Musim dingin tiga belas tahun lalu...
Saat itu keluarga Kim berada di rumah sakit. Kim Taehyung yang saat itu berumur tiga belas tahun menangis sesegukan sambil memeluk tubuh ibunya yang terbaring tak bernyawa di atas brankar.
Sosok hangat seorang wanita yang berharga untuknya baru saja dijemput sang pencipta lewat penyakit yang selama ini diderita. Dunia Taehyung seketika hancur berkeping-keping tak bersisa.
Ia tahu kematian akan selalu datang kapan saja tanpa ada seorang pun yang tahu, tapi mengapa harus sekarang? Kenapa sosok terpenting dalam hidupnya harus diambil secepat ini?
Taehyung sungguh tak siap.
"Ibu kenapa meninggalkanku secepat ini? Tidakkah kau ingin merayakan ulang tahunku? Tidakkah kau ingin membuatkanku syal lagi? Bangunlah, Ibu. Kumohon.."
Cairan hangat dari mata Taehyung membanjiri wajahnya. Mata anak laki-laki itu sudah sangat sembab dan merah. Suara tangisan mengisi ruang berwarna putih itu.
Kim Hyunseok yang juga ikut menangis di belakangnya mengelus punggung anaknya itu dan mencoba memberikan ketenangan, tapi percuma, keduanya justru semakin terisak bersama.
Keesokan harinya, upacara pemakaman dilaksanakan. Banyak orang berbaju hitam datang ke rumah duka termasuk keluarga besar Tuan Kim.
Sebagian besar adalah karyawan yang bekerja di perusahaan Hyunseok serta rekan bisnis yang menjalin hubungan baik dengannya.
Rangkaian bunga di sepanjang koridor rumah duka dari rekan bisnis untuk mengucapkan rasa berbelasungkawa mereka.
Satu keluarga yang terdiri dari empat orang datang kepada Hyunseok, memberikan salam dan memberikan penghormatan kepada mendiang istri lelaki paruh baya itu.
Seluruh anggota keluarga itu berdoa di depan peti mati dengan foto mendiang yang dihiasi bunga krisan putih.
Meletakkan lutut dan tangan mereka di lantai dan kemudian membungkuk ke depan. Hal itu dilakukan sebanyak dua kali.
Setelahnya, mereka membakar dupa dan membungkuk kecil dan berlutut, satu kali untuk keluarga.
Kepala keluarga itu berjalan mendekati Hyunseok dan berkata pelan, "Kami turut berbelasungkawa untukmu, Tuan Kim."
Begitu selesai, mereka pergi ke ruang makan, di mana mereka duduk di meja tradisional dengan berbagai makanan dan minuman.
Taehyung yang sedari tadi berpikiran kosong merasa perlu pergi dari tempat itu sekarang.
Ia tak sanggup menahan diri setiap ada orang yang datang untuk berdoa untuk ibunya. Ia tak sanggup memandangi foto ibunya di atas peti mati.
"Ayah, boleh aku keluar sebentar?" tanya Taehyung lemah, ia belum makan sejak kemarin, dan suaranya terdengar begitu parau.
Hyunseok menyetujui, Taehyung pasti ingin menyendiri.
"Jangan lama, di luar sedang turun salju, nanti kau sakit."
Taehyung menyeret paksa tungkainya yang terasa berat. Bahkan sekarang, untuk bisa berjalan dengan baik pun ia kesulitan.
Taehyung tak peduli, ia terus berjalan dan meninggalkan ruang itu yang sebagian besarnya adalah orang yang sama sekali tak dikenalinya.
Taehyung menekuk lutut dan duduk di undakan tangga bagian luar rumah duka.
Salju sedang turun dan mulai menutupi jalanan di depannya. Sangat dingin berada di luar namun mengeluh pun rasanya Taehyung tak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
winter flower.
FanfictionKim Taehyung, seorang fotografer yang menjalani kehidupan sehari-harinya layaknya orang lain. Namun hadirnya seseorang dalam kesehariannya membuat ia merasa kalau hidupnya tak lagi sama. Seseorang yang telah ia cari selama belasan tahun lalu muncul...