38. Usaha Yang Sia-Sia

545 117 0
                                    

Semakin hari, keadaan Luiz semakin memburuk, lukanya membiru dan tubuhnya berantakan sekali. Seperti tidak terurus beberapa bulan.

"Kau menemukan koran itu di mana?" tanya Luiz dengan suara pelan. Pria itu cukup kesulitan untuk membuka mulutnya lebar-lebar.

"Di bawah tumpukan batu besar. Saat itu aku ingin tidur di sana dan mataku tidak sengaja melihat koran itu," jawab Domble sambil menunjuk koran lusuh yang berada di genggaman Luiz.

"Apa kita berhasil?" tanya Luiz dengan tatapan bangga menatap Domble.

"Kurang beberapa langkah kita akan berhasil, Luiz. Kita hanya perlu menemukan Zia secepatnya," jawab Domble sambil tersenyum hangat.

Luiz kira, Domble adalah makhluk bodoh yang menjijikkan. Namun, setelah mengetahui semuanya, Luiz merasa bersyukur bisa di temukan dengan teman lamanya.

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkan, Zia," ucap Luiz.

"Aku berjanji," balas Domble yakin.

***

"Sampai kapan kita akan terus berada di sini?! Kita harus mencari keluargaku, seperti yang telah kita sepakati!" seru Zia kesal.

"Dengarlah, Zia. Jangan terburu-buru, kita bisa memulai pernikahannya sebelum mencari keluargamu," ucap Grodle dengan senyum liciknya. Jika Zia mau menikah dengan dirinya detik ini juga, ia tidak perlu bersusah payah mencari keluarga gadis bodoh itu.

"Aku ingin menikah di hadapan keluargaku," tegas Zia.

Grodle menggretakkan giginya, mungkin Zia adalah gadis bodoh yang memiliki otak cerdas.

"Bukankah jika kita lebih cepat mencari keluargaku, lebih cepat kita menikah?" tanya Zia yang malah membuatnya merasa ngilu dengan ucapannya sendiri.

Grodle tersenyum miring, lalu tertawa keras sambil melangkahkan langkah lebarnya menuju pintu utama kerajaan.

"Buka pintunya!" perintah Grodle kepada para penjaga.

Grodle seperti merasakan hawa bahagia yang sebentar lagi akan menyelimuti dirinya selamanya. Apa yang dikatakan Zia adalah benar, semakin cepat mereka menemukan keluarga gadis bodoh itu, semakin cepat juga mereka akan menikah dan Grodle akan segera terbebas dari kutukan ini.

"Bawalah tombak yang berada di sana," ucap Grodle kepada Zia sambil menunjuk sudut ruangan yang terdapat beberapa alat tajam.

Zia hanya mengangguk lemas lalu  melangkah mendekati sudut ruangan, ia heran sejak kapan ada alat tajam seperti itu di sana? Padahal, selama ia tinggal dan mengelilingi kerajaan bersama Luiz tempo hari lalu, ia tidak menemukan apa pun selain ruangan yang kosong.

"Itu akan menjadi senjata kita," ucap Grodle memberi tahu.

Zia dan Grodle dan beberapa penjaga mulai melangkah keluar dari kerajaan dan menuju hutan. "Siapa nama keluargamu?" tanya Grodle.

"Kerajaan Zofrae," jawab Zia cuek.

Grodle menghentikan langkahnya, yang di ikuti oleh beberapa pasukan di belakangnya dan juga Zia yang ikut menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanya Zia bingung.

Grodle hanya diam saja, ia seperti mengenal nama kerajaan itu. Nama yang sepertinya begitu familiar untuknya. Pandangan makhluk besar itu lurus ke depan, berusaha mengingat di mana kali pertama ia mendengar nama kerajaan tersebut.

"Grodle, ada apa?!" jerit Zia yang membuat Grodle tersadar.

"Diamlah!" seru Grodle kesal lalu melanjutkan jalannya.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang