Bagian 10

61 10 0
                                    

Sudah hampir satu bulan kini ansara pergi dari rumah itu, Ayah bastian selalu memperhatikannya, memberikan makanan, baju atau kebutuhan kecil ansara, perhatiannya tetap sama meskipun mereka tidak serumah lagi.

Sedangkan Rayyan sendiri sudah mulai tak ikut campur urusan ansara lagi, ia fokus dengan pelajaran, ikut banyak lomba, dan juga fokus pada eskul futsalnya. Dan keadaan ini membuat Ansara bersyukur, tapi sedikit kehilangan perhatian rayyan.

Ia tahu ia tidak mungkin menyukai saudara tirinya itu, tapi tanpa adanya suara rayyan yang mengajaknya bicara hari-harinya semakin sepi,  kali ini ucapan rayyan benar ia butuh teman untuk menemani ia melewati hidupnya yang sepi ini.

Ansara juga rindu saat rayyan mengikutinya atau menunggu saat ia bekerja di toko kue bu dona, atau saat mengganggunya belajar di perpustakaan, atau saat memastikan ia pulang ke rumah dengan selamat.

Selama ini ia salah menilai rayyan, rayyan sangat tulus padanya, tapi ia justru membenci rayyan, dan mengira pedulinya sekedar hanya kasihan, karena ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.
***
Pagi ini sekolah masih sepi, ia beranjak dari kelasnya menuju toilet untuk mencuci muka, biasanya rayyan sudah datang, tapi sudah seminggu ini ia datang pukul 6.30 dan selalu menunggu bel masuk di kantin. Dengan langkah yang santai ia membuka pintu toilet itu tapi ia mendengar bunyi

Braaakkk

Ia melihat ke arah dimana gadis berhijab itu tersungkur,  dan ada tiga orang wanita lainnya yang sedang membulinya dan mau mengguyur anak itu menggunakan air, tapi pandangan mereka beralih ke arah ansara. Mereka pun langsung pergi meninggalkan gadis itu.

"Awas ya lo, pelajaran lo belum selesai, dan lo jangan laporin kita ke guru, kalo gak tanggung sendiri akibatnya" ucap gadis itu sambil menunjuk ke arah ansara, diseragamnya tertulis nama Bella, ansara akan ingat itu

Ia langsung menghampiri gadis yang tersungkur di hadapanya, ia bahkan tidak menangis dan merasa takut, ia hanya diam.

"Lo gapapa?" tanya ansara pada gadis itu, gadis itu langsung tersadar lalu bangkit dan merapikan seragam serta hijabnya

"Gapapa, makasih ya, karena lo pagi ini gue gak perlu ganti seragam lagi hehe" ucapnya sambil terkekeh

Ansara berusaha mencerna maksud gadis ini, jadi setiap hari dia harus mendapat perlakuan seperti ini? Bahkan ia tidak pernah menyangka bahwa disekolah elite ini masih ada pembulian atau mungkin ia saja yang tidak pernah peduli lingkungan disekitarnya.

"Hei, nama lo ansara? "tanya gadis itu sambil melambaikan tangan ke wajahnya, ansara yang larut dalam pikirannya pun tersadar.

"Tau dari mana?" tanyanya

"Seragam lo,  hmm Ansara suhaa jasmine" ucapnya

Ansara bahkan tidak menyangka, ia lupa bahwa siapapun bisa tahu namanya, ia kira gadis ini tahu dari berbagai prestasinya tapi rupanya ansara terlalu percaya diri kali ini.

"Nama lo siapa?" tanya ansara, baru kali ini ia mengajak orang lain berkenalan

"Rahma, nama gue Rahmania Aisyah kelas ipa  2" ucap rahma

"Ohh" ucap ansara, ia ingat saat ospek dulu ada anak yang disuruh maju akibat telat datang saat upacara pembukaan, dan dia berhijab, mungkin hanya rahma yang memakai hijab pada angkatannya di sekolah

"Gue juga tau kalau lo anak yang berprestasi, di kamus lo gaada kata remidi, dan lo gak punya teman kan? Dan hampir semua orang membicarakan lo setiap hari" ucap rahma

Ansara diam, ia ingin sekali membungkam mulut rahma yang lebih ceriwis darinya, tapi ia penasaran kenapa bella dan teman-temannya membully rahma.

"Jadi kenapa mereka memperlakukan lo seperti ini? "tanya ansara serius, rahma hanya tersenyum simpul

ANSARA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang