7. Keluarga Zia Yang Sebenarnya

2.1K 365 111
                                    

"Ibu berbicara apa denganmu?" tanya Zia sembari menyipitkan matanya.

"Lebih baik kau bertanya sendiri dengan Ibumu," jawab William sambil tersenyum miring.

Zia memutar kedua bola matanya malas, lalu duduk di samping William. "Bagaimana dengan lukamu?"

"Baik," jawab William tanpa menatap lurus ke arah Zia.

Zia menghela napas kasar dengan jawaban singkat William. "Aku ingin bertanya," ucap Zia serius.

William menatap Zia lalu mengangkat sebelah alisnya. "Silahkan."

"Siapa keluargaku yang sebenarnya?"

William tersenyum miring ia merasa menang dengan pertanyaan gadis lugu di depannya. "Zofrae, dia keluargamu. Keluarga kerajaan yang sangat agung dan kaya raya. Kerajaan yang terletak di ... di mana ya?"

"Mana aku tahu, aku itu bertanya padamu!" kesal Zia.

"Tunggu, aku lupa! Oh tidak aku benar-benar lupa di mana kerjaan itu, astaga," pekik William.

"Lalu bagaimana?"

"Aku tidak bisa mengantarkanmu pulang! Bertemu dengan kakakmu bertem-" ucapan William terpotong ketika Zia menyela ucapan lelaki dingin tersebut.

"Kakak? Aku mempunyai seorang kakak?" tanya Zia dengan mata berbinar.

"Ya."

"Aku ingin bertemu dengan kakakku, bagaimana caranya?" tanya Zia sambil memajukan badannya agar lebih dekat dengan William.

"Menjauhlah Zi! Jangan terlalu dekat," perintah William yang merasa risih dengan kelakuan gadis menyebalkan di depannya itu.

"Oh, baiklah."

"Aku tidak mengenal kakakmu secara dalam, karena aku di bangkitkan untukmu bukan kak-" lagi-lagi ucapan William terpotong karena Zia menyela ucapannya.

"Kau? Di bangkitkan? Bagaimana mungkin?" tanya Zia bertubi-tubi.

"Ayolah, Zia! Jangan menyela ucapanku! Itu sangatlah tidak sopan!" geram William sembari melototkan matanya di depan Zia.

Zia mendengkus kesal lalu mengintrusi lelaki di depannya ini untuk melanjutkan ucapannya.

"Aku di bangkitkan oleh Ibumu, dia adalah seorang pengihir jahat Zi. Dan untuk kenapa dia membangkitkanku, aku tidak ingat sama sekali, karena ... karena aku sempat di lupakan dan dibuang oleh Ibumu," jelas William lalu mengepalkan tangannya ketika mengingat kejadian dua puluh tahun yang lalu.

"Apa maksud di buang?" tanya Zia gugup.

"Lupakan! Aku tidak ingin membahasnya sekarang," tegas William.

"Jadi, kau akan menjelaskanku suatu saat nanti?" tanya Zia sambil tersenyum lebar.

Beberapa detik William terpana dengan senyum manis milik Zia, gadis itu terlihat lebih cantik dan lucu. "Iya."

"Aku tidak sabar," ucap Zia lalu pergi meninggalkan kamar William.

William tersenyum senang, mulai detik ini ia mampu menatap mata indah milik Zia dengan puas, tidak ada lagi rasa sakit dan perih.

"Aku menyayangimu Zia Zofrae."

***

"Makan malam sudah siap, Zia panggil William untuk makan ya," perintah Mery.

"Baiklah," jawab Zia dengan malas.

Mery menyipitkan matanya merasa sedikit aneh dengan kelakuan Zia, "Ada apa dengan anak itu?"

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang