Sudah hampir dua minggu lebih Zia dan Mery mengurung diri mereka sendiri di rumah, bahkan mereka jarang untuk keluar kamar hanya untuk melihat bagaimana kondisi satu sama lain.
Pintu kamar Zia terbuka, menampilkan sosok pria dengan mata birunya yang cerah juga indah. Dengan perlahan William mulai mendekati Zia yang duduk di lantai balkon dengan semilir angin yang menemaninya.
"Kapan kita akan mencari keluargamu?" tanya William dengan memasukan tangannya di saku celana dan bersender di pintu balkon.
"Entahlah," gumam Zia sambil mengendikkan bahu.
William berdecak lalu menghampiri Zia dan berdiri di samping gadis itu yang sedari tadi hanya melamun menatap atap rumah di bawahnya.
"Aku khawatir, jika kau tidak segera mencari dan menemukan keluargamu, mereka akan hancur dan mati. Apa perlu aku ingatkan, jika keluargamu juga seorang manusia?" jelas William yang sukses merubah tatapan sedu Zia menjadi tatapan tajam.
Zia menatap William. "Kau sendiri yang berkata jika keluargaku adalah seorang penyihir yang mempunyai kerajaan yang kaya raya, lalu apa maksudmu mereka akan hancur dan mati?" tanya Zia dengan mata melotot.
"Justru karena kekayaan kerajaan keluargamulah yang akan membuat musuh lebih banyak menyerang dan menipu Zia, di tambah dengan hilangnya putri bungsu kerajaan yang tidak di temukan bertahun-tahun lamanya akan membuat ratu menjadi sedih dan juga tidak berdaya," jelas William dengan tatapan tajamnya.
"Aku tidak bisa menentukan kapan kita akan mencari keluargaku William, bukankah kau tahu jika Ibu juga tidak berdaya dengan kematian Ayah?" lirih Zia.
"Terserah!" bentak William lalu keluar dari kamar Zia dan sengaja membanting keras pintu kamar gadis tersebut.
Zia terkejut dengan perubahan sifat William yang begitu tiba-tiba. Zia lalu bangkit menuju nakas yang terletak di sebelah kasur dan mengambil foto keluarganya yang masih utuh dan meremasnya hingga kepingan kaca yang tajam itu melukai telapak tangannya dan membuat darah segar keluar begitu banyak.
"Berpetualangan?" gumam Zia.
***
"William!" teriak Zia sambil menggedor-gedor pintu kamar pria dingin tersebut.
"Aku sedang sibuk!" seru William yang membuat Zia mengernyitkan dahi.
Tanpa mendengarkan seruan William gadis itu langsung masuk ke dalam kamar William mencoba memastikan jika pria itu bukanlah golongan pria yang sibuk.
"Apa ya-"
"Astaga! Apa yang kau lakukan!" Zia berteriak histeris ketika melihat beberapa benda di kamar William yang melayang-layang bahkan hampir mengenai kepalanya.
William menoleh lalu memutar kedua bola matanya malas ketika Zia sudah berada di kamarnya dengan wajah terkejutnya.
"Sudahku bilang Zia! Jika aku sibuk!" geram William lalu menurunkan benda-benda tadi pada asalnya.
Zia tidak merespon ucapan William, ia masih setia membuka mulutnya karena begitu terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Keren," gumam Zia lalu mengalihkan tatapannya ke arah William yang sedang duduk di atas kasur sembari memainkan tangannya yang mengeluarkan sinar biru.
Zia menghela napas lalu berjalan santai menuju kasur William, tatapannya sekali-kali melirik kanan kiri memastikan jika ia akan aman di sana.
"Ayo!" pekik Zia semangat.
William mengalihkan tatapannya ke arah Zia sambil menaikan sebelah alisnya, merasa aneh dengan tas di belakang punggung gadis cantik itu.
"Kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUIZIA [SUDAH TERBIT]
FantasíaNOVEL LUIZIA SUDAH TERSEDIA DI SHOPEE R A N K I N G 🎖 # berkali-kali peringkat 1 in mengerikan. # berkali-kali peringkat 1 in menegangkan, 4.12.20 # peringkat 2 in siluman, 25.8.20 # peringkat 2 in ajaib, 4.12.20 # peringkat 2 in zia, 4.12.20 # pe...