Alaska bay

130 39 7
                                    

Sesungguhnya menghargai karya orang itu tidaklah merugikan. Harap tekan tombol vote dan jangan lupa tinggalkan komentar yang nantinya sangat berharga bagi saya, terimakasih.

Malam yang terang. Bulan menerangi gelapnya bumi ditemani dengan para bintang yang diajak Dewi Hera untuk menerangi malam ini. Angin malam berhembus pelan. Memberikan ketenangan bagi siapapun yang keluar untuk menyapa malam.

Di malam ini, Zeyu terus melayang di dalam pikirannya. Pikirannya terus mengalir bagaikan air yang mengalir di sungai Nil. Ia berdiri di sebuah balkon rumahnya sambil menatap indahnya Sang Artemis. Sesekali hatinya berkata seakan-akan tengah melakukan telepati dengan Artemis.

"Ah, aku benar-benar tak menyangka kalau, dialah targetku yang paling hebat," Zeyu bergumam. Sesekali kepalanya menunduk menatap halaman rumah yang tampak sepi meski ramai nyanyian jangkrik.

"Dulu dia adalah anak yang pintar, pendiam, introvert, dan sainganku yang paling hebat. Karena bersaing, aku melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan nya dari sekolah. Mulai dari membully nya, menjiplak hasil karyanya, bahkan menuduhnya. Namun siapa sangka, kalau sekarang kami kembali bersaing," Zeyu menceritakannya pada Artemis dan Hera melalui lubuk hatinya yang paling dalam. Sesekali Zeus menguping pembicaraan Zeyu.

.
Flashback on

Di siang yang cerah ini. Zeyu tengah menunggu kendaraan umum yang akan mengantarkannya menuju rumah. Namun siapa sangka, kalau ia akan berdiam diri bersama anak itu, He Xinlong.

Entah kenapa ia merasa gugup. Tidak seperti biasanya, ia akan mengejek, mencelakai, dan melakukan perbuatan lainnya yang dilakukan oleh anak-anak nakal yang sering melakukan tindakan pembullyan.

"Hei bodoh!" Panggil Zeyu. Xinlong yang pada saat itu asyik membersihkan kaca mata menggunakan sapu tangan steril miliknya pun menoleh.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Zeyu basa basi. Xinlong kembali memakai kacamatanya, "menunggu kendaraan umum."

"Di sini sepi. Kau tidak takut kalau penjahat tiba-tiba datang dan menyerangmu?" Tanya Zeyu. Tiba-tiba saja reaksi Xinlong sangat aneh. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan secara bergantian. Matanya menatap sekeliling dengan waspada. Tubuhnya bergetar gugup.

"Bocah ayan," cibir Zeyu mengalihkan pandangan ke arah lain. Zeyu membulatkan matanya kaget. Siapa sangka kalau perkataannya tersebut menjadi kenyataan.

5 orang berpakaian serba hitam itu datang menghampiri keduanya. Menghampiri Xinlong lebih tepatnya. Zeyu melihat jelas, bagaimana kelima orang itu menarik paksa Xinlong untuk ikut dengan mereka. Zeyu awalnya diam, namun sepertinya ia harus menyelamatkan Xinlong.

"Lepaskan dia!" Geram Zeyu sambil berusaha melepaskan sebuah cekalan tangan yang menempel lekat pada tangan Xinlong.

Set

Siapa sangka. Dalam sekali tepisan, Zeyu sedikit terpental. Namun itu tak melunturkan tekad Zeyu untuk menyelamatkan Xinlong. Sepertinya hati kecil itu sedikit terbuka untuk berbuat baik kepada anak berkacamata ini.

Bukh!

Tanpa ragu atau bergumam dalam hati, Zeyu memukul salah satu dari mereka. Pukulannya cukup keras dan membuat orang itu semakin marah. Ia bergerak menghampiri Zeyu yang kini berjalan mundur.

Bugh

Bagh

Hanya dalam dua pukulan pada bagian pipi dan kepala, Zeyu terjatuh tak sadarkan diri di atas kerasnya aspal panas yang tak dilewati sedikitpun kendaraan. Namun sebelum kelopak indah itu benar-benar terkatup, gendang telinganya masih bisa mendengar getaran suara yang merambat melalui udara.

CHASR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang