8. Pemberian Dari Mery

1.8K 336 110
                                    

Hari ini adalah hari di mana Zia dan teman kampus lainnya berangkat pagi dan menjalankan aktivitas seperti biasa, tanpa mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu dimana serigala hitam bertubuh besar menyerang kampus mereka.

Dan setelah hari dimana Zia dan William merencanakan rencana mereka, kini Zia dan Mery lebih akrab.

"Ting ting ting," gumam Mery sambil membuka pintu kamar Zia

Zia sempat terlonjak kaget, lalu tersenyum lebar ketika mendapati ibunya sedang tersenyum sambil menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

"Ah, Ibu. Aku terkejut dengan suaranya," ujar Zia sambil tertawa

Mery ikut tertawa ketika mendengar gelak tawa milik anaknya tersebut, dengan langkah pasti Mery mulai mendekati Zia dan mengusap rambut hitam milik gadis tersebut.

"Siap untuk pergi ke kampus hari ini?" tanya Mery

Zia menghela napas, sebelum berkata. "Aku siap."

"Ah ini, Ibu mempunyai sesuatu untukmu," ujar Mery lalu mengeluarkan benda lonjong kecil berwarna merah, mirip sekali dengan bentuk lipstik

"Apa ini?" tanya Zia dengan gurat kebingungan yang terlihat jelas di wajahnya

"Afboripof," jawab Mery dengan senyum lebar

Dahi Zia berkerut, "Aku tidak mengerti."

"Sesuatu yang akan menjagamu, maksudku benda yang dapat menyerang monster jahat yang menyerangmu," jelas Mery sambil menyodorkan Afboripof kepada Zia

"Aku masih belum mengerti," tegas Zia sambil menerima benda lonjong itu dan mengamatinya

"Sudahlah, kau tidak perlu mengerti terlalu dalam. Gunakan saja ketika kau terserang atau melihat monster mengerikan, oke," ucap Mery lalu mencium pipi Zia sebelum keluar dan menutup pintu berwarna cokelat tersebut

Setelah Mery keluar dari kamarnya, Zia terus mengamati benda berwarna merah tersebut, beberapa menit kemudian benda tersebut mengeluarkan cahaya merah yang menyilaukan mata, sehingga Zia menjatuhkan benda lonjong tersebut hingga menggelinding ke bawah meja belajarnya.

"Apa yang terjadi?" ucap Zia sambil terus menatap benda menggelinding itu dengan mulut yang terbuka

"Zia cepatlah turun!" teriak Mery dari bawah tangga membuat Zia mengerjapkan matanya dan segera mengambil benda lonjong tersebut lalu memasukkannya ke dalam kantong celana.

"Iya Bu!" balas Zia sambil menjerit lalu menutup pintu kamarnya.

***

"Aku tidak sabar untuk mengawali kelas hari ini," ujar william sambil tekekeh pelan

Zia hanya tersenyum masam, lalu berhenti berjalan dengan berusaha mendengar suara jeritan yang tiba-tiba berada di gendang telinganya.

"Kau kenapa?" tanya William yang bingung ketika melihat gurat kecemasan dari wajah Zia

"Ikut aku!" Zia langsung menarik tangan William dan membawanya ke kantin kampus yang berada di belakang UKS.

Setelah sampai di kantin, Zia dan William sontak membulatkan mata dan membuka mulut sembari memundurkan langkah mereka secara perlahan ketika melihat sosok monster mengerikan yang bahkan kepalanya hampir terlepas dengan beberapa tangan di sekujur tubuh berbintiknya.

"Apa yang terjadi?!" jerit William sambil menarik tangan Zia berusaha membawa gadis itu segera pergi dari kampus sekarang juga

Zia menggelengkan kepalanya sambil terus menatap mata hijau gelap yang menjadi warna bola mata monster mengerikan sekaligus menjijikkan itu.

William segera berlari meninggalkan kawasan kantin tanpa membawa Zia ikut bersamanya. Zia hanya memandang kepergian William dengan perasaan yang berdebar-debar.

Zia menoleh, kembali menatap monster mengerikan yang berada 10 meter dari jarak tubuhnya, tiba-tiba monster itu langsung menoleh cepat ke arah Zia membuat mata mereka saling bertemu dan bertatapan.

"Gunakan saja jika kau terserang atau melihat monster mengerikan, oke."

Perkataan Mery langsung teringat di pikiran Zia, dengan cepat ia mulai merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda berbentuk lonjong tersebut dan mengarahkannya pada monster di depannya.

Gagal, itulah yang di alami Zia sekarang, benda itu tidak berkerja dengan normal!

Zia mulai menggoyangkan benda tersebut dengan kasar dan cepat. Namun, tetap saja tidak terjadi apa-apa.

Dengan perasaan takut, Zia melemparkan benda tersebut ke arah monster tadi dan mulai berlari kencang berusaha menghindar dari kawasan berbahaya itu.

Rupanya, kegagalan selalu berada di belakang Zia. Monster tersebut mengejar Zia dengan kaki besar dan juga berbulunya itu.

Gadis itu tetap berlari sekuat tenaga, mencari perlindungan untuk melindungi dirinya sendiri.

"William bantu aku, William," seru Zia dalam hati dengan raut wajah yang ketakutan. Ia berada di belakang tong sampah dekat lapangan utama sekarang.

"Zia aku tidak bisa menemuimu sekarang."

"Wiliam, kau dimana? Tolong aku William ku mohon," ucap Zia sambil meneteskan air matanya

"Zia! Tolong, jangan menangis, karena akan menyakiti tubuhku nanti."

"William ku mohon tol-"

"Zia, percayalah padaku. Kantong celanamu masih menyimpan satu Afboripof, arahkan pada tubuh monster itu Zia. Dan ucapkan Afdrapofbilo Bof. Sekarang!"

Zia masih terlihat bimbang untuk melakukan hal tersebut, ia takut jika benda dan mantranya tidak akan berfungsi secara baik. Ia tidak ingin kejadian tadi terulang begitu saja, ia akan mati konyol jika melawan yang bukan tandingannya.

"Zia sekarang!"

Zia terkejut, lalu berdiri dari persembunyiannya, dan mengambil Afboripof lain di saku celananya, dan melakukan apa yang terbesit di pemikirannya.

"Afdrapofbilo Bof!" teriak Zia sambil memegang benda lonjong tersebut dengan kedua tangan.

Belum terjadi apa-apa. Bahkan monster tersebut mulai menyerang tubuh Zia dengan laser merah yang ia keluarkan dari mata hijau gelapnya itu.

Dengan gesit Zia menghindar dan berlari ke arah monster tersebut dan menembakan benda Afboripof tepat ke arah jantungnya.

"Tidak mungkin," ucap Zia ketika melihat monster itu langsung terjatuh dengan darah biru yang memuncrat-muncrat hingga mengenai kepala dan juga tubuh Zia

"Bagaimana bisa ada seseorang yang lebih dariku?!" seru Luiz yang langsung berdiri tegang ketika melihat gadis seperti Zia mampu mengalahkan monster mengerikan seperti Amborid.

Sama halnya Luiz, William juga terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang, Zia sudah hampir berhasil menjadi seorang Portako sekarang.

"Zia kau berhasil!" teriak William yang langsung memeluk tubuh langsing Zia, membuat gadis tersebut terkejut bukan main

Luiz mengepalkan tangannya kuat, tidak peduli dengan luka di tangannya yang mulai meneteskan darah akibat kuku serigalanya.

Pria itu tidak mungkin membiarkan seseorang merusak mimpinya untuk menggenggam dunia di kepalan tangan berbulunya.

Bagaimanapun ia sudah memiliki tiga permata delima berbagai warna untuk menguasai dunia dengan kekuatan kuat di dalam setiap permata.

"Aku harus memilikimu Zia!" seru Luiz lalu meninggalkan kampus.

.
.
.

Sampai di sini dulu ya, tunggu kelanjutan partnya dan jangan lupa vote dan comment dan masukkan di perpustakaan kalian 😄.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang