2. William Stofie

3.3K 590 185
                                    

Zia sedang duduk di balkon kamarnya saat ini, memandangi langit malam yang cerah, sambil membaca buku tua yang ia dapatkan dari perpustakaan tadi, dan pastinya ditemani oleh secangkir kopi hangat yang menjadi favoritnya.

"Aku harus memecah tabunganku besok, tapi bagimana dengan kebutuhanku yang lain?" ujar Zia sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya.

"Setidaknya aku masih mempunyai cukup uang di bank," sambungnya.

Zia hanya membolak-balik lembaran pada buku tua itu seperti tidak ada hasrat untuk membacanya. Namun, saat kertas menunjukan halaman 357 ada bab baru yang berjudul 'William Stofie' yang membuat tanda tanya pada benak Zia.

"William Stofie?" ucapnya lirih, "Perempuan apa laki-laki?" sambungnya sambil berusaha berpikir keras. Namun, ia tidak mampu menyimpulkannya sendiri, lalu Zia memutuskan untuk membaca halaman tersebut karena penasaran akan sosok 'William Stofie'.

Zia terkejut ketika ia selesai membaca seluruh halaman tentang 'William Stofie' yang ternyata manusia dengan kepribadian ganda berwujud laki-laki dan perempuan yang mati karena musim dingin berkepanjangan yang membuatnya mempunyai kulit putih pucat seperti mayat karena ia tidak segera di kuburkan melainkan terkurung di rumahnya yang bahkan jarang di lewati manusia lainnya, itu artinya ia menyendiri.

Bahkan di buku di tuliskan beberapa ciri fisik tubuh 'William Stofie' yang membuat Zia teringat oleh sosok William teman kampusnya.

Mempunyai kulit putih pucat seperti mayat, selalu menyendiri, mempunyai bola mata biru, rambut berwarna biru cerah, dan juga kepala yang selalu menunduk, itu sama seperti ciri-ciri William teman kampus Zia.

Tiba-tiba angin berhembus kencang, membawa udara dingin membuat Zia meremang, dan memeluk tubuhnya yang hanya di balut kaos tipis dan celana jeans pendek.

Zia bingung tidak ada tanda-tanda akan hujan di sini, dan tadi pun suasana tenang-tenang saja, kenapa tiba-tiba ada angin kencang yang membawa udara dingin yang sangat menusuk tulang ini.

Tanpa basa-basi Zia bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam kamarnya, dengan raut muka yang cemas dan was-was, sebenarnya ia adalah tipe orang yang penakut.

"Ada apa, Zia?" ucap Ibu Zia yang tiba-tiba berada di kamarnya.

"Ibu!" pekik Zia terkejut.

"Ada apa denganmu?" tanya Ibu Zia dengan raut wajah khawatir.

"Tidak ada apa-apa, Bu, aku hanya terkejut ketika Ibu tiba-tiba berada di kamarku," ujar Zia.

"Ibu kira ada sesuatu yang menggangu di pikiranmu," ucap ibu Zia lalu, tersenyum sambil mengusap lembut rambut hitam milik anaknya itu.

"Kenapa tiba-tiba Ibu masuk ke dalam kamarku?" tanya Zia.

"Ayahmu tidak pulang karena melembur lagi, Zi, jadi Ibu memutuskan untuk tidur di kamarmu jika kau mempersilahkan Ibu," ucap Ibu Zia.

"Melembur lagi?" tanya Zia tidak suka.

"Zia jangan berbicara seperti itu, Ayah bekerja juga untuk memenuhi kebutuhan kita semuakan? Untuk membiayai kuliahmu juga," ucap ibu.

Zia memutar bola matanya malas sambil memalingkan wajahnya dari wanita paruh baya di depannya ini.

"Apakah kau mengizinkan Ibu tidur bersamamu malam ini?" tanya Ibu Zia sambil memegang pundak gadis tersebut.

"Baiklah Bu, aku ingin ke kamar mandi terlebih dahulu," ucap Zia lalu melangkah menuju kamar mandi yang berada di pojok kiri kamarnya.

"Zia ... kau masih terlalu lugu rupanya," ujar Ibu Zia lalu membaringkan tubuhnya di kasur berukuran queen size itu.

Kegiatan rutin yang selalu Zia lalukan sebelum tidur adalah menggosok giginya terlebih dahulu, agar giginya tidak rusak karena bakteri dan kuman, itu sebabnya Zia memiliki gigi putih dan terawat.

Namun, saat setelah menggosok gigi, Zia terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar mandinya terkunci dari luar, dengan perasaan panik Zia menggedor-gedor pintunya itu sambil berteriak memanggil Ibunya.

"Ibu! Kenapa Ibu mengunci pintunya dari luar?!" teriak Zia.

"Ibu!" teriak Zia lebih kencang ketika ia tidak menjawab sautan dari Ibunya.

"Ibu apakah kau di sana?!" teriak Zia sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi lebih kuat.

"Zia!" panggil Ibu Zia dari luar kamar mandi, "Kau kenapa nak?" sambungnya sambil berusaha membuka pintu dengan memutar-mutar knopnya.

"Ibu? Aku terkunci di dalam Bu! Apakah Ibu sengaja mengunciku huh?!" jerit Zia kesal.

"Ibu tidak melakukannya Zia, saat kau masuk ke dalam kamar mandi sebenarnya Ibu sudah memutuskan untuk tidur tapi, meningingat jika kau belum makan malam, Ibu memutuskan untuk turun dan mengambil makanan untukmu!" ucap Ibu Zia menggebu-gebu.

"Ibu tolong keluarkan aku dari sini," ujar Zia yang sudah meneteskan air matanya.

"Akan Ibu dobrak pintunya dan kau jangan berada tepat di belakang pintu Zia," perintah Ibu Zia lalu Zia memutuskan untuk berada di bath up agar tidak terkena pintu nanti.

Brakkk ....

Brakkk ....

Brakkk ....

Ibu Zia berhasil membuka pintu tersebut ketika dobrakan ke tiga lalu ia melihat anaknya sedang duduk sambil memeluk tubuhnya di bath up.

"Zia! Apa kau baik-baik saja sayang?" tanya Ibu Zia.

"Ibu ...," ucap Zia lirih.

"Ada Ibu di sini Zi, kau jangan takut oke," ujar Ibu Zia sambil memeluk tubuh Zia dan membelai lembut rambut hitam sepinggang miliknya.

"Ayo kita tidur," ajak Ibu Zia.

Tubuh Zia gemetar ia sangat takut dengan kejadian yang baru menimpanya ini, saat keluar dari kamar mandi ia melihat di atas meja belajarnya terdapat makanan dan juga minuman untuknya yang artinya Ibunya tadi benar-benar turun untuk mengambil makanan, jadi siapa yang menguncinya tadi? Padahal jelas-jelas pintu terkunci dari luar dan hanya Zia dan ibunya saja yang berada di rumah ini.

Saat Zia sudah membaringkan tubuhnya ia tiba-tiba di kejutkan dengan suara jendela yang terbuka ternyata ia lupa untuk menutup jendelanya, lalu ia beranjak dari tidurnya dan menutup jendela.

Zia terkejut ketika melihat sosok William berada di jalan dekat rumahnya dan juga sedang menatap dirinya dengan tatapan dingin dan tajam bahkan bisa terasa sampai sejauh ini rasanya.

Zia terpaku oleh kehadiran William di malam-malam dan berada di rumahnya, menatap dirinya pula membuat Zia penasaran apa yang laki-laki itu lakukan di hari yang sudah hampir menunjukkan pukul dini hari ini.

"Zia?" panggil Ibu Zia membuat tatapan Zia beralih kepada Ibunya, "Kenapa kau berdiri di situ?" sambung Ibu Zia.

"Tidak apa-apa Bu," ucap Zia dengan senyuman palsu.

"Kalo begitu cepatlah tidur apa kau mau terlambat kuliah besok?" tukas Ibu Zia.

"Baiklah Bu," ujar Zia lalu menutup jendela kamarnya dan menuju ke kasur ukuran Queen size itu tanpa melihat ulang keberadaan William yang sudah menghilang.

.
.
.

Sampai di sini dulu ya, tunggu kelanjutan partnya dan jangan lupa vote dan comment dan masukkan di perpustakaan kalian 😄.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang