1. Teman Kampus

8.3K 783 463
                                    

"Aku berangkat dulu, Bu," ujar Zia terburu-buru.

"Zia, makan dulu, sayang!" teriak ibunya.

Zia menghela napas, lalu kembali dan mengambil satu roti tawar. "Aku ambil yang ini saja, Bu, soalnya lagi terburu-buru. Dah Ayah, dah Ibu," ujar Zia sambil mencium pipi kedua orang tuanya.

Orang tua Zia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, melihat anaknya yang bersemangat untuk pergi ke kampus, padahal jam baru menunjukan pukul 5.17 am.

Zia POV

Aku sangat terburu-buru, ketika melihat jam di pergelangan tangan sudah menunjukan pukul 06.30 am, pasti di kampus sudah banyak sekali anak-anak yang berangkat.

Setelah sampai di kampus, aku segera melebarkan langkah, ketika melihat segerombolan orang mulai mendekati diriku yang kulihat dari ekor mata.

"Wah, wah, wah. Kayaknya ada yang terlambat nih," sindir Charole yang mencegat jalanku.

"Permisi, Char," ujarku, sambil berusaha mencari celah dari gerombolan teman-temannya.

"Lo mau masuk kelas? Belajar jadi orang bodoh?!" pekik Charole, lalu mendorongku ke belakang hingga aku terjatuh.

"Siapa sih yang mau temenan sama orang gak berguna kayak lo! Dasar bit*h!" seru Charole lalu pergi meninggalkanku.

Aku menghela napas lega, ketika mereka tidak menyiramku dengan air got, atau telur busuk, atau semacam hal kotor lainnya.

Saat berjalan melalui koridor, aku banyak mendapatkan cibiran-cibiran penghinaan, tidak jarang dari mereka yang sengaja menyenggol bahuku dan membuatku terjatuh.

Sebelum masuk ke dalam kelas aku memilih untuk pergi ke ruang UKS terlebih dahulu, untuk mengobati tanganku yang tergores batu kerikil ketika terjatuh akibat dorongan Charole tadi.

Saat memasuki UKS aku dikejutkan oleh sosok William, lelaki yang mempunyai kulit putih pucat seperti mayat. Bahkan aku sendiri mengganggapnya seperti makhluk gaib yang menjelma menjadi manusia, tatapan dingin dan tajamnya itu selalu membuat orang takut oleh sosoknya.

Aku tersenyum sembari berkata, "Hai ... apa kau sakit?" tanyaku ketika melihat dirinya sedang duduk di kasur UKS.

William tidak menjawab ucapanku, bahkan ia saja menatapku datar dengan wajah pucatnya itu.

Aku menghela napas ketika ia menunduk seperti mengalihkan tatapannya dariku, aku sendiri pun tak ambil pusing lalu mencari obat merah di kotak berwarna putih dengan lambang plus, lalu mengambil benda berwarna kuning itu dan meneteskannya di dekat lukaku saja.

Setelah memberi obat merah pada lukaku, aku berniat pergi dari sana dan menuju kelas tapi, aku mengurungkan niatku itu ketika melihat William masih dengan posisinya tadi.

"Hai ... apa kau baik-baik saja?"

"Pergilah, Zi," tukasnya dingin.

"Kenapa kau selalu menunduk? Apakah lehermu tidak sakit?" tanyaku tanpa menghiraukan usiran William tadi.

"Apakah kau tuli? Pergilah!" jerit William lalu menatapku. "Kau itu buruk, Zi," sambungnya dengan suara lirih.

Aku terkejut dengan ucapan yang dilontarkan William, tanpa berkata lagi aku segera pergi meninggalkan UKS membiarkan dia sendirian. Sebenarnya aku tidak sakit hati dengan ucapan William tadi, hanya saja aku pernah mendengar seseorang berkata sama jika aku ini 'buruk'.

Author POV

***

Jam pelajaran untuk mata kuliah hari ini sudah selesai. Namun, Zia belum memasuki kelasnya sama sekali, ia lebih memilih ke perpustakaan sambil membaca buku-buku tentang materi perkuliahannya.

Saat Zia membalik lembaran selanjutnya di buku tersebut, ia terkejut ketika tiba-tiba ada seseorang yang sengaja menuangkan jus di bukunya itu, saat ia mendongak untuk melihat siapa pelakunya, ia menghela napas gusar ketika Charole sedang tersenyum miring di atasnya, lalu ia berkata sambil mengeraskan suaranya agar seluruh orang yang berada di sana mendengar perkataanya.

"Zia! Apa yang kau lakukan? Kau membawa minuman di perpustakan dan menumpahkannya di buku? Bukankah di sini dilarang membawa makanan dan minuman masuk?!" teriak Charole seperti orang yang kesetanan.

Tiba-tiba petugas perpustakan sekaligus guru tua yang memang penjaga perpustakaan, menghampiri meja Zia sambil membawa buku catatan yang entah berisikan apa.

"Kau mengotori bukuku, Zia?!" tanyanya geram lalu membenarkan letak kaca matanya yang miring. "Kau harus mengganti rugi atas kesalahanmu ini!" sambungnya dengan wajah memerah menahan kesal.

"Tapi Mrs ... bukan saya yang melakukannya," ucap Zia lesu.

"Lalu siapa lagi! Kau menyalahkan Charole atas kesalahanmu ini? Kau itu gila, Zia! Mana mungkin Charole melakukanya!" tukasnya.

"Mrs, di dunia ini mana ada maling yang mau ngaku, jadi mana mungkin Zia mau ngaku," cela Charole dengan tatapan mengejek.

"Sudahlah jangan beribut, dan kau Zia ganti buku itu dengan uang!" seru guru tua itu.

"Uang? ... be-berapa?" tanya Zia lesu.

"350.000, dan kau boleh membawa buku tua itu pulang," jawab guru tua itu lalu meninggalkan Zia, dan Charole.

"Kasihan benget sih, dasar manusia gak berguna!" hina Charole, lalu pergi dengan senyum miringnya.

Zia menghela napas gusar, uang sebanyak itu sangat-sangat Zia jaga untuk memenuhi kebutuhannya, yang lebih berguna dari pada mengganti buku yang sudah tua, dan tertuang jus pula.

Zia memandangi buku tua itu dari covernya, halamannya, dan baunya yang sudah lama sekali seperti buku tua pada umumnya.

Lalu Zia beranjak dari duduknya, dan pergi dari perpustakaan sambil membawa buku tua tersebut di tangannya.

"Ini sudah takdirmu, Zia," ucap Zia mencoba menguatkan dirinya sendiri, lalu pergi meninggalkan kampus menggunakan angkutan umum.

.
.
.

Sampai di sini dulu ya, tunggu kelanjutan partnya dan jangan lupa vote dan comment dan masukkan di perpustakanan kalian😄.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang