40. Rahasia Yang Selama Ini Tersimpan

904 127 17
                                    

"Minumlah." Domble menyerahkan air ramuannya kepada Luiz agar mempercepat penyembuhan luka pada tubuh manusia serigala itu.

Luiz bimbang menerimanya, selama ini ia belum pernah sama sekali meminum ramuan jenis apa pun untuk menyembuhkan lukanya, entah itu luka ringan atau berat yang sedang ia alami ini.

"Aku tidak mencampurkan racun di dalamnya," ucap Domble sambil memutar kedua bola matanya malas ketika mengetahui isi hati Luiz.

Luiz terkekeh, lalu menerima air yang Domble letakkan di dalam bambu itu dan meminumnya dengan cepat.

"Apa yang kau masukkan di dalamnya?!" tanya Luiz meringis, rasa yang begitu pahit dan asam itu mengaduk-aduk perutnya hingga Luiz memuntahkan semua isi perutnya.

Domble melebarkan matanya terkejut, lalu tertawa keras melihat kejadian di depannya itu. "Itu jenis tumbuhan, ramuan memang akan terasa pahit jika di minum," jelasnya setelah berhenti tertawa.

"Kau mengerjaiku, huh?!" tanya Luiz sambil menatap Domble tajam.

"Tidak. Tenanglah, lukamu akan segera sembuh setelah meminum ramuan itu." Domble lalu beranjak dari duduknya, menatap hutan yang tidak berujung itu dengan kedua bola mata yang begitu besarnya.

"Apa yang dilakukan Zia sekarang? Kapan kita akan mulai mencarinya? Aku begitu khawatir." Domble melontarkan pertanyaan yang Luiz sendiri tidak tahu akan menjawab seperti apa.

"Bukankah kau mempunyai ikatan dengan, Zia? Apa kau tidak ingin mencoba mencari tahu di mana dia sekarang?" tanya Luiz.

Luiz memang pernah mendengar ketika Mery mengatakan, jika William dan Zia memiliki ikatan yang sama, entah ikatan seperti apa dirinya kurang tahu tentang hal itu.

Domble terdiam, lalu menyunggingkan senyuman lebar ketika mengingat hal tersebut. "Aku akan mencoba memanggil, Zia," ucapnya semangat.

Domble mulai menutup matanya, membisikkan kata-kata yang Luiz sendiri tidak mampu mendengarnya.

***

Zia tiba-tiba terbangun dari tidurnya, matanya mengelilingi keadaan sekitar yang sunyi dan gelap. Tangan gadis itu terangkat memegang dadanya yang merasakan ada sesuatu yang aneh.

"Siapa yang memanggilku?" gumam gadis itu bingung.

Grodle yang masih mampu mendengar gumaman Zia pun membuka matanya dan menatap gadis tersebut. "Ada apa?" tanyanya.

"Tidak ada," jawab Zia sambil menggelengkan kepalanya lemah.

"Apa kita bisa melanjutkan perjalanan kita?" tanya Grodle yang diabaikan Zia.

Gadis itu masih merasa bingung siapa yang memanggilnya. Mereka di kelilingi oleh perajurit kerjaan Grodle, mustahil jika Luiz atau Domble yang membisikkan namanya tepat di telinganya.

"Zia, apa kau mendengarku?" tanya Grodle yang meninggikan sedikit nada ucapannya.

Zia mendongak ke atas dan mengangguk. "Ayo," ajak Zia sambil berdiri dari duduknya.

Grodle tersenyum miring, lalu bangkit dan mulai melanjutkan perjalanan mereka.

***

"Bagaimana?" tanya Luiz dengan mata berbinar.

"Aku tidak yakin," jawab Domble lesu. Ia tidak merasakan apa pun selain dorongan untuk berjalan menuju ujung dimensi.

"Ayo ikut, aku." Domble berjalan mendahului.

"Ada apa?" tanya Luiz yang heran dengan sikap Domble yang tiba-tiba.

"Entahlah, aku merasakan ada dorongan untuk membawa kita ke sana," jawab Domble sambil mempercepat langkahnya bahkan hampir berlari.

Luiz mengangguk, lalu mengikuti Domble yang terus mempercepat langkahnya.

***

"Kita hampir menuju ujung dimensi," ucap Grodle memberi tahu.

Zia hanya menganggukkan kepalanya, hanya itu yang bisa ia lakukan ketika Grodle terus memberi tahunya tentang apa pun yang akan mereka lewati. Pikirannya hanya terfokus pada panggilan yang cukup mengganggu pikirannya itu.

Grodle menyadari sikap aneh Zia, tapi ia tidak mengambil pusing hal itu. Baginya, memikirkan pernikahan mereka jauh lebih baik dan tentunya membuat dirinya tidak sabar akan hal itu.

"Apa kau yakin kerjaan Zofrae berada di sana?" tanya Zia. Ia tidak ingin tertipu dengan keluarga palsu lagi.

"Aku yakin," jawab Grodle berbohong. Dari awal dirinya memang tidak tahu menahu tentang kerjaan mana pun termasuk kerajaan Zofrae.

Zia mengangguk lega dengan jawaban Grodle. Ia mulai tidak sabar bertemu dan melihat keluarganya yang sesungguhnya. Walaupun rasa rindunya kepada Mery kadang datang tanpa di undang.

***

Luiz dan Domble terus berlari, makhluk kecil setinggi setengah kaki orang dewasa itu, mengatakan jika Zia dan Grodle sudah mulai menuju ujung dimensi.

Jika mereka sampai kehilangan jejak Zia dan Grodle, akan sangat memungkinkan mereka tidak akan bisa mengetahui jejak itu lagi.

"Bukankah kita akan segera sampai di ujung dimensi?!" seru Luiz di tengah-tengah larinya bersama Domble, makhluk tersebut hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Senyuman mengembang dengan sempurna di wajah Luiz. Ia tidak sabar melihat kembali wajah seseorang yang amat ia cintai itu.

"Itu, Zia!" seru Domble ketika melihat punggung gadis itu dari kejauhan.

"Pelankan suaramu, Domble. Penjaga kerjaan bisa mendengarmu," ucap Luiz memperingati.

Domble mengangguk sambil tersenyum lebar menampakkan giginya yang tidak rapi. "Apa yang harus kita lakukan? Penjaga itu akan menyerang kita setelah melihat aku dan kau di sana," ucap Domble.

Luiz mengangguk membenarkan ucapan Domble. Beberapa menit setelah itu, Luiz membisikkan sesuatu ke telinga besar makhluk kecil di sampingnya itu.

"Ide bagus, Luiz," ucap Domble setelah mendengar saran Luiz. "Tapi apa kau akan terluka lagi nantinya?" tanya Domble khawatir.

"Tenang saja, ramuan yang kau berikan membuatku jauh lebih baik sekarang," jawab Luiz yakin.

Hati Domble merasa lega mendengarnya. "Baiklah, apa kau akan menyerang mereka sekarang?" Domble melihat pergerakan penjaga itu yang sama sekali tidak menyadari keberadaan mereka.

"Lebih cepat lebih baik, bukan?" Domble terkekeh mendengar ucapan Luiz barusan.

Luiz menarik napas panjang, lalu memejamkan matanya sambil mengucapkan mantra sihir untuk mengubah tubuhnya menjadi serigala utuh.

"Jaga dirimu baik-baik, Luiz. Berjanjilah untuk tidak terluka," ucap Domble yang di jawab gerhaman oleh serigala besar di depannya itu.

Luiz langsung berlari menuju penjaga kerajaan yang membelakanginya itu, dan mulai mencakar satu persatu tubuh mereka hingga tewas.

Grodle dan Zia yang menyadari ada yang tidak beres pun langsung mengalihkan tatapan mereka ke belakang, dan terkejut ketika melihat penjaga kerajaan sudah tidak bernyawa dan seekor serigala bertubuh besar.

Zia ingat! Itu Luiz! Ia tidak lupa bagaimana ciri-ciri pria itu ketika berubah menjadi serigala hitam yang bertubuh besar. Namun, ia memilih untuk diam.

"Siapa kau?!" tanya Grodle dengan emosi yang meluap.

Luiz yang melihat Grodle terbawa emosi pun tersenyum senang di sana. Tiba-tiba saja, Domble keluar dari persembunyiannya dan berdiri tepat di samping Luiz yang masih bertubuh serigala utuh.

"Kami menjemputmu, Zia," ucap Domble yang membuat Zia tidak mampu berkata-kata. Sekuat apa pun mereka berusaha, dirinya sudah berjanji akan menikah dengan Grodle.

"Maafkan aku Dom-"

"Aku William, bukan Domble," ucap Domble yang berhasil membuat Zia terpaku kaku.

.
.
.

Sampai di sini dulu ya, tunggu kelanjutan partnya dan jangan lupa vote dan comment dan masukkan di perpustakaan kalian 😄.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang