Dua Puluh Empat

1.2K 63 2
                                        

Cinta keterpaksaan, itu sakit. Tapi cinta tanpa kepastian, lebih nyelekit.

Happy Reading 😊

Hari mulai sore sepasang orang yang tengah duduk disuatu warung bakso mereka saling bungkam, keduanya sama-sama canggung. Ini hal yang paling benci bagi mereka, karena satu sama lain tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun.
Abang si tukang bakso pun menghampiri sambil membawa penampan berisi dua porsi bakso.

Ocha mulai menuangkan sambal, caus, dan kecap kedalam mangkuknya. Sebaliknya cowok itu justru langsung memakannya membuat gadis itu yang melihatnya tersenyum.

"Sebelum dimakan dikasih ini dulu biar enak," ucap Ocha.

Fahri hanya diam dan melihat gadis itu yang sedang menuangkan caus, kecap dan sambal kemangkuknya. "Eh gue jangan pedes-pedes."

Gadis itu melirik sekilas kearah Fahri. "Dasar penakut!." cibir Ocha.

Keduanya mulai memakan bakso dengan santai tanpa ada obrolan yang keluar dari mulut mereka. Fahri sedikit ragu sebenarnya ia justru memakan mie dan kuahnya saja,  sedangkan baksonya ia tinggal karena takut bakso itu pakai daging sapi. Ocha yang melihatnya menggelengkan kepala dengan heran melihat cowok itu.

Ocha mengambil bakso dari mangkuk Fahri. "Ayo. AAAAA, cobain ini daging ayam kok."

Fahri memakan bakso dari suapan Ocha keduanya saling menatap hingga ada seseorang yang melihatnya iri dan benci.

"Kita harus cepet-cepet susun rencana supaya lo bisa depetin itu cewek sepenuhnya," tutur orang yang sedang memantau Ocha dan Fahri.

Setelah keduanya selesai memakan bakso, gadis itu berpamitan pulang. Namun pergelangan tangannya ditahan oleh Fahri ia mengodenya untuk duduk kembali.

"Apa lagi katanya suruh ngejahuin lo," kata Ocha ketus.

"Maaf," balasnya sambil menunduk.

"Gue gak tau jalan pikiran lo sekejap ingin bersama namun sekejap menghindar," jawab Ocha kemudian pergi meninggalkan cowok itu.

***

Di suatu taman, seoarng gadis tomboi sedang melamun dengan tatapan kosong. Tiba-tiba datanglah Segerombolan orang yang membuyarkan lamunannya. Mereka meminta sejumlah uang dan ponsel yang Ocha miliki dengan paksa.

Tak mau gadis itu memberikannya secara cuma-cuma, hingga pada akhirnya ia melawan segerombolan orang itu. Untung saja Ocha pandai bela diri, ia yakin pasti bisa mengalahkan semuanya.

Dari jauh Fahri melihat gadis yang disayanginya sedang berkelahi, ia berniat untuk menolongnya. Namun langkahnya berhenti karena Rafa tiba-tiba saja datang menolongnya.

Kedatangan Rafa membuat para segerombolan kalah seketika, dan mereka kabur.

Rafa memegang pundak Ocha. "Lo gapapa kan? Ada yang luka gak? Atau ada yang sakit biar gue obatin."

Ocha tersenyum tipis. "Makasih kak, gue baik-baik aja. Btw kok lo bisa ada disini?"

"Iya gue tadi lagi lewat terus ngelihat lo lagi berantem gue bantuin deh," jelas Rafa.

Gadis itu mengangguk paham, ia kembali duduk dan menunduk.

"Lo ada masalah?" tanya Rafa serius.

Ocha mengangkat kepalanya, dan mengangguk pelan. Gadis itu mulai berani bercerita dengan Rafa. "Kak kalau lo sayang sama cewek lo akan nyuruh dia jahuin lo gak?"

"Fahri ngelakuin hal itu ke lo?" tebak Rafa.

"Bentuk sayangnya cowok ke cewek itu sebenarnya kaya gimana sih kak menurut lo?" tanya Ocha.

Rafa menatap Ocha. "Llihat gue." Membuat Ocha juga menatap Rafa. "Kalau cowok sayang ke cewek pasti dia ada rasa suka, dan dia pasti gak akan ninggalin lo," sambung Rafa.

"Cowok itu bilang sayang, tapi dia juga nyuruh buat ngejahuin itu gimana?" tanya Ocha serius.

Rafa tersenyum. "Sayang yang dia omongin bohong, gue saranin sih lo mending turutin mau dia aja terus cari yang lain."

Ocha terdiam berusah mencerna penjelasan-penjelasan dari cowok itu. "Maaf ya kak jadi curhat gini."

"Yaudah si masa cewek tomboi kaya lo galau cuma gara-gara cinta," kekeh Rafa.

Fahri yang tak jauh dari keberadaan mereka ia juga mendengar semua obrolan itu. Sebenarnya dalam hatinya ia cemburu melihat kedekataan antara mereka, mau gimana lagi dirinya sudah tak berhak melarang. Pada akhirnya ia pergi dari taman itu.

"Cha lo mau enggak jadi pacar gue? Sebenarnya gue suka sama lo sejak pertama kali kita ketemu," ucap Rafa membuat  Ocha kaget.

"Gak usah bercanda kak, lo lagi berusaha ngehibur gue kan?" balas Ocha sambil menautkan alisnya.

Rafa mengelus rambut gadis didepannya. "Gue serius, lo mau gak jadi pacar gue?" tanyanya dengan serius.

"Gue gak ada rasa sama lo kak, gue lebih nyaman kita temenan," tutur Ocha dengan halus bermaksud agar tidak menyakiti Rafa.

"Coba kalau lo mau jadi pacar gue, pasti Fahri melihatnya cemburu. Dan biasanya cowok kalau cemburu itu tandanya cinta loh Cha," ucap Rafa.

Ocha diam ia seperti tertarik atas omongan Rafa tadi, gadis itu juga ingin tau apa benar orang yang selama ini dengannya cinta atau hanya sekedar tipuan.

"Kalau kita pacaran pura-pura aja gimana? Jadi kita pacaran kalau didepan orang-orang saja," kata Ocha sedikit ragu.

"Gak masalah buat gue, emang lo mau?" tanya Rafa dengan senyuman tak berarti.

Ocha mengangguk, wajah Rafa tampak datar tak ada raut wajah bahagia ataupun sedih.

"Yaudah kak gue pamit pulang, takut ayah marah nanti," kata Ocha.

"Gue anterin, plisss."

"Yaudah ayo!"

Lalu keduanya pergi, dan Semoga jalan yang diambil Ocha tidak salah. Kalaupun salah semoga tidak ada hati yang tersakiti.

TBC

Instagram

Disukai oleh anggitaptr_ dan 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disukai oleh anggitaptr_ dan 8.972 lainnya
Rafadk  my love
Lihat semua 1.098 komentar

Fyi: Foto diambil dihalaman rumah Ocha. Dan pastinya gadis itu terpaksa ikut foto.


Meilia❤

Tomboy Girl ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang