DUA PULUH TIGA

322 70 308
                                    

Suasana hati Hyesu sangat bagus pagi ini. Wajahnya terlihat begitu cerah mengalahkan bias cahaya yang masuk lewat jendela kamar. Tak pernah ia merasa sebahagia ini ketika bangun pagi hari.

Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun Hyesu kembali tidur dengan lampu kamar yang dipadamkan. Ia berhasil melakukannya tanpa mendapatkan mimpi buruk. Tidurnya begitu nyenyak, apalagi raganya yang memang kehabisan energi kemarin, membuat dirinya bahkan tak merasakan apapun selama tidur.

Hyesu menguncir asal surai cokelatnya dan bergegas ke dapur membuat sarapan. Hyera tampaknya belum bangun, tapi sebentar lagi wanita itu akan keluar dari kamar.

Hyesu memanggang roti dan membuat mochaccino kesukaannya. Hyera baru saja keluar dari kamar, mengatakan untuk membuatkannya sarapan juga lalu langsung masuk ke kamar mandi.

Gadis itu meletakkan nampan milik Hyera di meja dan mulai melahap miliknya. Wanita cantik itu keluar dari kamar mandi dan mendapati wajah Hyesu yang tampak begitu ceria. Senyumnya ikut mengembang.

       "Oh-ho! Sepertinya ada yang tengah berbahagia," katanya seraya mengambil kursi yang berhadapan dengan sang adik. "Wajahmu sungguh bisa menjelaskan apa yang tengah kau rasakan."

       "Aku tertidur dengan lampu padam. Ini pertama kalinya setelah beberapa tahun berlalu." Hyesu masih melahap roti panggang dengan selai kacang dengan penuh semangat, membuat pipinya sedikit menggembul karena memasukkan potongan besar.

       "Sungguh karena alasan itu? Bukan karena Kim Taehyung?" tutur Hyera menggoda. Ia melihat Hyesu melipat bibirnya ke dalam, tampak menahan senyum. Hyesu tak mau mengakuinya, tapi mungkin itu juga menjadi suatu alasan. Walaupun dirinya tidak begitu yakin.

       "Kau tahu betapa Taehyung sangat bekerja keras untuk melukis langit-langit kamarmu?" ujar Hyera.

Spontan Hyesu menghentikan kegiatan mengunyah. "Kau tahu langit kamarku di lukis? Aku tidak memberitahumu."

Hyera tertawa meremehkan. "Hei! Kau pikir siapa yang membantu Taehyung melakukan itu? Aku. Aku membantunya. Ah, kau membuatku kesal."

Wanita itu meraih roti miliknya dan mencabik dengan giginya kasar.

       "Bagaimana bisa? Sejak kapan kalian merencanakan ini?"

       "Kemarin," katanya, "saat kau keluar mengantar pesanan, Taehyung datang dan meminta bantuanku untuk melukis langit-langit kamarmu. Yaaa ... tugasku memang tidak banyak, hanya memegangi tangga agar ia tidak jatuh dan membereskan peralatannya," jelas wanita itu.

       "Kau tahu? Aku hampir mengira lehernya akan putus karena terlalu sering mendongak ke atas. Aku sendiri yang hanya sesekali mendongak merasa kalau leherku akan patah," ujar Hyera dramatis.

       "Melukis langit kamar tidak mudah, Hyesu. Aku kagum pada Taehyung karena mau melakukan itu untukmu. Ia melakukannya hanya agar kau tidak takut gelap lagi."

Hyesu termenung. Kenapa Taehyung harus berusaha keras seperti itu? Kenapa ia melakukan itu semua untuknya? Laki-laki itu selalu membuatnya merasa berhutang.

Hyera menyeruput kopinya. "Aku ingin memberitahumu kemarin, tapi ternyata kau tidak pulang dan langsung ke tempat Taehyung. Kalian sungguh menghabiskan waktu semalaman, ya?"

Hyesu tak terlalu mendengar kalimat terakhir Hyera. Dirinya masih terganggu dengan isi pikiran sendiri. Kenapa? Kenapa dia melakukannya? Untuk apa?

       "Menurutmu ... kenapa Taehyung melakukan itu?" Hyesu masih setengah melamun dan tanpa sadar perkataan itu keluar begitu saja dari mulutnya.

winter flower.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang