🌻MBBIS🌻32

59.1K 3.4K 338
                                    

Happy reading🌹



Diparkiran Arland berdecak sebal pada gadis yang meninggalkannya itu, ia pikir tadi Alle akan menunggunya. Boro-boro nunggu, noleh aja enggak.

Arland pun akhirnya memilih untuk mengejar gadis itu, waktu hendak berbelok Arland melihat gadis itu masuk ke ruang osis dan dengan semangatnya laki-laki itu langsung hendak menyusul, namun saat ia hendak masuk langkahnya tertahan saat mendengar suara Liam yang nampaknya sangat serius.

"Gue mau ngomong All, penting." ujar Liam sungguh-sungguh.

Arland sontak saja ingin tahu, laki-laki bahkan sengaja berdiri disamping pintu agar bisa mendengarnya.

"Ngomong aja, Kak." samar-samar Arland dapat mendengar suara Alle yang menyahutinya.

Hening sebentar kemudian kalimat itu dapat membekukan Arland seketika. "Gue suka sama lo, All sejak lo masuk osis waktu pertama kali." ujar Liam.

Deg!

Arland langsung saja melangkah mundur, tangan laki-laki itu terkepal.

"T-terus?" suara Alle yang menurutnya nampak gugup.

"Allea Freddla Navriel. Gue mau lo jadi pacar gue." kata Liam.

Mata Arland menyorot tajam. Tanpa mau menunggu hal mengagetkan lainnya Arland pun langsung pergi dari situ dan mengabaikan perasaan aneh yang menyelusup.

•••

"Allea Freddla Navriel. Gue mau lo jadi pacar gue."

Deg!

Tidak! Ini bukan harapannya sama sekali. Alle bahkan langsung melepaskan cekalan Liam tanpa sadar.

"Kak lo gak bercanda kan?" tanya Alle serius. Berharap Liam menggeleng dan ia akan lega sekarang juga. Disukai banyak pria bukanlah impiannya sama sekali.

Liam terlihat menggeleng walau wajahnya sudah terlihat sedikit kecewa. "Gue serius, All. Gue pengen jadi pacar lo karna sejak awal gue udah suka sama lo." ujar Liam tulus.

Ya Tuhan, bagaimana Alle menjelaskannya bahwa ada perasaan lain yang nyangkut dihatinya, dan pastinya itu akan melukai Liam.

"Kak, sebelumnya maaf bukannya gue bermaksud nolak. Gue cuma gak pengeng pacaran dulu, gue mau fokus belajar dulu." ujar Alle nampak berbelit-belit.

Liam mendesis dengan hati yang mulai beriris kecewa. "Secara gak langsung lo udah nolak, All." kata Liam tetap tersenyum.

Gadis itu merunduk sebentar, menggigit bibir bawahnya begitu gugup. Bukan, bukan karna ia menyukai laki-laki itu. Melainkan ia tidak ingin menyakiti laki-laki setampan dan sebaik Liam.

Melihat kegugupan gadis itu tangan Liam langsung terulur menepuk kepala Alle. "Gak usah dipikirin All. Gue juga gak maksa," ujar Liam seraya terkekeh dan Alle tahu bahwa itu kekehan secara paksa.

"Kak, lo itu udah gue anggep seperti Kakak gue sendiri. Jadi, gue mohon lo anggep gue kaya adek lo sendiri." kata Alle kembali bersuara walaupun gadis itu setengah meringis tidak enak.

"Lupain aja All. Anggep gue gak pernah ngomong gitu tadi." ujar Liam menatap Alle.

Alle pun membalas tatapan itu. "Maaf," ujar Alle sungguh-sungguh.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang