11. Hutan Argotrabalgous

1.5K 252 100
                                    

"Ada apa dengan Ibumu?" tanya William yang sudah berada di kamar Zia.

Ia tadi sengaja mendengar perdebatan Zia dan Mery tanpa ingin memisahkannya, baginya ini salah satu upaya agar menghilangkan kasih sayang Zia pada penyihir tua dan kejam seperti Mery.

"Tidak ada apa-apa."

William tersenyum sinis, lalu melihat beberapa tas ransel dan koper besar milik Zia, yang membuat pria itu meruntukki kebodohan gadis gila di sampingnya itu.

"Kau akan membawa ini semua?" William mulai melihat isi dari tas dan koper tersebut, membuat Zia mendengkus tidak suka.

Bagaimana tidak suka? Isi tas ransel itu tentu pakaian miliknya, jika tidak sengaja dilihat oleh mata telanjang Wiliam, Zia bisa malu setengah hidup.

"Menyingkirlah dari tasku!" geram Zia lalu mendorong tubuh William ke kiri.

"Kenapa? Aku hanya melihatnya saja," cibir William yang menangkap basah pikiran kotor Zia.

"Sudahlah! Ayo bantu aku membawanya. Ini cukup berat jika hanya aku saja yang membawanya!" perintah Zia lalu menggendong tas ransel dan membawa tas ransel lainnya di tangannya.

"Kenapa kau diam saja! Ayo!" bentak Zia yang menyadari jika William sama sekali tidak bergerak dari tempatnya tadi. 

"Kau benar-benar gadis bodoh Zia!" geram William sambil mendorong kepala Zia menggunakan jari telunjukknya.

"Kau! Sung-"

"Tinggalkan barang-barangmu dan tunggu sebentar." William berbalik lalu berhenti di depan pintu balkon dan membisikan kata-kata yang tak mungkin bisa di dengar.

Beberapa menit setelah William membisikan kata tadi, tiba-tiba lingkaran besar berwarna biru langsung muncul di balik tirai jendela membuat Zia terlonjak kaget.

William menoleh ke belakang, melihat wajah Zia yang benar-benar terkejut hingga menjatuhkan tas ransel di tangannya. 

"Ayo!"

"Ak-aku tidak bisa," gumam Zia yang masih terus memandang lingkaran besar tersebut.

William memutar bola matanya malas. Lalu berbalik dan menggeret paksa tangan Zia, dan menuntunnya ke dalam lingkaran biru tersebut.

"Selamat memulai Zia." Lalu William mendorong tubuh gadis tersebut dan mendorong dirinya sendiri menyusul tubuh Zia.

Setelah mereka masuk ke dalam lingkaran besar tersebut, Mery langsung masuk ke dalam kamar Zia dan tersenyum licik melihat kepergian Zia dan William.

"Selamat datang Zia," ujar Mery sambil tersenyum miring dan menampilkan mata hijau gelapnya.

***

"Astaga! Ini benar-benar membuatku pusing!" geram Zia yang sudah terpental keluar dari lingkaran besar tadi.

William juga merasa seakan tubuhnya memutar-mutar. Dimensi ini benar-benar gila!

"Ah, aku tidak kuat!" Zia lalu memuntahkan semua isi perutnya di tanah berwarna merah tersebut.

William terkejut dengan apa yang di lakukan Zia. "Menjijikkan!" gerutu William.

"Kita beristirahat dulu di sana," ucap William sambil menunjuk pohon besar yang tak jauh dari mereka berdiri.

"Ayo!" perintah William yang melangkah terlebih dahulu.

"Astaga, ini menyiksaku!" geram Zia lalu berusaha bangkit dari duduknya dan menyusul William.

"William, aku tidak tahan," ucap Zia kembali terjatuh dan mengeluarkan semua isi perutnya kembali. 

William memutar kedua bola matanya malas tapi, ia juga merasa khawatir dengan kondisi Zia yang terus menerus mengeluarkan isi perutnya.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang