Bagian 26

28 2 0
                                    

"Besok kita ke makam ibu ya Ayah" ucap Rayyan

"Iya besok kita ke sana sama Ansara juga" ucap Bastian

Ansara bahkan tidak tahu kalau ibu Rayyan di makamkan di Bandung, dulu ia hanya gadis kecil yang tidak mau tau, intinya ia hanya memiliki keluarga baru, yaitu Ayah bastian yang menikah dengan Mamanya. Terlintas dipikirannya untuk tahu tentang kehidupan Ayah Bastian dan juga Rayyan sebelumnya, bersama keluarga kecil mereka. Tapi ia pun tidak ingin membuka luka lama dan membuat mereka bersedih, mungkin suatu saat ia bisa mendengarkan cerita tentang Rayyan.

"Kenapa?" tanya Rayyan yang duduk disamping Ansara.

"Gapapa yan, gue masuk ke kamar duluan ya mau rapihin baju" ucap Ansara pamit meninggalkan Rayyan dan Bastian yang masih duduk di teras rumah.

"Ayah yakin mau ajak dia?" ucap Rayyan menoleh ke arah Ayahnya

"Yakin, Ansara mau kok" ucap Bastian

"Dulu dia pernah ke makam ibu?" tanya Rayyan

"Belum pernah, besok pertama kalinya dia ke makam" ucap Bastian

"Waktu Ayah mau nikah sama Mama Ansara, Ayah nggak ke makam ibu?" tanya Rayyan

"Ayah kesana sama Mama Ansara, tapi kita memang hanya berdua dan Ansara di Jakarta" ucap Bastian yang diikuti oleh anggukan kecil dari Rayyan.

"Yaudah masuk yuk, udah malam. Udara akan semakin dingin, dan nggak bagus buat tubuh" ucap Bastian sambil berdiri dan diikuti oleh Rayyan.

Malam ini Ansara tidak bisa tidur. Ia pun memutuskan untuk melihat-lihat ruangan di Rumah ini, rumah ini tidak terlalu besar,tetapi halamannya luas.  Ada foto di ujung kamar Bastian, foto yang mirip dengan foto keluarga di rumahnya, yang berbeda adalah Rayyan dan ibunya yang berada dalam figura itu.

"Mama Rayyan cantik sekali" gumamnya

Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya

"Astaghfirullah" ucap Ansara yang kaget sambil mengelus dada.

"Kenapa belum tidur?" ucap Rayyan. Yap, dia yang menepuk pundak Ansara.

"Nggak bisa tidur" ucap Ansara

"Udah baca doa?" tanya Rayyan serius

"Udah"

"Udah wudhu?"

"Udah"

"Udah istighfar?"

"Udah tadi pas lo kagetin"

"Hmm pantes, dah sana balik ke kamar, baca doa lagi sama istighfar gue yakin lo bisa tidur"

"Gue mau liat-liat"

"Kita disini masih lama, lo bisa liat-liat besok"

"Aduh Rayyan lo nyebelin banget sih"

"Jangan brisik, ayah udah tidur, nanti ayah bangun lagi"

"Iya maaf maaf"

"Yaudah sana lo liat-liat lagi"

"Lo sendiri kenapa belum tidur?" tanya Ansara

"Gapapa"

"Kok lo kaya cewe sih, ditanya apa jawabnya gapapa, aneh lo"

"Berarti cewe aneh dong"

"Lo yang Aneh"

"Iya deh, dasar cewek" ucap Rayyan hendak berbalik

"Yan duduk dulu sebentar deh, gue mau ngomong" ucap Ansara.

"Soal apa?" tanya Rayyan

"Hm lo kenal shakira?" tanya Ansara

"Ga kenal tuh"ucap Rayyan

"Yang cantik yan" ucap Ansara

"Semua cewe cantik"ucap Rayyan

"Gue enggak" ucap Ansara

"Lo cantik" ucap Rayyan

Pipi Ansara memerah, ia langsung mengalihkan pembicaraan

"Hm mungkin lo belum kenal, tapi dia bilang selalu ketemu cowo yang ciri-cirinya mirip sama lo di Rooftop" ucap Ansara

"Oh cewe yang suka nangis itu?"ucap Rayyan

"Hm iya kali"ucap Ansara

"Temen lo?" ucap Rayyan

"Iya temen gue" ucap Ansara

"Terus kenapa? Dia suka gue?" tanya Rayyan to the point

"Ish pede banget sih lo, gue cuma penasaran aja sama cowo yang dia maksud tiap kali cerita"

"Oh kirain, kalau dia suka gue, bilang gue gamau pacaran" ucap Rayyan

"Lo bisa bilang sendiri nanti" ucap Ansara

"Sar, gue juga mau tanya" ucap Rayyan

"Tentang apa?" ucap Ansara

"Axel, lo tau dia suka sama lo kan?" ucap Rayyan

"Gue ga tau, dia nggak pernah bilang" ucap Ansara

"Lo ga bisa baca bahasa tubuh dia? "ucap Rayyan

"Mana gue tau Rayyan, gue emang gak pernah peduli tentang itu" Ucap Ansara

"Yaudah nggak usah peduli" ucap Rayyan

"Kayanya gue udah mulai ngantuk, gue balik ke kamar dulu" ucap Ansara

"Oke" ucap Rayyan
****
Keesokan harinya, Ansara bangun terlambat, untungnya Ayahnya membangunkannya untuk shalat subuh berjamaah. Ayah bilang agendanya hari ini adalah mempelajari proses pembuatan teh lalu setelah itu ke makam ibunya Rayyan.

"Gimana rasanya belajar bikin teh tadi?" tanya Bastian

"Seru Ayah, ada banyak hal baru yang Ansara tau" ucap Ansara

"Baguslah kalau gitu, Ayah nggak tanya Rayyan soalnya dari kecil dia biasa ikut ayah ke pabrik, kamu masih inget kan yan?" ucap Bastian

"Masih yah" ucap Rayyan

Kini mereka tengah berjalan kaki menuju makam yang tidak terlalu jauh dari pabrik teh, makam itu terlihat sangat Asri, banyak pohon dan bunga kamboja disana. Ayah Bastian memang membeli tanah khusus untuk makam keluarga, jadi disini masih tersisa beberapa space kosong yang bisa diisi oleh beberapa makam lagi. Hingga langkah kaki mereka berhenti pada tulisan "Lastri binti Ahmad muzaki"

"Ini makam ibunya Rayyan"

"Iya Ayah" ucap Ansara

"Assalamualaikum ibu? Apa kabar? Rayyan kangen sekali sama ibu, maaf ya Rayyan jarang datang kesini dan baru bisa kesini sekarang" ucap Rayyan sembari meletakkan bunga yang sudah disiapkannya

"Kita berdoa dulu ya untuk ibu" ucap Bastian

Merekapun berdoa dengan khusyuk, Ansara sesekali melirik Rayyan yang mulai menitihkan Air mata, ia juga jadi rindu mamanya. Hingga doa pun selesai dan Bastian pun hendak bangkit dari makam tersebut.

"Sebentar ya Ayah"ucap Ansara

"Assalamualaikum ibu? Ini Ansara, maaf ya ibu, Ansara baru bisa datang kesini, bahkan Ansara juga gak pernah doain ibu, Ansara yakin ibu pasti ibu yang hebat, ibu sudah melahirkan Rayyan yang begitu baik dan sangat sayang sama Ayah, ibu pasti sekarang lagi bahagia di syurganya Allah kan bu, Ansara janji akan selalu doain ibu disetiap Ansara shalat,Ansara juga akan selalu jagain Ayah dan Rayyan, Ansara pulang dulu ya bu"

"Makasih ya Sar" ucap Rayyan

"Sama sama"

Bastian mengusap pundak Rayyan dan merangkulnya untuk meninggalkan makam, meskipun sudah lama Lastri meninggalkan mereka tetapi rasa kehilangan masih tetap terasa dan semakin menggebu saat mereka mengunjungi makam.

Rasanya Ansara juga ikut terhanyut dalam suasana. Mungkin hari ini menjadi hari yang campur aduk, dimana ia senang ketika belajar proses pembuatan teh dan juga sedih ketika mengunjungi makam Lastri, ibunda Rayyan.
Dan semoga besok harinya akan lebih indah

Satu yang pasti, ia harus menepati janjinya.

ANSARA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang