Taehyung keluar dari kamar dengan sebuah handuk ia gosok-gosokkan ke kepala. Pria itu baru saja menyelesaikan ritual membersihkan diri. Tentu saja ia keluar kamar dengan pakaian yang sudah melekat pada tubuhnya.
Kaus putih dengan ukuran oversized serta celana training berwarna abu-abu terang. Ukuran baju yang sangat besar itu membuat badannya terlihat begitu proporsional dengan bahu yang terlihat lebar. Ah ralat. Bahu Taehyung memang lebar, sangat nikmat untuk dipakai bersandar dikala sedang merasa gundah.
Lelaki itu berjalan ke arah dapur di mana para penghuni rumah sudah berada di sana, duduk di kursi masing-masing pada meja yang sudah tersedia beberapa hidangan sarapan pagi.
Taehyung melihat ayahnya sudah berpakaian rapi dengan setelan jas serta jaket panjang menempel di badannya, serta Sejeong yang sibuk mengunyah buah apel dengan kedua matanya yang tak lepas dari buku di depannya.
Tangan satunya digunakan untuk memegang garpu sedangkan tangan lainnya memegang sebuah highlighter untuk menandai kata atau kalimat yang ada di buku.
Oh astaga gadis itu rajin sekali. Bahkan saat sarapan masih menyempatkan diri untuk belajar. Tidak bisakah dia fokus pada makanannya dulu?
Taehyung mendengar gadis itu tersedak oleh makanannya. Ia lalu berjalan dengan segelas susu yang sudah diambilnya tadi, menaruh gelas itu di hadapan Sejeong lalu duduk di sampingnya.
Gadis itu lalu meraih gelas tersebut dan dengan segera meneguk isinya hingga menyisakan setengah.
"Terima kasih, Oppa." Sejeong membersihkan sisa cairan putih yang menempel di pinggir bibir.
"Aigo.. makanlah pelan-pelan. Memangnya apa yang kau kerjakan? Fokus dulu pada makananmu." Taehyung menutup buku Sejeong. Gadis itu melayangkan tatapan kesal pada kakak tirinya itu.
"Aku sebentar lagi ujian dan aku tidak mau tiba-tiba mati otak saat mengerjakannya," ujar Sejeong seraya membuka kembali bukunya, memberi tanda pada kata yang belum ia mengerti.
"Aku harus mendapatkan nilai yang bagus semester ini," tekad gadis itu.
Sejeong kuliah jurusan psikologi dan sudah memasuki tahun kedua. Sebentar lagi akan memasuki tahun ketiganya. Dia tengah berada di semester empat sekarang dan sedang semangat-semangatnya menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswi psikologi.
Oh tentu saja ia belum berada pada masa-masa sulit di perkuliahan sehingga bisa terlihat sesemangat itu. Tapi Sejeong memang orang yang ambisius. Dia terlihat seperti orang yang bisa melalui segala kesulitan dan tantangan yang diberikan padanya.
Walaupun bukan saudara biologis, tapi Taehyung menyayangi Sejeong. Ia tersenyum pada gadis itu lalu menepuk pundaknya pelan.
"Baiklah. Belajar yang rajin, nae dongsaeng." (Adikku)
Lee Eunseok menaruh piring berisi beberapa roti isi di hadapan Taehyung lalu kembali duduk di samping suaminya.
Sejeong yang melihat itu langsung menyambar satu roti isi milik Taehyung, membuat Lee Eunseok menatapnya dengan mata yang sudah terbuka lebar.
"Hei itu untuk kakakmu, Sejeong-ah. Ibu sudah memotongkan buah untukmu," kata Eunseok seraya menunjuk sepiring apel di piring dekat Sejeong.
"Ayolah, Eomma. Roti isi ini sangat menggoda untuk kumakan. Taehyung Oppa juga tidak akan marah, benar 'kan?" kata gadis itu menyikut Taehyung di sampingnya. Taehyung dengan canggung menatap ibu tirinya itu. (Ibu)
"Ya tidak apa-apa. Ia bisa memakannya," kata Taehyung datar pada Eunseok. Sejeong tersenyum senang.
Eunseok tidak bisa membantah. Entah kenapa setiap berbicara dengan Taehyung rasanya ia merasakan kecanggungan yang terasa amat sangat dan ada jarak yang begitu jauh antara ia dan anak tirinya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
winter flower.
FanfictionKim Taehyung, seorang fotografer yang menjalani kehidupan sehari-harinya layaknya orang lain. Namun hadirnya seseorang dalam kesehariannya membuat ia merasa kalau hidupnya tak lagi sama. Seseorang yang telah ia cari selama belasan tahun lalu muncul...