3. Kekacauan Di Kantin

2.8K 524 119
                                    

Hari ini Zia bertekad untuk bertanya kepada William tentang kejadian semalam, ia sangat penasaran ketika melihat pria itu berada di perkarangan rumahnya, apalagi sedang menatap dirinya.

"Aku harus bertanya kepada William, atau tidak aku bisa mati penasaran jika tidak segera menuntaskan isi pikiranku ini," ucap Zia sambil membenarkan letak baju di depan cermin kamarnya.

"Zia?"

"Ibu, ada apa?"

"Ibu sangat khawatir padamu, di tambah dengan kejadian semalam, entah kenapa perasaan Ibu tidak enak," ujar Ibu Zia sambil menatap lekat kedua mata hitam milik anaknya.

"Tidak akan terjadi apa-apa Bu, percayalah," ucap Zia sembari tersenyum manis.

Ibu Zia menghela napas kasar lalu berkata, "Baiklah Zia, jaga baik-baik dirimu. Ibu sangat menyayangimu."

"Zia juga sangat menyayangi Ibu," balas Zia lalu memeluk ibunya.

Mereka berpelukan begitu mesra, seakan-akan baru berjumpa beberapa tahun terakhir.

"Baiklah Zia. Ayo kita turun dan makan setelah itu kau pergi ke kampus, oke," ucap ibu Zia setelah melepaskan pelukannya.

"Oke!" pekik Zia bersemangat.

***

Zia sudah berada di kampusnya saat ini, saat berada di koridor sepi Zia melihat William, sedang berjalan dengan menundukan kepalanya yang menjadi ciri khas pria tersebut.

"William!" pekik Zia.

"William, hai!" teriak Zia ketika William hampir meninggalkan Zia dengan langkah lebarnya.

"William, aku ingin bertanya," tegas Zia, ketika mereka sama-sama sudah berhenti di tempat yang sepi.

Zia menghela napas ketika tidak ada sahutan dari lawan bicaranya itu. Namun, Zia tidak ingin membuang waktunya dengan memikirkan kediaman William, sudah mau berhenti berjalan saja Zia sudah bersyukur.

"Apa yang kau lakukan semalam di rumahku?" tanya Zia, "Hm ... maksudku di jalan Porwitsen," sambungnya.

William hanya diam saja, sembari menundukan kepalanya membuat Zia medengus kasar, dan meruntuki keterdiaman William.

"Apa kau mendengarku?" tanya Zia.

"William? Apa kau baik-baik saja?" tanya Zia yang hanya di balas oleh angin.

"William?" panggil Zia lalu menyentuh bahu William, yang membuat pria itu tiba-tiba menoleh, membuat Zia terkejut.

"Jangan sentuh aku, Zia!" erang William, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah lagi.

"Baiklah, tapi jawab pertanyaanku, apa semalam kau berada di jalan Porwitsen?" ucap Zia tidak sabar.

William tidak menjawab pertanyaan Zia, malah pria itu meninggalkan Zia tanpa mengatakan sepatah kata pun selain "jangan sentuh aku Zia?" sungguh menyebalkan.

"William!" teriak Zia. Namun, pria itu sudah hilang di balik tembok putih.

Zia menatap lesu kepergian William, bahkan pria itu tidak mau menjawab setiap kata yang dilontarkan Zia, membuat gadis tersebut menghela napas gusar.

"Wah, wah, wah. Kayaknya ada yang lagi mengejar cintanya nih," sindir Charolie yang tiba-tiba berada di samping Zia.

Zia menoleh, dan benar saja jika Charolie, dan keempat temannya sedang menatapnya rendah sambil tersenyum licik.

"Zia ... Zia," ucap Charoli sambil mengusap rambut Zia, "Lo itu sadar gak sih kalo lo itu gak berguna!" sambungnya sambil menarik rambut Zia membuat gadis itu memekik kesakitan.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang