Tak membutuhkan waktu lama akhirnya rayyan sampai di rumah, namun sayang ayahnya sedang pergi ke luar, dan kini di rumah hanya ada bi inah dan mang adin.
Rayyan memutuskan untuk bertanya pada mang adin soal kecelakaan mama ansara, berharap ada titik terang, supaya ayahnya tidak terus menerus di benci oleh ansara.
Mang adin kini sedang mencuci mobil dan bi inah sedang memasak di dapur, kemudian rayyan memutuskan untuk menghampiri mang adin
"Mang udah selesai cuci mobilnya?" tanya rayyan
"Bentar lagi mas, ada yang bisa mang adin bantu?" tanya mang adin
"Enggak sih mang, rayyan mau ngobrol aja sebentar, soal kecelakaan mama ansara" ucap rayyan
Raut muka mang adin berubah, ia menjadi murung dan menunduk seperti merasa bersalah
"Mang?" panggil rayyan
"Eh iya mas, saya dengar kok" ucap mang adin gugup
"Jadi waktu pergi ke luar kota ayah sama tante sarah hanya pergi berdua mang?" tanya rayyan
"Sebenarnya saat itu, tuan dan nyonya pergi bersama anak saya Anhar, waktu itu saya sakit jadi tidak bisa mengantar mereka" ucap mang adin dengan suara bergetar
Menyadari ada yang mengganjal rayyan berusaha bertanya dengan hati-hati.
"Jadi yang menyertir saat itu bukan ayah mang?" tanya rayyan
"Iya mas" ucap mang adin
"Terus anhar gimana keadaannya mang saat kecelakaan itu?" tanya rayyan
"Anhar baru lulus SMA saat itu, dan menyusul kami ke kota, Sebenarnya anhar itu belum terlalu pandai menyetir, tuan pun saat itu tidak masalah jika harus pergi berdua dengan nyonya saja, tapi anhar merasa tidak enak, walaupun saat itu belum terlalu pandai tapi ia bisa menyetir, akhirnya anhar menawarkan diri untuk mengemudikan mobil itu" ucap mang adin
Ia menghela napas, air matanya hampir jatuh, ia berusaha menahan perasaannya. Rayyan diam memberikan jeda sejenak untuk mang adin bercerita.
"Saat perjalanan pulang di malam hari, tuan dan nyonya dalam keadaan tertidur, saat hendak menyalip mobilnya oleng dan menabrak tiang listrik, anhar meninggal dalam kecelakaan itu mas, dan nyonya juga meninggal, hanya tuan yang selamat" ucap mang adin
"Ansara enggak tahu kejadian yang sebenarnya mang?" tanya rayyan
"Waktu tuan dan nyonya berangkat, non Ansara sedang sekolah, jadi tidak tahu bahwa ada anhar yang ikut untuk menyetir. Tuan tidak memberi tahu non ansara karena ia tidak ingin non ansara membenci keluarga saya" ucap mang adin
"Karena non Ansara sudah menganggap saya dan bi inah keluarga, dan hanya tau bahwa saya memiliki anak di kampung" tambahnya lagi
Jadi semua ini adalah perintah ayahnya, rayyan benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya, walau bagimanapun ayahnya lebih mengerti kondisi ansara saat itu.
"Saya turut berduka cita mang" ucap rayyan
"Andai saat itu saya melarang anhar, mungkin sekarang kami juga masih bisa berkumpul bersama, keluarga tuan bastian juga masih lengkap" ucap mang adin
Rayyan hanya tersenyum getir, hal yang sama dan dialami oleh orang disekitarnya adalah kehilangan, Ia, ayahnya, ansara, dan keluarga mang adin sama sama kehilangan. Dan ia ingin sekali semuanya bisa saling menguatkan.
Ia merasa tidak enak pada mang adin, mang adin masih terus menangis, ia berusaha menepuk-nepuk punggungnya dan mengatakan bahwa semua ini takdir. Takdir Allah, dan tanda bahwa Allah sayang.
"Maafkan saya ya mang, karena saya mang adin harus mengingat hal yang menyakitkan dalam hidup mang adin, saya tahu rasanya kehilangan mang, maka dari itu tetaplah jadi bagian keluarga kami agar kita bisa saling menjaga dan menguatkan" ucap rayyan
"Gak apa-apa mas, mas juga perlu tahu kebenarannya, sebenarnya saya juga tidak enak pada tuan, karena saya non ansara membenci tuan dan meninggalkan rumah ini, padahal saya tau kalau tuan sangat sayang sama non ansara" ucap mang adin
"Saya yakin ansara juga akan kembali kesini mang, berkumpul bersama kami dan menemani ayah lagi" ucap rayyan
"Semoga ya mas, saya selalu mendoakan keluarga kalian" ucap mang adin
Diam-diam bi inah mendengarkan pembicaraan rayyan dan mang adin, bi inahpun menghampiri rayyan dan meminta maaf.
"Maafkan saya ya mas, saya seharusnya melarang anhar saat itu" ucapnya
"Sudah bi, enggak apa-apa, sudah takdirnya seperti itu, yang penting bibi dan mang adin bisa menyayangi saya dan ansara seperti anak kalian sendiri" ucap rayyan
Bi inahpun menganggukkan kepalanya
"Tentu saja mas,mas rayyan dan non ansara sudah seperti anak kami sendiri" ucapnya
Rayyan lega, keluarganya dikelilingi oleh orang-orang baik seperti mang adin dan bi inah, ia hanya berdoa semoga ayahnya dan ansara juga bisa merasakan kebahagiaan kembali.
****
Setelah mengobrol dengan bi inah dan mang adin, rayyan kembali ke kamarnya, rasanya hari ini ia sangat malas untuk belajar padahal besoknya adalah hari senin, dan ia akan bertemu ansara lagi.Ia akan meminta izin pada ayahnya untuk menyampaikan kebenaran ini pada ansara, agar keluarganya kembali membaik, khususnya ayahnya.
Suara ketukan pintu membuat ia bangkit dari kasurnya, ia tahu ayahnya pasti sudah pulang
"Assalamualaikum" ucap bastian
"Walaaikumsalam ayah" ucap rayyan membuka pintu
"Kamu udah selesai latihan futsalnya? Ayah kira kamu akan pulang sore lagi, jadi tadi ayah memutuskan untuk jalan-jalan ke luar" ucap bastian
"Enggak yah, kita selesai cepat karena mulai dari pagi, ayah rayyan mau bicara" ucapnya
"Bicara apa nak?" bastian masuk ke dalam kamar rayyan dan duduk disamping rayyan
"Soal kecelakaan ayah dan tante sarah" ucap rayyan
"hmm sudahlah, biarkan mama ansara tenang yah, jangan diungkit lagi" ucap bastian
"Rayyan sudah tau semuanya ayah, ayah bukan yang menyetir kan saat kecelakaan itu? Anhar anak mang adin yang waktu itu menyetir, dan anhar juga meninggal akibat kecelakaan itu, tapi ayah kenapa ayah tidak memberitahu yang sebenarnya pada ansara?" ucap rayyan
"Kami sudah seperti keluarga rayyan, ansara sangat dekat dengan mang adin dan bi inah, saat ayah dan mama ansara Bekerja pun, mereka yang menjaga ansara, ayah tidak ingin ansara membenci keluarga mang adin" ucap bastian
"Tapi apa ayah tau kalau ansara membenci ayah? Apa ayah tidak merasa bahwa ia meninggalkan rumah ini karena merasa bahwa ayahlah penyebab kecelakaan mamanya? " ucap rayyan
"Ayah percaya dia sangat menyayangi ayah, walaupun dia tidak pernah bilang tapi tatapan matanya tidak bisa membohongi bahwa ia sangat menyayangi ayahnya" ucap bastian
"Sampai kapan ayah?" tanya rayyan
"Entahlah nak, ayah yakin setelah ansara bisa menerima semua ini, dia pasti akan kembali" ucap bastian
"Biarkan rayyan bilang ke ansara tentang semuanya ayah" ucap rayyan
"Jangan, biarkan dia melupakan kejadian itu sendiri rayyan dan menerimanya" ucap bastian
"Dia tidak akan pernah bisa menerimanya ayah, dia terlalu larut dalam kesedihannya,tadi rayyan mengikuti ansara ke makam orang tuanya, dia bilang kalau ayah penyebab mamanya meninggal, mungkin dulu juga rayyan masih bodo amat tentang kematian tante sarah, tapi kali ini rayyan ingin agar dia tahu bahwa ayah bukan orang jahat ayah sayang sama dia." ucap rayyan
"Sudalah rayyan, kamu tidak usah terlalu fokus pada masalah ayah dan ansara, mulai sekarang rayyan fokus saja pada sekolah rayyan yah, cukup beri tahu ayah saja kalau ansara baik-baik saja, itu sudah cukup rayyan" ucap bastian
Jika sudah begini rayyan juga tidak bisa apa-apa, perintah bastian adalah hal yang tidak bisa ia tentang, karena hanya ayahnya yang masih ada maka ia harus berbakti padanya, dan menuruti perintah ayahnya adalah hal wajib yang harus ia lakukan untuk menunjukkan baktinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANSARA JOURNEY
Fiksi Umum"Gue hanya ingin sendiri, gue ga butuh lo, jadi jangan ganggu gue" -Ansara "Gue juga gatau sejak kapan gue menerima tugas ini, tugas untuk selalu ngelindungin lo" -Arayyan Sejak kepergian kedua orang tuanya Ansara memutuskan untuk keluar dari rumah...