35. Perjalanan Seperti Apa Ini?

595 122 4
                                    

Luiz terdiam, mulutnya terkunci rapat, bingung akan menjawab seperti apa pertanyaan yang membuatnya begitu bersalah.

"Kau membuatku kehilangan sosok yang begitu berharga untukku Luiz," ucap Zia dengan nada gusar.

"Dan aku telah merelakan hal paling berharga untukmu Zia," ucap Luiz yang kembali teringat bagaimana ia merelakan delima putih untuk menyelamatkan hidup gadis di depannya itu.

"Delima putih yang kau bawa bisa ku ambil secara paksa dan aku bisa mengambil alih dimensi manapun, kau harus tahu itu," guman Luiz sambil menatap Zia tidak percaya.

"Kita harus kembali, tempat ini tidak aman," ujar Luiz sambil menggeret tangan Zia untuk keluar dari kamar tersebut dan meninggalkan kerajaan terkutuk ini.

Zia tidak menolak ia hanya diam saja, tidak ada sama sekali dorongan untuk membantah perkataan Luiz kali ini.

"Makan malam sudah siap. Ini perintah tuan Grodle." Penjaga tiba-tiba muncul dari arah samping.

Luiz dan Zia hanya diam saja. Lalu tanpa mengatakan apa pun, Luiz kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Zia.

"Kalian harus makan malam." Penjaga itu kembali berkata, kali ini pria berwajah datar itu bahkan mengikuti langkah Luiz.

"Dengar. Kami tidak makan dan kami sedang terburu-buru," jawab Luiz kesal.

"Tapi ini perintah tuan Grodle," ucap penjaga tersebut yang semakin membuat Luiz kesal.

"Katakan pada tuanmu, kami tidak butuh makan malam itu," ucap Luiz tanpa ada nada ketakutan dalam setiap katanya.

"Sefisforsis." Luiz melayangkan sihirnya kepada penjaga tersebut. Sihir yang akan membuat tubuh penjaga kaku dan diam sementara.

"Luiz, apa yang kau lakukan?" tanya Zia yang terkejut dengan apa yang dilakukan Luiz kepada penjaga di depan mereka itu.

"Hal buruk akan segera terjadi," ucap Luiz sambil menatap dalam-dalam netra mata Zia.

"Kita harus secepatnya keluar dari kerajaan ini!" seru Luiz yang mulai berlari dan diikuti oleh Zia.

"Apa yang terjadi?" tanya Zia yang begitu kebingungan atas sikap Luiz yang begitu tiba-tiba. Memangnya hal buruk apa yang akan terjadi?

"Ikuti aku," ucap Luiz.

Pria itu terus berlari dari lorong ke lorong lain, keadaan kerajaan yang sepi sangat memudahkan mereka untuk bergerak dengan cepat.

Semakin lama mereka berlari, semakin sulit mereka menemukan pintu keluar. Bahkan beberapa kali memutar arah, keadaan tetap sama. Seakan kerajaan ini tidak berujung.

"Apa kita terjebak?" tanya Zia dengan suaranya yang samar-samar karena terlalu lelah akibat berlari.

"Aku yakin ini akan terjadi," ucap Luiz sambil terduduk di lantai batu dengan lemah.

Zia yang mendengar perkataan Luiz semakin membuat harapannya untuk bertemu keluarganya begitu tipis. Gadis tersebut bersandar ke tembok dengan gusar sambil menatap sedu lantai batu di bawahnya.

Namun, ketika mendaratkan punggungnya ke tembok, Zia dan Luiz langsung dikejutkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka lebar seperti mempersilahkan mereka masuk.

"Pintu bawah tanah?" tanya Zia yang mendekat ke arah pintu berlorong gelap tersebut.

"Aku rasa begitu," jawab Luiz.

"Kita bisa keluar lewat pintu itu," ujar Zia dengan suara yang jauh lebih bersemangat.

Luiz bimbang. Kesempatan tertangkap akan jauh lebih besar jika mereka mengambil jalan bawah tanah. Tapi, jika mereka tidak segera keluar dari kerajaan ini, kesempatan untuk mati sia-sia akan jauh lebih besar.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang