LIMA BELAS

398 83 361
                                    

       "Sebelum aku ... apa ada pria yang datang ke sini?"

Hyesu hampir saja menyemburkan cairan yang baru akan masuk ke kerongkongannya.

Ia meletakkan gelas soju yang masih menyisakan sedikit cairan bening itu ke meja, lalu menatap intens ke arah Sungjae. Hyesu sedikit terkejut dengan pertanyaan lelaki di hadapannya ini.

Apa Sungjae melihat Taehyung? Pikirnya.

       "Hm, ya. Dia kenalanku dan dia hanya mengantarku pulang. Aku juga meminta tolong untuk menyalakan lampu karena tadi rumah ini sangat gelap. Kau tahu kan aku tidak berani masuk ke sini jika gelap?" Hyesu berkata jujur.

Tentu saja Sungjae tahu mengenai ketakutan Hyesu itu. Tapi ada sedikit rasa tidak suka yang muncul di wajahnya saat Hyesu berkata demikian.

Yang ia tahu, Hyesu tidak pernah mau mengenal pria lain selain dirinya. Apalagi sampai membawa pria lain masuk ke rumah ini dalam keadaan gelap gulita. Itu adalah ketakutan gadis itu. Itu bukanlah Hyesu yang ia kenal.

Gadis di hadapannya itu baru saja memperjelas kalau kini ia telah berani dekat dengan pria lain selain dirinya.

Dan, apa yang dikatakannya? Pria yang ia lihat di luar tadi baru saja mengantarnya pulang? Apa mereka menghabiskan waktu bersama di luar? Apa mereka berdua memang sudah sedekat itu? Kenapa bisa?

Maksudnya, kenapa gadis itu tak menceritakan apapun? Sungjae adalah tempatnya menampung cerita. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia menceritakannya kepada Sungjae. Bahkan hal sekecil apapun Hyesu akan menceritakannya. Aneh saja rasanya jika Sungjae tak tahu kalau kini Hyesu dekat dengan pria—yang notabene-nya selalu gadis itu hindari.

Batin Sungjae memiliki banyak hal yang ingin ia ketahui sekarang.

       "Sejak kapan kau mengenalnya? Bukankah kau tidak pernah berhubungan dengan pria? Kau bilang kalau kau masih trauma."

       "Aku bertemu di kereta saat perjalanan ke Daegu, dan kami secara tidak sengaja bertemu lagi di Daegu. Aku hanya sedikit membantunya. Dia seorang fotografer," kata Hyesu sembari memanggang beberapa potong daging.

Ia tidak mau menceritakan kalau dirinya dan Taehyung menghabiskan waktu bersama saat di sana. Karena itulah ia harus mengalihkan agar lelaki di hadapannya itu tidak bertanya seputar Daegu.

       "Sebenarnya sudah lama aku mulai melupakan kejadian itu. Aku bahkan tidak mengingat lagi wajah bajingan itu dan kini aku sudah terbiasa hidup normal. Dan, kurasa aku sudah bisa melakukannya." Hyesu tersenyum tipis. Butuh waktu lama baginya untuk benar-benar bisa melupakan kejadian itu.

       "Tapi ... kurasa aku belum bisa menghilangkan ketakutanku akan ruang yang gelap."

       "Tapi kau harus tetap hati-hati dengan orang tadi." Sungjae membalik daging di pemanggangan satu per satu.

       "Maksudmu Taehyung? Tidak. Kurasa dia orang baik." Hyesu mengambil kimchi dan memasukkannya ke mulut, mencicipi rasanya sembari menunggu makanan utamanya matang.

       "Tidak semua orang langsung menunjukkan dirinya yang sebenarnya untuk berbuat jahat. Mereka perlahan akan mencari kelemahan mangsanya dan akan menunjukkannya jika saatnya sudah tepat."

'Jadi maksudmu Taehyung jahat?' Hyesu ingin berkata seperti itu. Namun suaranya tertahan di tenggorokan.

Hyesu tak tahu apakah ia harus memberi applause untuk kalimat yang terdengar bijak itu atau justru merasa takut karena ia merasa sedikit tertekan dengan perkataan Sungjae.

       "Hei jangan membuatku tertekan dengan perkataanmu. Sekarang ini aku mulai untuk berpikir positif terhadap orang lain," ujar Hyesu dengan wajah yang ditekuk. "Jangan memunculkan rasa takutku lagi."

winter flower.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang