Sepuluh

2.3K 128 2
                                        

Kamu manusia biasa, tertawalah jangan ditahan dan menangislah jangan dipendam.


Happy Reading😊

Hari ini tepat hari terakhir Ocha dan Fahri belajar bersama, sebab besok hari dimana ajang olimpiade akan dilaksanakan.
Dengan berat hati kali ini Ocha terpaksa mengikuti perintah Pak Soehendi untuk belajar kelompok dengan Fahri yang terakhir kalinya. Karena seharusnya hari ini hari dimana mereka istirahat untuk mempersiapkan esok hari.

Rencananya mereka akan belajar dirumah Fahri, sebenarnya sih itu kemauan si Fahri doang, Ocha hanya mengikuti saja.
Kini mereka berdua telah tiba dirumah Fahri dengan suasana rumah yang tampak sepi.

"Fahri tunggu dong!" seru Ocha sambil menaruh helmnya dimotor.

Fahri memberhentikan langkahnya. "lama banget si lo."

Keduanya berjalan beriringan untuk masuk. Namun, langkahnya terhenti karena mendengar pertengkaran dari dalam. Sepertinya orangtua Fahri sedang bertengkar, iya benar tidak salah lagi, dari suaranya saja sudah bisa ditebak oleh Fahri.

"Baiklah akan aku urus surat perceraiaannya!"

Mendengar perkataan tersebut Fahri bergegas masuk kedalam yang di ikuti Ocha dibelakangnya.

"Ayah, bunda. Ada apa ini? Mengapa kalian bertengkar?" tanya Fahri dengan sedikit sendu.

"Tanya saja bundamu itu," balas Ayah Fahri sambil pergi meninggalkan rumah.

"Bun, kalian engg--"

"Ayah dan bunda akan bercerai nak, sudahlah kamu gak usah banyak tanya. Bunda capek."

Fahri shock mendengar perkataan ibundanya, bagaimana mungkin kedua Orangtuanya bercerai, itu mustahil baginya. Menurutnya kedua Orangtuanya baik-baik saja seperti tak ada masalah, namun kenyataanya salah.

Fahri lari keluar rumah mengendari mobilnya kebut-kebutan dengan suasana hati hancur, emosi, dan penuh amarah. Sedangkan Ocha ia berusaha mengikuti dari belakang dengan mengendari motornya.

Mobil Fahri berhenti disebuah danau, ntah apa yang dirinya ingin lakukan saat ini.
Ocha memarkirkan motornya, dengan mata terus memantau gerak gerik Fahri.

Lelaki itu terus berteriak tak terima, kaki dan tangannya terus memukuli sebuah Pohon yang dekat dengannya. Ocha yang melihatnya merasa kasihan, ia berusaha memberanikan diri untuk menghampiri Fahri.

"Mau sampai kapan lo melukai diri lo sendiri?"

Fahri yang tadinya menendang sebuah Pohon pun berhenti dan melirik Ocha yang sedang berdiri disampingnya.

"Bukan kaya gini caranya, lihat deh tangan lo penuh darah apa bisa nyelesaiin masalahnya? Enggak kan?" tutur Ocha.

"Pergi lo! Gue gak butuh ceramah lo."

"Gue gak mau pergi, takutnya lo berbuat yang enggak-enggak."

"Jangan sok perhatian. Pergi lo!"

"Susah ngomong sama orang yang keras kepala, lo itu termasuk beruntung meski kedua orangtua lo mau cerai seenggaknya lo masih punya orangtua yang lengkap. Lah gue? Cuma punya bokap itupun udah gue anggap seperti nyokap," tutur Ocha membuat Fahri terduduk dan termenung.

Tomboy Girl ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang