo Adilta bisa gak sih jangan gatel gue garukin pake pisau baru tau rasa lo!" seru Hasan.

"Sayang kepala aku sakit banget," kata Adilta dengan manja.

Fahri tak menggubris omongan cewek itu, ia justru lari mengejar Ocha meski terlambat. Gadis itu sudah cukup jauh untuk dikejar, namun ia tak menyerah begitu saja sampai pada akhirnya Ocha berhenti disebuah halte membuat Fahri terus berlari sekencangnya untuk menghampiri gadis yang disayanginya.

Tomboy Girl ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang