Setelah mampir ke toko kue yang menurutnya menarik laki-laki itu masuk ke dalam mobilnya dan memutuskan untuk kembali ke rumah. Tak sampai 30 menit mobil hitam milik rayyan sudah tiba di rumah bastian.
"Assalamualaikum" ucap rayyan
"waalaikumsalam" ucap bastian yang sudah menunggunya di ruang tamu
Rayyan langsung duduk disamping bastian, dari dulu memang seperti ini kebiasaan ayahnya, sesibuk apapun pekerjaannya, bahkan ketika sedang dikantorpun bastian tidak akan melewatkan momen untuk mendengarkan cerita anaknya ketika pulang sekolah, bastian selalu duduk di ruang keluarga menunggu anaknya pulang hal ini juga berlaku pada ansara.
"Bagaimana hari pertama di sekolah barumu ar?" tanya bastian
"Senang ayah, banyak teman baru, rayyan juga sudah bertemu dengan ansara" ucapnya to the point mengenai saudara tirinya
"Apa dia sudah tau kalau kamu anak ayah? " tanya bastian
"belum yah,rayyan tidak ingin ansara tahu dulu, ansara sangat irit berbicara, lebih banyak diam, rayyan sudah mengajaknya mengobrol dan memintanya untuk menjadi teman rayyan tapi dia menolak" ucap rayyan
"Ayah merindukan dia rayyan" ucap bastian lirih
"Dia juga pasti merindukan ayah" ucap rayyan menenangkan
"Lebih baik kamu istirahat dulu, ayah mau melanjutkan pekerjaan ayah, kalau butuh apa-apa bilang sama bi inah aja ya" ucap bastian sembari menepuk pundak rayyan dan berdiri dari sofa menuju ruang kerjanya
"Iya yah" ucap rayyan yang ikut berdiri dan menuju kamarnya di lantai 2
Bagi rayyan rumah ini adalah tempat baru baginya, di dinding tidak banyak foto yang dipajang hanya banyak tulisan kaligrafi kesukaan ayahnya, entah mengapa perhatiannya menuju ke satu foto besar yang terletak di ujung tangga, foto ayahnya, ansara, dan tante sarah, disini semua tampak bahagia, dia bisa melihat wajah ansara ketika tersenyum.
5 tahun lalu ketika ayahnya menikah dengan sarah, ia tengah berada di asramanya, dia menolak datang karena rayyan belum menerima sarah sepenuhnya, baginya hanya lastri lah ibunya satu-satunya, sekarang rayyan tahu dan mengerti bahwa hidup haruslah terus berlanjut, ayahnya berhak bahagia.
Ia membuka pintu kamarnya perlahan, sebenarnya dia sudah tiba di rumah ini sejak semalam, ia yang langsung meminta untuk masuk sekolah di hari pertama kedatangannya di jakarta, dia tidak ingin membuang-buang waktu untuk menuntut ilmu. Hingga ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan ini, kamar ini seperti kamarnya di rumah yang dulu bernuansa abu-abu dan putih dan yang membuatnya terkejut ada foto keluarga kecilnya bersama ayah dan ibunya.
"Kenapa bengong ar? " ucap bastian yang berdiri dibelakangnya
"Eh iya ayah, ini semua ayah buat untuk rayyan? " tanyanya
Mengerti maksud rayyan bastian menjawab
"tentu ini untuk anak ayah, sebelum kamu pindah kesini pun dan dari awal ayah dan tante sarah menempati rumah ini, kamar ini ayah siapkan untuk kamu, karena ayah tau anak ayah akan kesini dan tinggal disini bersama ayahnya"
"Terimakasih ayah" ucap rayyan terharu
"Disampingmu itu kamar ansara, mau lihat?" tawar bastian berjalan ke arah samping kamar rayyan, yang kemudian diikuti oleh rayyan
Ansara rooms, begitu tulisan yang tertera di luar pintu, "khas cewek" batin rayyan
"kamar ini baru kosong seminggu tapi ayah selalu meminta bi inah membersihkannya, siapa tahu ansara pulang" ucap bastian
"Bagus yah kamarnya" ucap rayyan kagum
Kamar ansara bernuansa pink dan bunga-bunga, ada foto keluarganya juga, tapi bersama papahnya bukan bastian"Ayah kenapa sayang sama ansara? " tanya rayyan
"Karena ansara anak yang baik, dia lucu dan menggemaskan" ucap bastian
"tapi dia tidak sepeti itu sekarang ayah, wajahnya dingin, irit bicara, tidak ada senyuman, tidak ceria dan tidak menggemaskan" ucap rayyan
"Mau seperti apapun ansara dia tetap anak ayah, saudara kamu rayyan, sayang ayah ke kamu dan ansara sama, tidak ada bedanya"
"Iya ayah"
"Sekarang kamu istirahat aja ya, ayah mau lanjutin pekerjaan ayah"
"Ok yah"
****
Sementara itu, setelah bekerja separuh waktu ansara pulang ke rumah kontrakannya, merebahkan tubuhnya ke kasurnya sambil memejamkan mata, ia tak ingin tertidur, setelah ini ia akan mandi makan dan belajarTapi perlahan pikirannya berputar pada kejadian hari ini, dimana ada sosok baru yang masuk ke dalam hidupnya, bernama arrayyan...
Cowok yang bersikukuh ingin menjadi temannya, dan yang lebih menakjubkan dia pintar
"sebaiknya aku harus hati-hati sama cowok itu" batinnya
Baginya rasa sepi adalah temannya, bukankah rasa sepi tidak akan merepotkan, karena tidak usah untuk memikirkan perasaan orang lain dan memahaminya..
Malam ini terasa begitu berat untuk ansara membuka mata, rasanya tenaganya sudah ia habiskan untuk seharian bekerja di toko kue itu, berbeda saat dirinya tinggal di rumah bastian, sepulang sekolah dia hanya perlu duduk di kursi keluarga untuk ditanya-tanyai mengenai hari itu disekolahnya.
Rindu.. Dia mungkin rindu, tapi rasa sedih yang mendalam karena harus kehilangan mamanya membuat rasa rindu itu kini menjadi rasa benci yang menyesakkan.
Sekali lagi, andai mamanya tidak pergi, mungkin sekarang keluarga barunya masih utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSARA JOURNEY
General Fiction"Gue hanya ingin sendiri, gue ga butuh lo, jadi jangan ganggu gue" -Ansara "Gue juga gatau sejak kapan gue menerima tugas ini, tugas untuk selalu ngelindungin lo" -Arayyan Sejak kepergian kedua orang tuanya Ansara memutuskan untuk keluar dari rumah...