"Zia, Astaga sayang apa yang terjadi padamu!" pekik ibu Zia ketika melihat keadaan Zia yang sungguh memilukan.
"Aku tidak apa-apa, Bu," jawab Zia sambil berusaha mengambil benda lengket di bajunya.
"Tidak apa-apa?! Lihatlah pakaianmu Zi, baumu, dan keadaanmu saja seperti orang tidak terurus," seru Ibu Zia.
"Aku ingin membersihkan diri dulu Bu," ucap Zia, lalu masuk ke rumah bernuansa cokelat tua itu tanpa menghiraukan kekesalan ibunya.
***
Setelah selesai mandi Zia tidak segera turun ke bawah, ia lebih memilih menetap di kamarnya sambil memangku laptop, dan menulis tentang hari buruk yang menimpanya tadi.
Ia juga menulis tentang mata cokelat milik Luiz di sana, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di mata pria tampan itu tapi, entahlah Zia tidak tahu.
"Luiz ...," gumam Zia.
"Nama yang keren, dia juga tampan tapi, sepertinya dia orang yang sombong," ucap Zia lalu menutup laptopnya.
Gadis itu hanya duduk di tepi kasur Queen size miliknya, dengan pikiran yang masih tertuju pada kejadian yang menimpanya tadi di kampus. Apa alasan Charolie begitu membencinya? Itulah pertanyaan yang selalu Zia pikirkan jika kerap kali Charolie sedang mem-bullynya.
"Zia?" panggil ibu Zia yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar anaknya.
Zia tidak bergeming ia tetap melamun seperti tidak mendengar panggilan ibunya tadi.
"Zia?" panggil ibu Zia sambil menepuk pundaknya membuat Zia terlonjak kaget.
"Ibu, sejak kapan Ibu di kamarku?" tanya Zia.
"Ibu sudah memanggilmu tadi, kenapa kau tidak menjawab?"
"Aku tidak mendengarnya mungkin," jawab Zia.
Ibu Zia menghela napas, lalu menatap tepat pada mata hitam milik Zia membuat gadis itu menoleh pada Ibunya.
"Kenapa Ibu menatapku seperti itu?" tanya Zia.
"Apa kau memikirkan seseorang, Zia?"
Zia langsung menoleh cepat ke arah ibunya karena, sebelumnya ia memalingkan muka setelah bertanya, jujur ia sungguh tidak suka jika harus bertatap mata dengan Ibunya sendiri.
Cukup lama Zia terdiam, menatap lekat kedua warna bola mata Ibunya yang bahkan jauh berbeda dengan miliknya sendiri, bahkan Ayahnya saja berwarna senada dengannya, mengapa Ibunya berwarna hijau gelap? yang sepertinya terselumbung darah jahat di sana?
"Ibu membaca pikiranku?" tanya Zia mengintimindasi.
Ibu Zia memutar bola mata malas, "Tentu saja Ibu membacanya, kau pun juga bisa membaca pikiran Ibu, bahkan orang lain jika kau mau, Zia."
Gadis itu menaikkan satu alis, bertanda jika ia cukup bingung dengan lontaran ibunya ini.
"Bagaimana bisa? Ibu bercanda?" jelas Zia sambil tersenyum mengejek.
"Tentu bisa, Zia, nyatanya Ibu bisa membaca pikiranmu. Tentang Luiz yang sepertinya mempunyai bola mata cokelat, lalu tentang temanmu yang bernama Charolie mungkin? atau tentang kejadian tadi pagi saat kau menge--"
"Cukup!" sela Zia, Ibunya tahu tentang tadi pagi? itu artinya Ibunya tahu tentang William? Oh ayolah!
"Aku tidak memikirkan William," ucap Zia curiga.
"Zia, Ibu hanya bisa membaca pikiranmu, bukan berarti Ibu bisa menerawang apa saja yang kau lakukan setiap harinya. Semua tergantung dengan pikiran sayang," tegas Ibu Zia sambil menujuk tepat di pelipis milik gadis itu lalu keluar dari kamar anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUIZIA [SUDAH TERBIT]
FantasyNOVEL LUIZIA SUDAH TERSEDIA DI SHOPEE R A N K I N G 🎖 # berkali-kali peringkat 1 in mengerikan. # berkali-kali peringkat 1 in menegangkan, 4.12.20 # peringkat 2 in siluman, 25.8.20 # peringkat 2 in ajaib, 4.12.20 # peringkat 2 in zia, 4.12.20 # pe...