DUA PULUH SATU

374 75 373
                                        

Hempasan tubuhnya cukup keras di sofa abu-abu tua besar yang ada di studio miliknya, mengisyaratkan ia tengah lelah dan butuh istirahat guna mengembalikan energi yang terkuras.

Untuk pertama kalinya Taehyung bangun pagi sekali dihari libur seperti ini dan berkeliling ke berbagai tempat untuk mencari bahan itu. Syukurlah dia mendapatkannya setelah tiga kali percobaan di tempat yang berbeda.

Perkataan Hyera mengusik pikirannya selama perjalanan ke apartemen. Tentang Sungjae dan juga ... dirinya yang tertarik pada Hyesu?

Bagaimana bisa Hyera begitu yakin kalau dirinya tertarik pada gadis itu? Taehyung tidak merasakan hal itu. Terlalu cepat untuk menyimpulkannya.

Taehyung hanya ingin berteman dan juga sedikit membantu, menghibur tanpa ada niat apapun.

Jadi seperti inilah seharusnya seseorang tidak boleh terlalu menaruh perhatian lebih pada lawan jenis, karena hal itu bisa menimbulkan kesalahpahaman dan perasaan yang menuntut melewati batas.

Taehyung juga berpikir kalau Hyesu pasti tidak akan membenarkan perkataan kakaknya.

Dia menatap jam persegi di atas meja kerja, pukul 05.30. Hyesu bilang kalau dia akan datang jam 7 malam. Masih lama.

Baru saja beberapa detik lelaki itu memejamkan mata, suara dentingan pesan yang begitu nyaring sukses mengganggu dan mengenyahkan rasa kantuk yang sesaat.

1 pesan dari Kim Sejeong.

Oppa!
Hari ini aku ke Seoul. Aku sudah di perjalanan. Tolong kirimkan alamatmu.

Taehyung mendesah berat. "Kenapa anak itu harus datang hari ini? Hyesu akan berkunjung dan dia bisa canggung nantinya," monolognya.

Sebuah ide terlintas begitu cepat di kepalanya. Dengan cepat Taehyung menuliskan alamat serta sandi apartemen untuk Sejeong dan sebuah pesan untuk seseorang.

Setelah itu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda—tidur sampai waktu yang telah ditentukan.

•••

Hyesu tak sempat kembali ke rumah. Setelah dari supermarket, Jo Suji—salah satu teman seperkuliahan—memintanya datang ke tempatnya untuk menjadi penghibur. Tak ada alasan lain selain patah hati. Suji lagi-lagi menjadi korban perselingkuhan.

Wanita berambut sebahu itu tengah menangis secara dramatis di atas tempat tidur, dengan kotak tisu di pangkuannya. Lembaran tisu yang basah oleh air mata berserakan dimana-mana.

Serta umpatan yang tak hentinya ia lontarkan untuk mengeluarkan semua isi kepalanya yang telah mendidih dikarenakan seorang pria berengsek.

Hyesu mengembuskan napas frustrasi melihat temannya yang tampak menyedihkan itu. Dia menarik ujung pakaian di pergelangan tangannya dan mengusap air mata Suji.

       "Sudahlah, kau tak pantas menangisi seorang berengsek sepertinya. Dia itu buta dan bodoh karena menyia-nyiakan wanita cantik dan ceria sepertimu."

Mata Suji yang memerah menatap Hyesu penuh afeksi. Hyesu memang tempat terbaik untuk bercerita dan Suji nyaman bersamanya. Perkataannya sederhana namun mampu menghibur.

Suji mengusap lagi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

       "Pasti senang menjadi dirimu yang tidak pernah berpacaran. Kau belum pernah patah hati, kan?" ujar Suji. Ia melihat Hyesu hanya diam.

winter flower.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang