"Kehilangan orang yang dicintai adalah hal terburuk yang bisa dirasakan oleh seseorang"
******
10 tahun yang lalu adalah hari yang buruk baginya, ia kehilangan papanya dan 5 tahun setelahnya ia harus kehilangan mamanya. Ia menatap figura itu lekat-lekat memandang dua pasang wajah yang seharusnya saat ini bersamanya, menemaninya dalam kesendirian ini tetapi mereka hanya ada didalam figura itu dan hatinya. Tak terasa air mata jatuh dalam pipinya, ia mengusapnya pelan dan mengembangkan senyum
"Ansara yakin papah dan mamah selalu lihat ansara dari jauh jadi ansara gak akan menangis, ansara yakin ansara bisa, karena kalian selalu ada bersama ansara" ucap gadis itu
Ini adalah hari ketujuhnya keluar dari rumah bastian, ia menyewa sebuah kontrakan kecil dekat dengan sekolahnya, tujuannya adalah agar ongkos yang dikeluarkannya tidak terlalu banyak, karena biaya pendidikannya tidak lah murah dan perjalanannya masih panjang.
Ia menatap langit langit kamarnya, kamar ini memang tidak sebesar kamarnya di rumahnya dulu dan di rumah bastian, tetapi cukup untuk meredakan lelahnya selama seharian beraktifitas di sekolah dan di tempat kerjanya.
Andai kecelakaan itu tidak terjadi pasti sekarang ia sedang bersama mamanya, andai papanya tidak sakit dan meninggalkan ia selama lamanya pasti kini ia bersama papanya.
*Flashback*
Dulu dia adalah gadis yang periang, senyumnya selalu ia kembangkan dimanapun berada, temannya banyak dan hampir semua orang ada bersamanya, sejak mamanya memutuskan untuk menikah lagi karena mamanya menginginkan ia merasakan kasih sayang seorang ayah ia berfikir bahwa mamanya sudah menghianati papa. Kehidupannya banyak berubah, banyak peraturan baru dari ayah barunya bastian.
Shalat tepat waktu, pulang tepat waktu, makan tepat waktu, muhasabah diri saat mau tidur, membaca doa ketika mau beraktifitas dari bangun tidur sampai tidur lagi dan yang paling membuatnya jengah adalah memakai baju yang sopan ketika pergi keluar rumah yang lebih mirip mau ke pengajian. Dengan setengah hati ia mengikuti semua aturan mama dan ayah tirinya itu.
Mamanya berubah, ia seperti bukan mamanya yang dulu baik dari penampilan maupun sikap semuanya ia kaitkan dengan agama. Mamanya mulai berhijab semenjak menikah dengan bastian, ansara tau bastian tidak akan memaksanya, karena padanya pun bastian begitu, berbeda dengan mamanya yang selalu menginginkan ia berhijab.
Empat tahun sudah mamanya menikah dengan bastian, hidupnya baik-baik saja dan bastian berhasil mengambil hatinya, ia menjadi ayah yang baik untuk ansara, hingga hari buruk itu datang, orang tuanya pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan dan ansara hanya sendiri di rumah, ia tidak pernah berfikir ini adalah hari terakhirnya bertemu mamanya.
Bendera kuning dan kerumunan orang memenuhi halaman depan rumahnhya jantungnya berdegup kencang, kakinya menjadi lemas, derap langkahnya ia pelankan hingga semua gerakan seakan melambat, pasokan oksigen pun mulai menipis, tenggorokannya tercekat mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah tersebut.
Mamanya tengah terbaring kaku dengan diselimuti kain putih, yang ia tau adalah kain kafan, sementara disampingnya ada ayah tirinya yang terlihat kacau dan banyak luka, kondisinya buruk, tetapi masih setia menggenggam erat tangan mamanya tatapannya kosong. Hingga ansara datang mendekat disebelahnya ia langsung memeluk gadis itu
"Sara maafkan ayah, ayah tidak bisa menjaga mamah" ucapnya terbata-bata sambil menangis
Ia tidak menjawabnya hanya saja dadanya sesak dan kemudia ia menangis histeris,berteriak dengan kencang berharap ini adalah mimpi dan kalaupun mimpi ini adalah mimpi buruk baginya, tapi semua ini nyata. Gadis itu setia menemani mamanya sampai di pemakaman begitu juga ayah tirinya, penampilannya sudah membaik, lukanya sudah diobati dan memakai baju yang bersih tetapi kondisi hatinya sama saja hancur seperti ansara.
Setalah pemakaman, keluarga Mamah, papah dan ayahnya berkumpul di rumah, ia samar samar mendengar adanya sebuah dialog dari tantenya adik dari mama, dan bude nya kakak dari papa, mereka semua sepakat menyerahkannya pada ayah bastian, walaupun ayah tiri,mereka percaya bastian bisa menjaga dan mendidik ansara dengan baik.
Satu tahun berlalu, setelah ia pikir-pikir untuk apa ia tinggal dengan ayahnya, ia bukan siapa siapanya, lagian ayahnya juga mengatakan bahwa dia punya anak kandung, tetapi alasan terkuat kepergiannya dari rumah itu adalah, karena bastian lah mamanya meninggal, bahkan setelah satu tahunpun rasa perihnya ditinggal seseorang masih ia rasakan.
Malam itu, ia menghampiri bastian di ruang kerjanya, mengajaknya ke ruang keluarga, karena ruang keluarga adalah tempat berdiskusi, berbicara, bercanda apapun yang bisa dilakukan oleh sebuah keluarga tapi kini mereka hanya berdua, rumah nya terasa sepi. Ia menghembuskan napasnya perlahan dan memulai pembicaraan. Semenjak mamanya meninggal, ia memanggil bastian dengan sebutan "om" sama seperti saat mereka pertama bertemu.
"Om sara mau bicara, kalau sara akan pergi dari rumah ini, sara tidak mau terus menerus menyalahkan om, dan kembali teringat akan kenangan mama yang membuat sara semakin sakit"
Ucapnya langsung to the poin"Tapi sara kamu masih jadi tanggung jawab ayah, mama kamu adalah bagian dari ayah begitupun kamu, ayah mengerti sara marah tapi ayah yakin sara anak yang baik, sara akan menerima semua ini dengan lapang dada, kita sama sama kehilangan mama sara, dan ayah nggak mau membiarkan putri ayah hidup sendiri" ucapnya lembut
"Sara tetap pada keputusan sara om" ucapnya tegas
Karena tau putrinya adalah anak ABG yang masih labil bastian memilih mengalah toh ia masih bisa mengawasi sara.
"Baik tapi sara mau tinggal dimana? " bastian bertanya dengan tatapan serius
"Sara gak tahu om, nanti sara kabari, sara mulai besok sudah pergi" ucapnya
"Ayah percaya sara, tetap jaga iman kamu ya nak, ayah akan menjaga sara dari jauh, kalau perlu apa apa sara bisa menhubungi ayah" ucapnya dengab tatapan sendu
Sebenarnya sara sangat iba tetapi rasa bencinya lebih besar dari rasa ibanya pada ayah tirinya itu, kini ia memulai hidup barunya. Soal ia yang harus mengabari ayahnya itu perihal tempat tinggalnya ia urungkan, dia tidak ingin berhubungan apapun dengan ayah tirinya, lagi lagi karena bastian bukan ayah kandungnya sara berpikir ia tidak berhak atas hidup sara. Bahkan sara menutup rekeningnya dan membuka rekening baru di bank lain dengan uang tabungan yang ia miliki.
*Flashback off*
Sudah seminggu, terlintas dipikirannya bahwa ayahnya pasti mengkhawatirkannya, terlebih ia menjual ponsel mahalnya dan berganti hp baru yang lebih murah tak lupa juga mengganti semua nomor hpnya.
Perlahan gadis itu menutup matanya mebayangkan bahwa hidupnya akan baik baik saja. Hingga akhirnya ia terlelap.
***
Jangan lupa vote dan comment🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSARA JOURNEY
General Fiction"Gue hanya ingin sendiri, gue ga butuh lo, jadi jangan ganggu gue" -Ansara "Gue juga gatau sejak kapan gue menerima tugas ini, tugas untuk selalu ngelindungin lo" -Arayyan Sejak kepergian kedua orang tuanya Ansara memutuskan untuk keluar dari rumah...