Taehyung menatap tajam seorang gadis yang tengah duduk di depannya. Wajahnya menunduk dalam di balik rambut indahnya. Keadaan di kantor BK terasa mencekam untuknya. Taehyung masih menunggu gadis itu buka suara sejak ia bertanya beberapa menit yang lalu. Jimin yang melihatnya dari sofa tak tauh dari mereka hanya menghela napas lelah.
"Kenapa diam? Saya gak punya kekuatan telepati sama kamu. Jadi gak tau apa isi kepala kamu."
Kalimat tersebut tentu saja menyakitkan untuk gadis itu. Setetes air matanya lolos dan membuat Taehyung mengusap wajahnya kasar.
"Kalo kamu diem aja, gak salah kalo saya berburuk sangka sama kamu. Coba kalo kamu buka mulut, biar semuanya jelas."
Jo Sunmi menghela napas lalu mengusap air matanya. Kepalanya kini sedikit terangkat namun matanya hanya memandang meja yang menjadi pembatas antara dirinya dan Taehyung.
"Saya- saya minta maaf, pak."
Taehyung masih mempertahankan ekspresi daftarnya lalu menyahut, "Kamu gak ada salah apa-apa sama saya. Bukan saya yang harusnya dapat permintaan maaf kamu."
Suasana di ruang BK semakin mencekam. Bibir gadis itu bergetar hebat dan membuatnya kembali menunduk.
"Saya akan selesaikan masalah ini dengan Kak Sohee langsung, pak," cicit gadis itu.
"Dengan cara apa? Kamu tampar lagi? Kamu jambak lagi? Atau kamu telanjangi?"
Ya kalimat tersebut melangkah keterlaluan. Tapi kembali lagi pada fakta bahwa Taehyung juga hanya manusia biasa yang punya batas kesabaran. Gadis itu menggeleng pelan sebagai tanggapan dari pertanyaan pria itu.
"Jadi apa? Kemarin kamu gunting seragam dia. Kamu berniat mau nelanjangi dia gitu? Kamu gak sadar ya sama posisi kamu? Dia itu kakak kelas. Dimana rasa hormat kamu sama senior? Terus juga kamu gak mau jelasin apa masalah kamu. Jadi jangan salahkan saya kalo saya berburuk sangka-"
"Tae."
Kalimat Taehyung terhenti ketika mendengar teguran dari Jimin. Kedua pria tersebut bertatap muka. Jimin menggelengkan kepalanya, seolah memberi tahu jika ia sudah kelewatan batas. Taehyung sendiri pun menyadari apa yang baru saja ia lakukan hanya bisa menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu bersandar di kursi kebesaran milik Jimin dan menatap langit-langit.
"Saya gak tau apa masalah yang kamu maksud. Tapi saya harap, kamu bisa menyelesaikannya dengan cara baik-baik," ujar pria itu.
Sunmi masih setia menunduk. Entahlah, ketika mendengar suara Taehyung yang mulai melembut seperti itu membuat dadanya sesak, rasa bersalah seolah menghempaskan dirinya begitu saja tanpa ampun.
"Kalian bukan anak kecil lagi. Saya yakin jika kalian pasti bisa menyelesaikan masalah tanpa unsur kekerasan seperti ini. Akal kamu sudah terbentuk dengan sempurna, setidaknya gunakan itu."
Seisi ruangan kembali terdiam. Hingga akhirnya Taehyung menatap jam tangan yang melingkar dengan apik di pergelangan tangannya. Pria itu bangkit dari kursi milik Jimin dan diikuti oleh Jimin sendiri. Sebelum beranjak Taehyung sempat menepuk bahu Jimin pelan, seolah menyerahkan urusan ini kepada sahabatnya.
Pria itu melangkah menuju pintu. Sebelum membuka kenop pintu, pria itu menolehkan sedikit kepalanya dan mengatakan satu kalimat yang membuat Sunmi kembali menangis.
"Saya percaya sama kamu, Jo Sunmi."
***
Taehyung menutup pintu mobil lalu membunyikan alarmnya. Baru saja ingin melangkah pria itu mengurungkan niatnya ketika mendapati presensi seorang Kwon Nara di depannya. Pria itu mematung sejenak lalu memasang wajah datar. Tanpa mempedulikan apapun ia kembali melangkah namun langsung dicegah oleh wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Tan 90✔
Fanfiction[Completed] "Ribetnya bapak itu kayak tangen 90 loh, pak. Tak terhingga." -Min Sohee- "Cintanya saya ke kamu itu kayak tangen 90. Tak terhingga." -Kim Taehyung-