"Ku mohon lepaskan aku!" jerit Zia sambil menatap Grodle sedu. Tangannya yang terus di cekal dengan begitu kuat meninggalkan bekas memerah di sana.
"Aku harus mencari keluargaku," ucapnya dengan penuh harap.
"Aku tidak peduli." Grodle langsung mendorong Zia untuk masuk ke dalam penjara. Tempat gelap dengan ruangan yang tidak begitu lebar itu membuat Zia merasa ketakutan.
Zia menangis terisak di dalam penjara yang begitu sepi itu, dirinya tidak berdaya. Takdirnya seolah memang hanya untuk sendiri.
Di mana William yang berjanji akan menjaganya! Di mana Luiz yang berjanji akan selalu bersamanya! Seolah itu hanya ucapan kosong untuk membuatnya senang.
Tidak ada keadilan untuknya.
"Ibu, aku menyesal mengenal semua ini. Aku merindukanmu." Zia rasa Mery benar. Semuanya hanya akan terasa sia-sia. Ia merindukan sosok wanita yang telah bersamanya dua puluh tahun itu.
***
"Tuan Grodle mengundangmu makan malam." Penjaga tiba-tiba muncul dan membuka jeruji besi.
Zia terbangun ketika mendengar suara decitan yang cukup nyaring. Ia sekilas melihat penjaga tersebut, lalu kembali menutup matanya. "Aku tidak lapar," ucapnya pelan.
"Tapi ini perintah, Tuan Grodle." Penjaga itu masih bersikeras.
Zia tidak menjawab ucapan penjaga itu. Semuanya memang perintah Grodle. Siapa yang akan berani menentang kemauan makhluk rasaksa itu?
"Tuan Grodle akan membicarakan sesuatu. Jadi, pergilah untuk makan malam."
Zia membuka mata sambil mengernyitkan dahi. "Apa yang akan dibicarakan?" pikir gadis itu.
"Aku akan segera ke sana. Kau bisa meninggalkanku." Bukan untuk makan malam ia ke sana, tapi untuk mendengar apa yang akan Grodle bicarakan padanya.
Kakinya begitu malas untuk melangkah. Hatinya juga tidak bergerak untuk ke sana. "Kau ingin membicarakan tentang apa?" tanya Zia yang telah berdiri di depan makhluk besar tersebut.
"Kau bisa makan terlebih dahulu," tawar Grodle sambil melembutkan suaranya. Namun, terdengar begitu menjijikkan di telinga Zia.
"Aku tidak lapar," ucap Zia tegas.
"Kau bisa jatuh sakit jika kau tidak makan," ucap Grodle. Makhluk itu seperti tidak melakukan apapun, seolah hanya ada ketenangan dan kedamaian di sana.
"Memangnya jika aku jatuh sakit, kau akan peduli padaku?" sindir Zia sambil tersenyum miring.
"Tentu saja. Kau itu calon istriku," ucap Grodle yang berhasil membuat Zia terdiam kaku.
Cukup lama gadis itu terdiam, otaknya berusaha keras mencerna perkataan Grodle yang dilontarkan untuknya. Tak lama dari itu, suara Zia yang tertawa keras membuat Grodle menatap gadis di depannya itu dengan bingung.
"Aku tidak suka bercanda. Aku lebih baik mati, daripada menikah dengan dirimu!" Setelah mengatakan hal tersebut, Zia langsung pergi dari hadapan makhluk kurang ajar itu.
"Aku memberi kesepakatan," ucap Grodle yang membuat langkah Zia terhenti.
"Aku sebenarnya adalah seorang pangeran, hanya saja aku terkutuk. Dan kau harus menikah denganku," ucap Grodle. "Sebagai gantinya, aku akan membantumu mencari keluargamu," sambungnya.
"Aku kenal dengan seluruh keluarga kerajaan. Siapa nama keluargamu?" Tidak ada suara kejahatan di setiap kata yang di lontarkan oleh Grodle.
Zia menoleh, mulutnya terbuka lebar untuk menjawab pertanyaan Grodle. Namun, tiba-tiba penjaga datang dan mengatakan sesuatu pada makhluk besar tersebut, membuat Zia mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUIZIA [SUDAH TERBIT]
FantasiaNOVEL LUIZIA SUDAH TERSEDIA DI SHOPEE R A N K I N G 🎖 # berkali-kali peringkat 1 in mengerikan. # berkali-kali peringkat 1 in menegangkan, 4.12.20 # peringkat 2 in siluman, 25.8.20 # peringkat 2 in ajaib, 4.12.20 # peringkat 2 in zia, 4.12.20 # pe...