Taeyong menatap gundukan tanah di depannya dengan tatapan nanar. Ia meletakkan bunga lily putih di atas pusara tersebut. Nama seseorang yang amat ia cintai terukir di batu nisan dan membuat hati Taeyong terasa sakit melihatnya. Setetes air mata lolos dari tempatnya dan membasahi pipinya. Tak ada kata yang terucap. Yang ada hanyalah ungkapan rindu yang disampaikan oleh angin yang berhembus.
Kwon Nara
Birth : 6th August 1995
Die : 24th March 2020Taeyong merasakan sebelah pundaknya disentuh oleh seseorang. Pria itu mengusap air matanya dan mendapati presensi seorang Kim Taehyung di sampingnya. Taehyung juga ikut meletakkan setangkai bunga lily putih di samping milik Taeyong dan menatap pusara tersebut dengan nanar.
"Bohong kalo gue bilang, gue benci sama dia. Karena nyatanya gue masih cinta sama dia."
Taeyong membuka suara, mengungkapkan rasa sakit yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Taehyung mendengarkan setiap kata yang dilontarkm oleh Taeyong dengan baik, membiarkan pria itu membuka isi hatinya.
"Gue seneng begitu tau Nara datang ke gue dan bilang mau ngelupain lo. Gue berusaha sebaik mungkin untuk bisa menggantikan posisi lo di hati dia. Tapi tetap aja, sekeras apapun gue berusaha, gue emang selalu gagal dari lo, Tae."
"Gue memutuskan buat pergi dari dia. Gue pikir dia bakal sadar terus datang ke gue kembali. Tapi nyatanya enggak. Justru dia datang dengan cara kayak gini dan berakhir dengan cara yang gak seharusnya."
Taehyung masih setia mendengarkan. Ia paham bagaimana perasaan Taeyong saat ini. Ditinggalkan oleh orang yang dikasihi memanglah terasa menyakitkan.
"Gue minta maaf, Tae."
Tanpa diduga Taeyong jatuh berlutut di depan Taehyung dan menundukkan kepalanya. Pria itu menangis di hadapan Taehyung dan membuat Taehyung mematung lantaran bingung sekaligus terkejut.
"Gue minta maaf atas kesalahan gue. Gue minta maaf atas kesalahan Nara. Gue minta maaf atas nama dia, Tae. Gue mohon, maafin gue, maafin dia."
"Gue cinta sama Nara dan lo sahabat gue, Tae. Lo berdua sama berharganya buat gue. Lo boleh hukum gue, Tae. Lo boleh pukul gue sekarang buat melampiaskan rasa benci lo. Tapi lo harus janji, setelah ini lo maafin gue, Tae."
Setetes air mata mengalir di pipi Taehyung. Pria itu berjongkok di depan Taeyong dan menarik Taeyong ke dalam pelukannya. Ia menepuk punggung Taeyong dengan pelan, menghibur sahabatnya sebisa mungkin.
"Jangan kayak gini, Yong. Gue juga minta maaf karena gak mau ngertiin perasaan lo. Lo gak salah. Lo orang yang baik, gue tau itu."
Taeyong masih terisak dalam pelukan Taehyung. Kini selesai sudah persoalan di antara mereka. Tak ada lagi dendam ataupun rasa benci. Memaafkan adalah kunci dari segala ketenangan hati. Isak tangis mereka ikut terbawa angin, dengan harapan semoga untuk kedepannya hanya hal baik yang akan mereka lalui.
***
Langkah kaki Sunmi terhenti tepat di depan pintu ruang inap milik Sohee. Gadis itu mengeratkan genggamannya pada keranjang buah yang ia bawa. Gadis itu merasa takut untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Bagaimana jika Sohee tak memaafkannya? Bagaimana jika Sohee membencinya? Berbagai spekulasi buruk memutari kepalanya dan membuatnya mendadak pusing.
"Sunmi?"
Gadis itu menoleh dan mendapati Jimin yang kini melangkah menghampirinya. Sunmi menunduk dan menyembunyikan keranjang buah di balik punggungnya lalu mendongak dan menatap Jimin dengan gugup.
"B-bapak ngapain kesini?"
"Oh, saya mau jemput Taehyung. Kita mau ke kantor polisi buat ngasih kesaksian atas kejadian itu. Kamu ngapain disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Tan 90✔
Fanfiction[Completed] "Ribetnya bapak itu kayak tangen 90 loh, pak. Tak terhingga." -Min Sohee- "Cintanya saya ke kamu itu kayak tangen 90. Tak terhingga." -Kim Taehyung-