Luiz tiba-tiba menyerang Mery dari arah samping. Keadaan di mana wanita tua itu lebih fokus ke arah Zia, memudahkan Luiz untuk menyerang Mery dengan mudah.
Pria itu berhasil mencakar separuh dari wajah Mery. Meninggalkan bekas cakaran dan juga darah yang begitu benyak.
Ini serang yang ditunggu-tunggu oleh Luiz.
Kekuatan yang menahan Zia akhirnya terlepas. Gadis itu terjatuh dengan napas yang tersenggal-senggal.
Luiz mengubah dirinya menjadi serigala sejak awal, memudahkan dirinya untuk menyerang Mery. Memberinya cakaran yang beracun dan menyobek kulit wanita tua tersebut.
Ketika melihat Mery mulai tidak sadarkan diri, Luiz langsung mengubah dirinya menjadi manusia normal, dan mulai mendekati Zia.
Memberi perlawanan terhadap gadis tersebut secara bertubi-tubi, hingga Zia kualahan dan akhirnya kalah.
Zia terjatuh, bukan! Bukan karena serangan Luiz atau karena kualahan menerima serangan pria tersebut.
Gadis itu bergenti bergerak dan merasakan tubuhnya seakan mati rasa, tatapannya sayu sambil menatap mata Luiz yang selalu menjadi sebuah keindahan bagi dirinya.
Brak!
Tubuh Zia ambruk dengan diiringi matanya yang tertutup sempurna. Tanpa mengatakan sepatah kata apapun, gadis tersebut menghembuskan napas terakhirnya.
Luiz manatap tubuh Zia dengan tatapan kosong. Menelan slavianya kasar dan merasakan detak jantungnya yang seperti berhenti berdetak.
"Ini impas Luiz," gumam Mery lalu memejamkan matanya.
Luiz diam. Ia masih setia dengan tatapan kosongnya sambil mencerna ucapan Mery yang terasa begitu keras di otaknya.
"Zia!" teriak Domble sambil berlari ke arah gadis tersebut.
Makhluk tersebut menangis sekencang mungkin, sambil memeluk kuat tubuh Zia. Ia tidak menyangka dan tidak rela, jika harus kehilangan gadis tersebut. Jalan satu-satunya untuk bertemu dengan saudaranya harus berhenti sampai sini.
Mery membunuh Zia!
Luiz membuyarkan lamunannya, lalu menggeser tubuh Domble hingga makhluk tersebut terjatuh. Ia memegang kepala Zia. Melihat otak gadis tersebut yang masih mengalirkan darah walaupun sedikit.
"Zia tidak tewas!" seru Luiz sambil menatap Domble.
Domble membulatkan matanya walaupun air matanya terus turun tanpa henti.
Dengan sekali tarikkan, pria itu mengambil delima putih yang berada di leher Zia, dan mengamati benda mungil tersebut.
"Kita harus secepatnya bertemu dengan, Grodle," ucap Luiz yakin.
"Tapi aku tidak tahu di mana kerajaan itu berada," sahut Domble.
"Aku tahu." Luiz lalu mengangkat tubuh Zia sambil membawa delima putih tersebut di tangannya.
Ia melirik sekilas ke arah Mery. Tubuh wanita tua itu sudah tidak lagi berwujud seperti biasa. Luiz menelan slavianya kasar, lalu menyuruh Domble untuk mengikuti dirinya.
***
"Apa ini kerjaannya?" tanya Domble dengan suara lirih.
Ia tercengang dengan sebuah bangunan tua di depannya itu. Suasannya begitu gelap dan mencekam, sangat besar, dan terlihat begitu tua. Dilihat dari beberapa tumbuhan liar yang mengelilingi bangunan tersebut.
Sangat jauh dari kata kerjaan yang didambakan semua orang.
Luiz memejamkan matanya. Ia berusaha memikirkan apa yang harus mereka lakukan di sana. Peluang untuk selamat dan keluar dari kerajaan tersebut sangatlah kecil.
Namun, ketika melihat wajah Zia yang berubah menjadi pucat dan terasa dingin, mengubah pandangan Luiz. Ia harus melakukan sesuatu untuk gadis di pelukkannya itu.
"Dengar Domble, ini akan sangat berbahaya." Luiz berjongkok guna melihat makhluk aneh di sampingnya itu.
"Aku tahu. Aku pernah ke sini sebelumnya, dan kakakku terperangkap di sana," lontar Domble, berharap ia bisa ikut bersama pria di depannya itu.
"Biarkan aku ikut dengan kalian," sambungnya dengan muka memelas.
Luiz menarik napasnya panjang, memejamkan matanya sebentar, lalu menatap Domble dengan senyum tipis. "Baiklah," balas Luiz.
Domble tersenyum senang. Ia tidak sabar melihat dan memelum tubuh saudaranya, setelah bertahun-tahun berpisah. Pasti sangat merngharukan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Domble ketika melihat Luiz yang terus menatap bangunan tua di depan mereka tersebut.
"Kita tidak bisa masuk ke dalam kerajaan tersebut, tanpa melakukkan kesalahan."
"Apa maksudmu?" tanya Domble yang tidak mengerti dengan ucapan Luiz.
"Kita harus menunggu Grodle keluar dari kerajaannya sendiri. Setelah itu, kita katakan tujuan kita menemuinya," jelas Luiz tanpa mengalihkan tatapannya dari kerjaan tersebut.
"Apa kau yakin pria bernama Gordle itu bisa menyembuhkan, Zia?" Domble sedikit ragu dengan pernyataan yang baru ia dengar tadi dari mulut Luiz.
"Dia pangeran yang terkutuk, ia juga memiliki sihir yang benar-benar langka. Aku yakin, ia bisa menyembuhkan, Zia." Luiz berharap jika apa yang ia katakan itu akan benar-benar terjadi.
"Apa yang akan ia dapatkan setelah menyembuhkan, Zia?"
"Delima putih," jawab Luiz singkat. Gordle pernah hampir membunuh pria itu karena delima lainnya.
Dan sekarang, pria itu akan memberikan delima yang sangat berharga untuk Gordle supaya mau menyembuhkan Zia.
Delima yang akan melengkapi semua delima yang ia milikki, dan setelah itu Luiz akan mengambil alih semua dimensi, seperti apa yang ia mimpikan.
Tapi, seolah mimpinya sekarang tidak berarti. Semua kekuasan yang ia miliki tidak akan bertahan lama lagi.
"Apa itu, Grodle?" Domble menunjuk salah satu makhluk bertubuh besar dengan ciri-ciri yang begitu aneh.
Kepala berbentuk singa, tubuh yang sangat besar, dan kulitnya yang mungkin akan terasa sangat kasar dan juga tebal.
Baik Domble maupun Luiz meneguk slavianya kasar. Grodle terlihat begitu besar dari jarak sejauh ini. Bagaimana dengan jarak mereka nanti?
"Dia terlihat begitu kejam," ucap Domble tanpa mengalihkan tatapannya dari makhluk raksasa tersebut.
"Jika kita tidak segera melangkah, Zia akan benar-benar meninggalkan kita." Luiz berdiri dari persembunyianya.
"Kau akan tetap di situ atau ikut besamaku?" tanya Luiz ketika melihat Domble tidak bergerak dari tempatnya.
Domble menarik napasnya panjang, lalu berdiri dan menatap Luiz yakin.
"Ayo!" seru Domble semangat.
Luiz dan Domble keluar dari persembunyiannya, melangkah dengan pasti ke arah Grodle yang membelakanginya.
Langkah mereka semakin dekat. Salah satu pengawal Grodle berteriak terkejut sehingga membuat semua orang yang berada di sana mengalihkan tatapannya ke arah Domble dan juga Luiz.
Grodle memutar tubuhnya, mengernyitkan dahi ketika melihat dua menusia kecil yang sedang berjalan mendekati dirinya.
Luiz menarik napasnya panjang sebelum mengatakan, "Aku ingin memberi kita kesepakatan."
.
.
.Sampai di sini dulu ya, tunggu kelanjutan partnya dan jangan lupa vote dan comment dan masukkan diperpustakaan kalian 😄.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUIZIA [SUDAH TERBIT]
FantasyNOVEL LUIZIA SUDAH TERSEDIA DI SHOPEE R A N K I N G 🎖 # berkali-kali peringkat 1 in mengerikan. # berkali-kali peringkat 1 in menegangkan, 4.12.20 # peringkat 2 in siluman, 25.8.20 # peringkat 2 in ajaib, 4.12.20 # peringkat 2 in zia, 4.12.20 # pe...